Suara.com - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang akrab disapa Aher menyatakan waspada satu untuk bencana alam, terutama longsor dan banjir, seiring perubahan musim di Provinsi Jawa Barat.
"Waspada satu didasarkan pada kejadian longsor sebagai kejadian tahunan yang biasa terjadi di Jawa Barat, karena kondisi tanah di Jabar termasuk dalam kategori lahan subur yang biasa dijadikan tempat bercocok tanam masyarakat," katanya dalam siaran persnya, Senin (16/11/2015).
Aher menuturkan lahan subur itu biasa ditandai dengan mudahnya pergeseran lahan sehingga pihaknya mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap bahaya banjir dan longsor yang menyertai musim hujan tiba.
"Maka saya nyatakan ini waspada satu," tegasnya.
Kejadian longsor terbaru antara lain pada 15 November 2015, ketika jalan penghubung antar Kecamatan Sindangwangi dengan Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka, longsor usai diguyur hujan selama dua hari terakhir.
Dampak dari longsor itu, jalan tersebut kemudian runtuh.
Tanah di Jawa Barat, kata Aher, yang biasa dijadikan tempat bercocok tanam umumnya rentan menjadi kawasan longsor. Terlebih, petani biasa membuka lahan baru tidak jauh di sekitar wilayah yang telah dijadikan sebagai lahan bercocok tanam sehingga luas lahan garapan mengalami pergeseran tanah.
"Bagi para petani penggarap di lahan perbukitan, ketika longsor terjadi, mereka kemudian berpindah ke lahan baru sisa longsor. Mereka biasa menghadapinya, karena tanah subur memang berpindah-pindah. Tapi dalam Waspada satu ini, rumah di bawah lokasi rawan longsor lah, yang kami himbau segera pindah," terangnya merinci.
Pihaknya mengimbau masyarakat Jabar untuk mengantisipasi terjadinya bencana longsor, terutama di wilayah permukiman warga.
Masyarakat harus segera pindah dari kawasan bahaya tersebut, sementara aparat pemerintah daerah terlibat aktif memindahkan ke kawasan lebih aman. Menurut Aher, jika kondisi memungkinkan, masyarakat bisa menempati dulu lahan dan aset milik Pemprov Jawa Barat.
Akan tetapi, tidak di setiap kota dan kabupaten terdapat aset tersebut, sehingga dibutuhkan kerjasama pemerintah kota dan kabupaten.
"Yang terpenting itu tidak ada manusia dan perumahan di sekitar kawasan yang berbahaya atau rentan longsor," tutupnya. (Antara)
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Kok Bisa Hiu Tutul Sering 'Nyasar' ke Pantai Indonesia? Ternyata Ini Alasannya!
-
Tragedi Sungai Lusi: 5 Santriwati Penghafal Alquran di Blora Ditemukan Tak Bernyawa
-
DPR Desak BRIN Ubah Pendekatan Penanganan Bencana: Fokus Riset, Mitigasi, dan Pendidikan
-
Bawa Kasus ke Jakarta, Pengacara Ungkap Sederet Kejanggalan Kasus Penembakan 5 Petani di Pino Raya
-
Hujan Deras Lumpuhkan Tiga Koridor Transjakarta, Rute Dialihkan karena Pohon Tumbang
-
Eksekusi Brutal Dua Matel di Kalibata: Bagaimana Semua Jejak Lenyap?
-
Pengamat: Usulan Kapolri Dipilih Langsung Presiden Masuk Akal, DPR Justru Ganggu Check and Balances
-
3 Santriwati Hanyut Sungai Lusi Ditemukan Meninggal, Total Korban Jiwa Menjadi Lima
-
Pilkada Kembali ke DPRD: Solusi Hemat Anggaran atau Kemunduran Demokrasi?
-
Muncul Perkap Anggota Polri Bisa Jabat di 17 Kementerian/Lembaga, Ini Respons Komisi III DPR