Suara.com - Bekas penasihat KPK Abdullah Hehamahua meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk segera membentuk tim panitia seleksi pimpinan KPK.
Abdullah menganggap lambatnya gerak pemerintah menentukan tim pansel bisa mengakibatkan molornya jadwal dan tidak maksimal dalam mencari calon pimpinan lembaga anti rasuah itu.
"Oh, sudah sedikit terlambat pembentukannya. Sebab, secara normal waktu yang diperlukan untuk proses seleksi sampai pelantikan adalah 6 bulan. Padahal dalam kondisi KPK yang sekarang, seharusnya waktu yang diperlukan Pansel lebih dari 6 bulan. Tapi daripada tambah lambat, ya segera saja dibentuk," kata Abdullah saat dihubungi wartawan, Rabu (20/5/2015).
Abdullah menuding keterlambatan gerak pemerintah karena saat ini Jokowi lebih sibuk dengan kegiatan seremonial dan protokoler.
"Ini presiden baru yang secara seremonial sibuk dengan masalah-masalah protokol sehingga kurang memfokuskan diri pada pembentukan Pansel KPK," jelasnya.
Dia juga menilai, kalau munculnya menteri-menteri baru dalam Kabinet Kerja Jokowi menjadi salah satu alasan upaya pemberantasan korupsi sedikit terlupakan.
Menurutnya, dengan pengalaman menteri yang kurang tersebut, membuat mereka tidak memahami begitu bedanya pansel calon pimpinan KPK dengan pansel lainnya.
"Semua menteri adalah orang baru, termasuk di kementerian yang tupoksinya antara lain berkaitan dengab pemberantasan korupsi. Sebagai orang baru, mungkin mereka kurang pahaman tentang dahsyatnya korupsi dan dampaknya, sehingga pembentukan Pansel Pimpinan KPK dianggap sama dengan Pansel-pansel yang lain," tutupnya.
Pekan lalu beredar nama-nama panitia seleksi pimpinan KPK, yang di dalamnya terdapat nama Prof Romli Atmasasmita dan ahli hukum Margarito Kamis.
Keberadaan kedua orang tersebut menuai protes banyak kalangan karena sebelumnya baik Prof Romli maupun Margarito pernah menjadi saksi ahli sidang praperadilan Komjen Budi Gunawan.
Selain Prof Romli Atmasasmita dan Margarito Kamis, ada juga nama lain seperti Prof Jimly Asshiddiqie, Prof Mahfud MD, Tumpak Hatorangan, Oegroseno, Saldi Isra, Refly Harun, Zainal Arifin Mochtar.
Namun Istana belum bisa mengonfirmasi soal nama-nama tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
Dipecat PSSI, Ini 3 Pekerjaan Baru yang Cocok untuk Patrick Kluivert
-
4 Fakta Radiasi Cs-137 PT PMT Cikande: Pemilik Diduga WNA Kabur ke Luar Negeri?
-
Harga Emas Melonjak! Antam Tembus Level Rp 2.622.000 di Pegadaian, UBS Ikut Naik
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
Terkini
-
Isu Pindah Partai Ahmad Sahroni ke PSI Dipatahkan, Ini Penjelasan Ahmad Ali
-
Ending Saling Maaf-maafan, Kasus Kepsek SMAN 1 Cimarga Tampar Murid Perokok Bakal Dicabut?
-
Laporkan Trans7 ke Polisi Buntut Program Xpose Uncensored, Alumni Pesantren: Hukum Harus Ditegakkan!
-
Banyak Galian di Akhir Tahun, Pramono Akui Masih Ada Budaya Program Kejar Setoran
-
Prabowo Perintahkan TNI Kawal Kejagung Sita 100 Ribu Ha Sawit Ilegal yang 18 Tahun Mangkrak!
-
Bro Ron: Sahroni Tidak Pindah ke PSI
-
Mata Ditutup Kain Hitam, Ammar Zoni Dipindahkan ke Nusakambangan Usai Jadi Bandar Narkoba di Rutan
-
Ammar Zoni Resmi Jadi Napi 'High Risk', Kini Dipindah ke Lapas Super Maksimum Nusakambangan!
-
Jebloskan Ammar Zoni ke Sel Khusus Nusakambangan, Ditjenpas Sebut Peringatan Keras!
-
PSI Bantah Keras Isu Ahmad Sahroni Gabung, Mad Ali: Bikin Asam Lambung Naik