Suara.com - Salah satu negara produsen minyak terbesar dunia, Arab Saudi, dituduh tengah berusaha menggagalkan kesepakatan konferensi tingkat tinggi perubahan iklim atau Conference of Parties (COP)21 Paris. Tudingan disampaikan oleh Direktur Perubahan Iklim Action Network, Wael Hmaidan saat memberikan pandangan di forum konferensi yang berlangsung di Le Bourget, Paris, Prancis (9/12/2015)
Tuduhan upaya Arab Saudi menggagalkan kesepakatan COP21 Paris ini disampaikan Hmaidan setelah melihat berbagai upaya negosiator Arab Saudi yang mengkawatirkan tentang masa depan perekonomian mereka yang hampir seluruhnya tergantung pada bahan bakar fosil.
“Sementara upaya negara-negara berkembang yang semakin vokal, dan tengah berupaya meningkatkan ambisi untuk mempercepat transisi teknologi, untuk meninggalkan bahan bakar fosil, selalu mereka mencoba memblokir,” kata Hmaidan.
Salah satu target ambisius yang menjadi bahan pembicaraan cukup keras dalam draft kesepakatan Paris adalah upaya menurunkan suhu di bawah 1,5 derajat celsius untuk membatasi pemanasan global. Upaya ambisius ini mendapat dukungan lebih dari 100 negara, termasuk negara kepulauan dengan dataran rendah, hingga negara berpopulasi besar seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Dalam draft kesepakatan Paris disebutkan pilihan pengurangan suhu ini di bawah 1,5 derajat atau 1,5 derajat hingga 2 derajat celcius. Efek keputusan ini sangat berpengaruh dan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan berbagai negara untuk menurunkan suhu. Termasuk Indonesia.
Meskipun Arab Saudi masuk dalam 15 negara maju, namun menolak upaya mengembangkan “Green Climate Fund” untuk membantu negara-negara miskin mengatasi pemanasan global. Negosiator Arab Saudi menuntut jika pulau-pulau kecil seperti Kiribati diberi kompensasi untuk perubahan iklim, mereka juga harus dilindungi dari kehilangan pendapatan minyak di masa depan, karena telah mencari bantuan keuangan untuk memperoleh teknologi energi.
Meski Arab Saudi ngotot menolak kesepakatan suhu 1,5 derajat celcius, namun Mesir telah resmi mendukung kesepakatan penurunan suhu 1,5 derajat pada awal pembicaraan. Namun negara-negara Arab sebagai sebuah blok belum mendukung target ambisius ini.
“Kami merasa Arab Saudi memainkan peran pengganggu dalam merusak posisi negara-negara arab lainnya. Sangat disayangkan bahwa kelompok Arab adalah satu-satunya kelompok yang menentang kesepakatan 1,5 derajat celsius,” kata Hmaidan.
Padahal sebelumnya, seperti dilansir The Guardian, Arab Saudi menunjukkan sikap lebih terbuka terhadap agenda KTT perubahan iklim Paris ini. Sebagai negara yang telah lama memainkan peran serius di setiap KTT perubahan iklim, sejak bulan lalu sudah menyampaikan rencana untuk turut memerangi perubahan iklim. Seperti pada bulan Mei lalu, Menteri Sumber Daya Energi dan Perminyakan Arab Saudi, Ali Al Naimi mengakui perekonomian global bergerak menjauh dari bahan bakar fosil dan mengatakan Arab Saudi siap untuk bergerak ke arah sana.
“Di Arab Saudi, kami menyadari pada akhirnya kami tidak akan membutuhkan bahan bakar fosil. Hanya saya tidak tahu kapan waktunya, apakah tahun 2040, 2015 atau sesudahnya,” katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 5 Bek Kanan Terbaik Premier League Saat Ini: Dominasi Pemain Arsenal
Pilihan
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
-
Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Sri Mulyani: Sebut Eks Menkeu 'Terlalu Protektif' ke Pegawai Bermasalah
-
Prediksi Timnas Indonesia U-17 vs Zambia: Garuda Muda Bidik 3 Poin Perdana
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Stagnan, Tapi Antam Masih Belum Tersedia
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
Terkini
-
Dosen di Jambi Dibunuh Polisi: Pelaku Ditangkap, Bukti Kekerasan dan Dugaan Pemerkosaan Menguat
-
Nasib Charles Sitorus Terpidana Kasus Gula Tom Lembong usai Vonisnya Diperkuat di Tingkat Banding
-
Amnesty: Pencalonan Soeharto Pahlawan Cacat Prosedur dan Sarat Konflik Kepentingan!
-
Pemulihan Cikande: 558 Ton Material Radioaktif Berhasil Diangkut Satgas Cesium-137
-
Waspada Banjir Rob, BPBD DKI Peringatkan 11 Kelurahan di Pesisir Utara
-
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang & Mandiri Agen
-
KAI Siap Suplai Data dan Beri Kesaksian ke KPK soal Dugaan Mark Up Proyek Whoosh
-
Komisi Yudisial Periksa 3 Hakim Kasus Tom Lembong, Hasilnya Belum Bisa Dibuka ke Publik
-
Di Sidang MKD: Ahli Media Sosial Sebut Isu Demo Agustus Sarat Penggiringan Opini
-
PT KAI Koordinasi Danantara soal Restrukturisasi Utang Whoosh, Apa Hasilnya?