Anggota DPRD Provinsi Riau Ade Hartati [suara.com/Nikolaus Tolen]
Bencana asap di Provinsi Riau selalu datang setiap tahun selama sekitar 18 tahun terakhir. Tahun ini adalah tahun terparah bagi kesehatan warga akibat asap hutan dan lahan yang dibakar untuk kepentingan segelintir pebisnis.
"Pada tahun 2015 ini jumlah penderita ISPA meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Itu barus data yang sudah dirawat di rumah sakit dan puskesmas di Riau, belum kalau ditambahkan dengan mereka yang belum melapor," kata anggota DPRD Provinsi Riau, Ade Hartati, yang bergabung dalam Gerakan Rakyat Riau Melawan Asap, di gedung Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (18/9/2015).
Menurut data terakhir Gerakan Rakyat Riau Melawan Asap tahun ini jumlah warga yang menderita infeksi saluran pernafasan atas mencapai 43.386 jiwa.
Hartati mengatakan jumlah korban meningkat tajam selama empat hari terakhir karena partikular udara di sana sudah melampaui batas normal yakni mencapai 650-750. Padahal, kata Hartati, standar normal partikularnya di bawah angka 150.
"Empat hari terakhir ini, kondisi udaranya sudah sangat tidak layak lagi, angka 750 itu sudah melampaui batas normal, dan itu sangat berbahaya bagi kami di Riau," katanya.
Itu sebabnya, dia mendesak pemerintah mengevakuasi warga yang terkena dampak asap ke tempat yang berudara sehat.
"Pemerintah harus segera mengevakuasi kelompok-kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak-anak. Mereka sudah menderita, saya tidak bisa membayangkan anak-anak mereka nanti lahir dengan gagal pernafasan karena asap yang ibu mereka hirup saat masa kehamilan," kata Hartati.
"Pada tahun 2015 ini jumlah penderita ISPA meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Itu barus data yang sudah dirawat di rumah sakit dan puskesmas di Riau, belum kalau ditambahkan dengan mereka yang belum melapor," kata anggota DPRD Provinsi Riau, Ade Hartati, yang bergabung dalam Gerakan Rakyat Riau Melawan Asap, di gedung Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (18/9/2015).
Menurut data terakhir Gerakan Rakyat Riau Melawan Asap tahun ini jumlah warga yang menderita infeksi saluran pernafasan atas mencapai 43.386 jiwa.
Hartati mengatakan jumlah korban meningkat tajam selama empat hari terakhir karena partikular udara di sana sudah melampaui batas normal yakni mencapai 650-750. Padahal, kata Hartati, standar normal partikularnya di bawah angka 150.
"Empat hari terakhir ini, kondisi udaranya sudah sangat tidak layak lagi, angka 750 itu sudah melampaui batas normal, dan itu sangat berbahaya bagi kami di Riau," katanya.
Itu sebabnya, dia mendesak pemerintah mengevakuasi warga yang terkena dampak asap ke tempat yang berudara sehat.
"Pemerintah harus segera mengevakuasi kelompok-kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak-anak. Mereka sudah menderita, saya tidak bisa membayangkan anak-anak mereka nanti lahir dengan gagal pernafasan karena asap yang ibu mereka hirup saat masa kehamilan," kata Hartati.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
BRIN Pastikan Arsinum Aman dan Optimal Penuhi Kebutuhan Air Minum Pengungsi Bencana Sumatera
-
6 Fakta Kecelakaan Bus di Exit Tol Krapyak Semarang: 15 Orang Meninggal, Korban Terjepit
-
Omzet Perajin Telur Asin Melonjak hingga 4.000 Persen Berkat Program MBG
-
Sibuk Pasok Dapur MBG, Warga Desa Ini Lepas dari Judi Online
-
Perkuat Kualitas PMI, Perusahaan Asal Taiwan Teken MoU dengan Anak Perusahaan BPJS Ketenagakerjaan
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Mendagri Bersama Menteri PKP Resmikan Pembangunan Hunian Tetap Korban Bencana di Tapanuli Tengah