Suara.com - Masyarakat internasional diminta untuk memberikan tekanan kepada Myanmar guna mengatasi permasalahan ribuan pengungsi etnis Rohingya yang kini terkatung-katung di perairan Asia Tenggara dalam upaya mereka melarikan diri dari negara asal mereka.
"Masyarakat internasional mesti memberikan tekanan kepada Myanmar untuk memberikan solusi," kata Deputi Sekretariat Wapres Bidang Politik Dewi Fortuna Anwar, setelah Wapres Jusuf Kalla bertemu dengan perwakilan UNHCR (Badan Pengungsi PBB) di kantor Wapres, Jakarta, Rabu (20/5/2015).
Menurut Dewi Fortuna Anwar, solusi itu penting karena warga Rohingnya telah menetap selama puluhan tahun, bahkan ada yang telah ratusan tahun dan menjadi warga negara Myanmar.
Indonesia, tambahnya, juga mendorong agar hal itu dibicarakan antara lain dengan forum ASEAN, karena dalam organisasi tersebut juga ada badan yang menangani pengungsian secara regional.
"Para pengungsi ingin mencari kesempatan dan kehidupan yang lebih baik," tukasnya.
Di tempat terpisah, Menteri Agama Lukman Hakim mengatakan "manusia perahu" Rohingya yang eksodus dari Myanmar dan Bangladesh perlu untuk diayomi dan disantuni oleh pemerintah Indonesia dengan sedikit catatan.
"Tentu kalau mereka (etnis Rohingya) sudah ada di wilayah Indonesia maka tidak ada kata lain selain mengayomi dan menyantuni mereka, tentu dalam waktu dan batas-batas tertentu," kata Lukman.
PBB diharapkan memberikan perhatian lebih terhadap eksodus Rohingya yang mayoritas Muslim, terlebih mereka justru tidak diakui di negara asalnya.
Sejatinya, menurut Menag, pengungsi Rohingya merupakan tanggung jawab utama dari Myanmar dan Bangladesh. Dua negara itu seharusnya menjamin keamanan dan kesejahteraan mereka, sehingga tidak terjadi gelombang pengungsian besar-besaran.
Sebelumnya, PBB pada Selasa (19/5) mendesak Indonesia, Malaysia dan Thailand menggelar penyelamatan bagi pengungsi yang terkatung-katung di lautan, dan membolehkan mereka mendarat.
Menurut badan PBB untuk pengungsi (UNHCR), sekitar 4.000 pengungsi dari Myanmar dan Bangladesh berjuang mempertahankan hidup di perahu dengan cadangan makanan terbatas. Setengah di antara mereka sudah 40 hari terkatung-katung di laut dengan berdesakan dalam lima kapal di dekat garis pantai Myanmar dan Bangladesh.
UNHCR bersama Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan kantor PBB untuk hak asasi manusia mendesak Indonesia, Malaysia, dan Thailand menghentikan pengusiran terhadap perahu pengungsi, yang hendak memasuki wilayah ketiga negara tersebut. (Antara)
Berita Terkait
-
Bangladesh Kewalahan! 60.000 Rohingya Masuk Diam-Diam di Tengah Konflik Myanmar
-
Di Balik Jeruji Truk: Kisah Pilu Pengungsi Rohingya yang Ditolak di Aceh
-
Gencatan Senjata Gagal, Pemulangan Pengungsi Rohingya dari Bangladesh Tertunda
-
Puluhan Orang Rohingya Diam-diam Tinggali 2 Rumah di Sukabumi, Dipastikan Tanpa Surat Imigrasi
-
Cerita Perempuan Indonesia yang Menikah dengan Pengungsi Rohingya: Saya Tak Melihat Suku, Tapi dari Kemanusiaan
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
Terkini
-
Polemik Selesai, TNI Resmi 'Luruskan Informasi' dengan Ferry Irwandi
-
Perang Interpretasi Janji Presiden Prabowo: Yusril Sebut 'Masuk Akal', Lukman Bilang 'Setuju'
-
ICJR Skakmat Yusril: Tawaran Restorative Justice untuk Demonstran Itu Konsep Gagal Paham
-
Pakar Bongkar Pencopotan Sri Mulyani dan Budi Gunawan, Manuver Prabowo Ambil Alih Penuh Kendali?
-
Kapolri Absen Jemput Presiden Prabowo di Bali di Tengah Isu Penggantian TB-1
-
Yusril Ungkap Fakta: Presiden Prabowo Belum Perintahkan Pembentukan Tim Investigasi
-
Dari Ancaman Laporan ke Permintaan Maaf, Ferry Irwandi Umumkan Kasusnya dengan TNI Berakhir Damai
-
'Percuma Ganti Orang, Sistemnya Bobrok', Kritik Keras YLBHI di Tengah Isu Ganti Kapolri
-
Tiga Pesawat Tempur Baru dari Prancis Diserahkan ke TNI AU Awal 2026
-
Istana Bantah Presiden Prabowo Kirim Surpres Penggantian Kapolri ke DPR, Mensesneg: Belum Ada