Suara.com - Kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau kerap disebut Islamic State (IS) saja, kini dilaporkan tengah serius mencoba salah satu cara baru mereka untuk merekrut anggota terbaru. Menyasar para lelaki muda Afghanistan, daerah yang lama dikuasai Taliban, ISIS kini mencoba jalur siaran radio.
Pihak pejabat setempat di Afghanistan mengaku sudah menyadari perkembangan ini, serta menunjukkan kekhawatiran mereka. Pasalnya, jika siaran-siaran itu terus memasuki ranah publik di Afghanistan secara kontinyu, warga yang rata-rata kehidupannya masih serba sulit berpeluang besar akan terpengaruh ajakan ISIS.
"Kebanyakan warga kami itu pengangguran, dan (siaran) radio ini akan dapat mendorong banyak orang untuk bergabung dengan mereka (ISIS)," ungkap Ahmad Ali Hazrat, Kepala Dewan Provinsi di Nangarhar, Afghanistan, seperti dilansir Reuters, Senin (21/12/2015).
"Saat ini Daesh --sebutan untuk ISIS-- berada 7 kilometer di luar Kota Jalalabad, dan jika pemerintah tidak segera bertindak, mereka (ISIS) akan terus memperluas siarannya dan bahkan bisa merekrut orang dari Kabul," sambungnya.
Siaran selama 90 menit per hari yang terutama menjadi sumber kekhawatiran itu adalah acara bertajuk "Suara Kekalifahan" yang disiarkan dalam bahasa Pashto. Siaran ini rata-rata berisikan wawancara, dilengkapi pesan-pesan propaganda serta nyanyian menyangkut Islamic State.
Siaran itu disebut bisa ditangkap di Nangarhar, provinsi sebelah timur di mana ISIS memang sudah memiliki basis cukup kuat. Di sana ISIS dilaporkan mengontrol beberapa distrik eks-wilayah Taliban yang hingga kini masih terus berusaha membangkitkan pengaruhnya pasca-perang lawan Amerika Serikat (AS) tahun 2001.
Sejumlah pengamat menyatakan bahwa sudah banyak mantan pejuang Taliban yang memperkuat ISIS. Mereka biasanya adalah orang-orang yang mungkin tak suka dengan kepemimpinan Taliban saat ini, atau justru memang sengaja ingin mencari "tantangan" lebih keras.
Pekan lalu pun, Komandan Pasukan Internasional di Afghanistan, Jenderal John Campbell dari AS, menyebut bahwa terdapat antara 1.000 hingga 3.000 anggota ISIS di Afghanistan saat ini. Dia pun mengingatkan bahwa angka itu akan bertambah dengan cepat jika tidak diantisipasi serius.
Lantas, bagaimana sebenarnya model materi siaran radio yang coba digunakan ISIS di sekitar wilayah Afghanistan tersebut? Salah satunya adalah sebuah program di mana anggota ISIS menuturkan bahwa siaran itu sebenarnya adalah untuk "melawan pandangan negatif publik" terhadap mereka, terutama soal aksi kekerasan, penyiksaan, pembantaian dan lain-lain.
"Ada banyak proyek (yang dilakukan orang) untuk menjelek-jelekkan kami," ungkap anggota ISIS yang disebut bernama Jan Aqa Shafaq, dalam salah satu siaran itu.
"Sebagian besar generasi muda kita, anak-anak muda 'lipstick' yang bercukur dan mengenakan pakaian tak beda jauh dengan perempuan itu, merekalah yang telah membuat propaganda tersebut," sambungnya.
Pejabat setempat di Nangarhar sendiri mengatakan bahwa sejauh ini mereka belum bisa memblokir siaran tersebut. Sementara lokasi di mana para anggota ISIS melakukan siaran juga diketahui senantiasa berpindah.
"Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain," ungkap Attaullah Khogyani, juru bicara Gubernur Nangarhar. "Itu membuat kami kesulitan," tambahnya. [Reuters]
Berita Terkait
-
5 Fakta Gempa Afghanistan Magnitudo 6: Jalan Putus, Lebih 250 Orang Tewas!
-
Turki Gempur ISIS Online: 26 Orang Ditangkap Terkait Propaganda Teror di Medsos
-
Taliban Promosikan Pariwisata Afghanistan dengan Parodi 'Nyentrik': Berani Coba?
-
Dilarang Sekolah, Bocah Perempuan Afghanistan Dipaksa Jadi Penenun Karpet
-
Tatap Perempat Final Piala Asia U-17, Timnas Indonesia Punya Modal Bagus
Terpopuler
- Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dikabarkan Rujuk, Ini Penjelasaan Pengadilan Agama Tigaraksa
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
- Buktinya Kuat, Pratama Arhan dan Azizah Salsha Rujuk?
Pilihan
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
-
Kunker Dihapus, Pensiun Jalan Terus: Cek Skema Lengkap Pendapatan Anggota DPR Terbaru!
-
Waktu Rujuk Hampir Habis! Jumat Minggu Depan Pratama Arhan Harus Ikrar Talak ke Azizah Salsha
Terkini
-
Geger Jaket Berisi Ratusan Butir Peluru di Sentani Jayapura, Siapa Pemiliknya?
-
Dikenal Licin, Buronan Asal Maroko Kasus Penculikan Anak Tertangkap usai Sembunyi di Jakarta
-
Prabowo Pertahankan Kapolri usai Ramai Desakan Mundur, Begini Kata Analis
-
Icang, Korban Congkel Mata di Bogor Meninggal Dunia
-
Gibran Dikritik Habis: Sibuk Bagi Sembako, Padahal Aksi Demonstrasi Memanas
-
Wajib Skrining BPJS Kesehatan Mulai September 2025, Ini Tujuan dan Caranya
-
Muktamar PPP Bursa Caketum Memanas: Husnan Bey Fananie Deklarasi, Gus Idror Konsolidasi Internal
-
Viral Poster Kekesalan WNI di Sydney Marathon: 'Larilah DPR, Lari dari Tanggung Jawab!'
-
Viral PHK Massal Gudang Garam di Tuban, Isak Tangis Karyawan Pecah dan Soroti Kondisi Dunia Kerja
-
Bukan Saya, Anggota PSI Klarifikasi Usai Wajahnya Mirip Driver Ojol yang Dipanggil Wapres Gibran