Direktur Saiful Mujani Search and Consulting, Djayadi Hanan [suara.com/Nikolaus Tolen]
Direktur Saiful Mujani Research and Consulting, Djayadi Hanan, mengatakan banyaknya penolakan masyarakat terhadap keberadaan Islamic State of Iraq and Syria di Indonesia sangat membantu aparat keamanan. Artinya, banyak masyarakat tidak akan bergabung dengan kelompok radikal itu.
"Kami lakukan survei ini, karena memang domain ISIS sudah ada di Indonesia. Itu penting, karena tidak hanya bagi rakyat Indonesia, tetapi juga terutama bagi pihak pengambil kebijakan dan pihak aparat keamanan," kata Djayadi di kantornya, Jalan Cisadane Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (22/1/2016).
Kata Djayadi, aparat keamanan di Indonesia sudah tidak terlalu sulit lagi dalam menghadapi kelompok-kelompok radikal yang ada di Indonesia. Namun, meskipun mayoritas menolak keberadaan ISIS di Indonesia, bukan berarti aparat keamanan tidak mewaspadai perkembangan dari ISIS tersebut. Karena selain 0,8 persen dari 62 persen yang tahu ISIS menyatakan setuju dengan keberadaannya di Indonesia, masih ada 38 persen lagi yang masih tersisa karena tidak tahu akan ISIS.
"Masih ada potensi yang menyetujui ISIS itu berada di Indonesia. Aparat keamanan harus tetap waspada, walaupun angkanya tidak terlalu besar," kata Djayadi.
Djayadi mengingatkan berkat kepintaran di bidang teknologi, ISIS menjadi lebih mudah merekrut pengikut baru. Apalagi, kata Djayadi, nantinya akan ada lebih banyak warga Indonesia "lulusan" Suriah yang akan kembali ke Indonesia.
"Para teroris ini kan canggih cara berpikirnya, terutama master mindnya, mereka mengerti teknologi, dan bagaimana cara berhubungan dengan orang per orang, yang mereka perlukan sedikit orang untuk melakukan aksi-aksi sesuai kepentingan mereka," kata Djayadi.
"Kami lakukan survei ini, karena memang domain ISIS sudah ada di Indonesia. Itu penting, karena tidak hanya bagi rakyat Indonesia, tetapi juga terutama bagi pihak pengambil kebijakan dan pihak aparat keamanan," kata Djayadi di kantornya, Jalan Cisadane Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (22/1/2016).
Kata Djayadi, aparat keamanan di Indonesia sudah tidak terlalu sulit lagi dalam menghadapi kelompok-kelompok radikal yang ada di Indonesia. Namun, meskipun mayoritas menolak keberadaan ISIS di Indonesia, bukan berarti aparat keamanan tidak mewaspadai perkembangan dari ISIS tersebut. Karena selain 0,8 persen dari 62 persen yang tahu ISIS menyatakan setuju dengan keberadaannya di Indonesia, masih ada 38 persen lagi yang masih tersisa karena tidak tahu akan ISIS.
"Masih ada potensi yang menyetujui ISIS itu berada di Indonesia. Aparat keamanan harus tetap waspada, walaupun angkanya tidak terlalu besar," kata Djayadi.
Djayadi mengingatkan berkat kepintaran di bidang teknologi, ISIS menjadi lebih mudah merekrut pengikut baru. Apalagi, kata Djayadi, nantinya akan ada lebih banyak warga Indonesia "lulusan" Suriah yang akan kembali ke Indonesia.
"Para teroris ini kan canggih cara berpikirnya, terutama master mindnya, mereka mengerti teknologi, dan bagaimana cara berhubungan dengan orang per orang, yang mereka perlukan sedikit orang untuk melakukan aksi-aksi sesuai kepentingan mereka," kata Djayadi.
Tag
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Rumah Hakim PN Medan Kebakaran, Sengaja Dibakar atau Murni Kecelakaan?
-
Akhir Petualangan Dokter Predator, Priguna Anugerah Divonis 11 Tahun Penjara
-
Tolak Soeharto Pahlawan, Cerita Pilu Penyintas Tragedi Tanjung Priok: Ditelanjangi di Markas Kodim
-
Bukan Lagi Soal Look Good, Ini Prioritas Baru Kelas Menengah Indonesia yang Harus Dipahami Brand
-
Momen Haru Jokowi Saksikan Pelepasan Jenazah Raja Solo PB XIII, Ribuan Warga Tumpah Ruah
-
7 Provinsi Terkorup di Indonesia Versi ICW: Riau dan NTT Jadi Pemuncak
-
Mencurigakan! Kenapa Kerangka Manusia di Gedung ACC Baru Ditemukan Dua Bulan Setelah Kebakaran?
-
Dengar 'Curhatan' Kades, Dasco: DPR Kawal Masalah Lahan dan Dana Desa
-
Intervensi Kemenkeu di Kasus Rp349 T? Mahfud MD Desak Menkeu Purbaya Bertindak Tegas!
-
KPK 'Bidik' Wagub Riau SF Hariyanto, Dugaan Korupsi Proyek PUPR Makin Panas