Suara.com - Peneliti tempe yang juga Guru Besar IPB Prof Made Astawan MS mengatakan diajukannya tempe sebagai warisan dunia "Intangible Cultural Heritage of Humanity" ke Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Dia mencatat tempe berpotensi mendorong ekonomi kerakyatan.
"Saat ini saja tempe sudah mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan. Dengan dijadikannya tempe sebagai warisan budaya Indonesia, tentu ini akan lebih mendorong peningkatan status tempe, seperti halnya batik. Masyarakat mulai sadar, dan menyukai konsumsi tempe," kata Made kepada wartawan dalam acara press conference rencana pengajuan tempe sebagai "Intangible Cultural Heritage of Humanity" ke UNESCO di Bogor, Selasa (4/8/2015).
Made mengatakan saat ini potensi pasar tempe tidak hanya skala domestik. Tetapi sudah merambah pasar internasional. Terlebih lagi dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan memperbesar pasar tempe dari 250 juta orang menjadi 625 juta orang.
Tempe saat ini sudah dikenal di 20 negara di dunia. Selain karena nilai gizi dan khasiatnya untuk kesehatan, juga sudah menjadi gaya hidup masyarakat vegetarian.
"Total ada 500 juta vegetarian di dunia, ini terdapat di India sekitar 350 juta, USA 20 juta dan Eropa 20 juta orang," katanya.
Made menyebutkan, penilaian orang terhadap tempe sebagai pangan inferior merupakan cerita lama, karena tempe memiliki nilai gizi dan potensi yang baik untuk kesehatan masyarakat. Tempe diproduksi berdasarkan daerah yakni ada Tempe Malang, Tempe Pekalongan, dan Tempe Yogyakarta. Umumnya diproduksi secara tradisional pada skala UKM. Oleh karena itu ada aturan yang mengatur tidak diizinkan membikin usaha tempe sekala besar karena bisa mematikan UKM.
"Tempe setiap tahun terus mengalami perubahan mulai dari bungkusnya, zaman dulu dari daun jati, batang pisang dan sekarang sudah era plastik. Ini bagian dari sentuhan teknologi tetapi tidak meninggalkan hakekatnya sebagai pangan tradisional," katanya.
Dia mengatakan, dengan perkembangan teknologi pengolahan tempe saat ini sudah siap menuju pasar dunia, dari Jawa menuju Prancis, Australia, Jepang, Meksiko bahkan sudah tersedia di Vietnam. "Tempe akan menjadi milik dunia, jangan sampai diklaim orang lain," katanya.
Menurut Made, beberapa negara sudah mencoba memproduksi tempe salah satunya Jepang. Bahkan kemasan produk tempe di luar negeri jauh lebih bagus dibanding di dalam negeri. Ia juga mengatakan, saat ini Malaysia sedang gencar melakukan penelitian tentang tempe. Beberapa penelitinya ada yang datang ke Rumah Tempe Indonesia yang ada di Bogor.
"Ada salah satu penelitian mengangkat judul "Malaysia Tempe" ini tidak saya izinkan," katanya.
Made mengatakan, formulasi tempe yang dibuat sejak zaman nenek moyang sangat mengagumkan, potensinya dapat meningkatkan kualitas, lebih mudah dicerna, dan diserap oleh tubuh. Kandungan vitamin pada tempe juga beragam mulai dari B-1, B-2, B-3, pantotena. Begitu juga senyawa biotif yang banyak dicari oleh para vegetarian.
Saat ini terdapat lebih dari 100 ribu produsen tempe yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Konsumsi tempe memberikan kontribusi minimal 10 persen dari total protein hewani, sementara telur 1,25 persen, daging 3,15 persen dan sereal sekitar 6 persen (Hardinsyah 2014). Data BPS (2012) menunjukkan bahwa konsumsi tempe masyarakat Indonesia rata-rata mencapai tujuh kilogram per kapika per tahun.
"Dengan memproduksi tempe 10 sampai 20 kg per hari bisa membantu pengrajin tempe, ini keuntungan ekonomi. Apalagi ada tradisi pengrajin tempe di Pekalongan yang mewariskan keterampilan membuat tempe kepada kerabatnya, dengan melatih mereka. Setelah mahir, mereka akan membuat pasar baru di daerah lain lagi, dan ini masih terus berlangsung," katanya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 - 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
 - 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
 
Pilihan
- 
            
              Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
 - 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 
Terkini
- 
            
              BPJS Ketenagakerjaan Perkuat Komitmen Pemerintah Dalam Program 10 Ribu Hunian Layak Bagi Pekerja
 - 
            
              PLN Resmikan Dua SPKLU Center Pertama di Jakarta untuk Dorong Ekosistem Kendaraan Listrik
 - 
            
              Koalisi Masyarakat Sipil Gugat UU TNI, Tolak Ekspansi Militer ke Ranah Sipil
 - 
            
              KPK Sita Uang Miliaran Rupiah dalam OTT Gubernur Riau Abdul Wahid
 - 
            
              Pramono Pastikan Kampus IKJ Tak Dipindah ke Kota Tua, Fokus Bangun Ekosistem Seni di TIM
 - 
            
              Onad Resmi Direhabilitasi: Bukan Pengedar, Ini Alasan BNNP DKI
 - 
            
              Budi Arie Merapat ke Gerindra? Muzani: Syaratnya Cuma Ini!
 - 
            
              Yusril: Pasal KUHP Lama Tak Lagi Efektif, Judi Online Harus Dihantam dengan TPPU
 - 
            
              Prabowo Setujui Rp5 Triliun untuk KRL Baru: Akhir dari Desak-desakan di Jabodetabek?
 - 
            
              Subsidi Transportasi Dipangkas, Tarif Transjakarta Naik pada 2026?