Suara.com - Organisasi Gerakan Fajar Nusantara atau dikenal sebagai Gafatar menjadi perbincangan publik setelah dokter Rica Trihandayani yang hilang bersama anak balitanya ditemukan lagi. Belakangan diketahui, dokter asal Lampung yang tinggal di Yogyakarta itu pernah menjadi pengikut Gafatar Lampung.
Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia Utang Ranuwijaya mengatakan MUI tengah mengkaji keberadaan Gafatar.
"Organisasi tersebut masih kami (MUI) teliti sejak 2015," ujar Utang kepada Suara.com, Selasa (12/1/2016).
Utang menceritakan Gafatar berdiri sejak 2011 dan mulai aktif tahun 2012.
Gafatar, katanya, merupakan wujdu baru dari gerakan organisasi yang sebelumnya telah dinyatakan sesat oleh MUI.
"Gafatar ini sebenarnya metamorfosa dari Al Qiyadah Al Islamiyahdari gerakan Al Qiyadah Al Islamiyah lalu menjadi KOMAR (Komunitas Masyarakat Millah Abraham), lalu berubah menjadi Komunitas Masyarakat Millah Ibrahim dan terakhir menjadi Gafatar," katanya.
Utang menambahkan Gafatar terdaftar menjadi organisasi keagamaan dan pada perkembangannya berubah menjadi organisasi sosial masyarakat.
"Mereka legal mendapat dukungan dari pemda di bawah Kemendagri dan dapat legalitas. Namun akhirnya pemerintah melalui Kesbangpol mengambil tindakan, karena meresahkan masyarakat," imbuhnya
"Awalnya mereka punya aktivitas sosial yang tanggap bencana, tapi ada paham keagamaan Al Qiyadah Al Islamiyah yang pemimpinnya yang mengaku nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Pemahaman keagamaan Gafatar meneruskan pemahaman Al Qiyadah Al Islamiyah, yang juga pengurusnya orang Al Qiyadah Al Islamiyah," Utang menjelaskan.
Di beberapa tempat, seperti Aceh dan Ternate, katanya, gerakan tersebut sudah dinyatakan sesat oleh MUI setempat.
Pimpinan Gafatar kedua daerah tersebut sudah dipolisikan. Namun, MUI pusat masih meneliti dan mengkaji untuk menilai gerakan tersebut. MUI akan menerjunkan tim untuk mengambil keterangan dan melengkapi data, seperti di Aceh, Yogyakarta, dan Palembang.
"Secara nasional sudah mengambil langkah, sudah hampir final, minggu ini akan turun ke daerah untuk melaporkan data yang nanti hasil laporannya akan dikaji dan ditangani komisi pengkajian dan penelitian, dan nanti jika sudah didapat akan diumumkan ke publik apakah gerakan itu dianggap aliran sesat," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Bobby Nasution Berikan Pelayanan ke Masyarakat Korban Bencana Hingga Dini Hari
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Mendagri: Pemerintah Mendengar, Memahami, dan Menindaklanjuti Kritik Soal Bencana