Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Achmad Mubarok (tengah) dan Tantowi Yahya dari Partai Golkar [suara.com/Bowo Raharjo]
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Achmad Mubarok mengungkapkan ada ongkos yang harus dikeluarkan kandidat menjelang kongres pemilihan ketua umum partai.
"Tidak mungkin kalau tidak ada pengeluaran uang. Itu namanya cost politik," kata Mubarok kepada suara.com, Minggu (8/2/2015). Mubarok mengatakan hal ini ketika ditanya apa antisipasi agar proses pemilihan ketua umum Partai Demokrat yang rencananya digelar Mei 2015 nanti berjalan bersih dan bebas dari sogok menyogok.
Ketika ditanya cost politik itu untuk apa saja, Mubarok mengatakan biasanya untuk uang transportasi para delegasi untuk mengikuti acara-acara rapat.
"Rp1 juta sampai Rp5 juta, itu masih wajar-wajar saja," kata salah satu kader yang disebut-sebut masuk bursa calon ketua umum Partai Demokrat.
Mubarok mengungkapkan biaya semacam itu, biasanya yang mengeluarkan bukan kandidat, melainkan sudah diurus oleh orang-orang yang mendukung menjadi ketua umum.
"Yang menyerahkan juga bukan kandidat, tapi pendukung. Kandidat biasanya tidak tahu menahu," katanya.
"Tidak mungkin kalau tidak ada pengeluaran uang. Itu namanya cost politik," kata Mubarok kepada suara.com, Minggu (8/2/2015). Mubarok mengatakan hal ini ketika ditanya apa antisipasi agar proses pemilihan ketua umum Partai Demokrat yang rencananya digelar Mei 2015 nanti berjalan bersih dan bebas dari sogok menyogok.
Ketika ditanya cost politik itu untuk apa saja, Mubarok mengatakan biasanya untuk uang transportasi para delegasi untuk mengikuti acara-acara rapat.
"Rp1 juta sampai Rp5 juta, itu masih wajar-wajar saja," kata salah satu kader yang disebut-sebut masuk bursa calon ketua umum Partai Demokrat.
Mubarok mengungkapkan biaya semacam itu, biasanya yang mengeluarkan bukan kandidat, melainkan sudah diurus oleh orang-orang yang mendukung menjadi ketua umum.
"Yang menyerahkan juga bukan kandidat, tapi pendukung. Kandidat biasanya tidak tahu menahu," katanya.
Mubarok mengatakan yang tidak boleh dilakukan dalam proses pemilihan ketua umum ialah sogok menyogok.
Terkait kasus ongkos politik di Kongres Partai Demokrat di Bandung tahun 2010 yang kemudian dimenangkan oleh Anas Urbaningrum, Mubarok mengakui itu memang ada.
"Sesungguhnya, kasus Kongres Demokrat itu sangat kecil dibanding kongres di partai lain. Tetapi, politicking-nya yang sangat tinggi terhadap hal itu," kata Mubarok yang waktu itu menjadi ketua pemenangan Anas. "Uang itu sangat kecil. Jadi terlalu banyak info dari Nazaruddin yang diungkapkan."
Terkait kasus ongkos politik di Kongres Partai Demokrat di Bandung tahun 2010 yang kemudian dimenangkan oleh Anas Urbaningrum, Mubarok mengakui itu memang ada.
"Sesungguhnya, kasus Kongres Demokrat itu sangat kecil dibanding kongres di partai lain. Tetapi, politicking-nya yang sangat tinggi terhadap hal itu," kata Mubarok yang waktu itu menjadi ketua pemenangan Anas. "Uang itu sangat kecil. Jadi terlalu banyak info dari Nazaruddin yang diungkapkan."
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- 7 Fakta Pembunuhan Sadis Dina Oktaviani: Pelaku Rekan Kerja, Terancam Hukuman Mati
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
Bantah Eksekusi Silfester Kedaluwarsa, Kejagung Minta Kuasa Hukum Bantu Hadirkan Kliennya: Tolonglah
-
Kasus Korupsi Kredit Sritex, Kejagung Kembali Sita Aset Eks Dirut Iwan Lukminto
-
Berkas Perkara Delpedro Cs Dilimpahkan ke Kejaksaan, Pengacara Lawan Balik Lewat Praperadilan
-
Menteri PPPA: Di Kampus Perlu Dibangun Budaya Saling Menghormati dan Ruang Aman
-
Geger Anak Eks Walkot Cirebon Maling Sepatu di Masjid, Kasusnya Disetop Polisi, Ini Alasannya!
-
Minta MK Hapus Uang Pensiun DPR, Lita Gading Dibalas Hakim: Mereka kan Kerja
-
DPR Soroti Kasus Narkoba Ammar Zoni di Rutan: Indikasi Peredaran Gelap Narkoba Masih Marak
-
Suka Metal dan 'Kerja Kerja Kerja', 4 Kemiripan Calon PM Jepang Sanae Takaichi dengan Jokowi
-
KPK Dalami Peran Eks Dirut Perhutani soal Izin dan Pengawasan di Kasus Korupsi Inhutani V
-
Demi Sang Pendiri, Driver Gojek Beri Dukungan ke Nadiem di Sidang Praperadilan Korupsi Laptop