Suara.com - Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP), Dwi Ria Latifa, mengatakan bahwa perseteruan dua menteri di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri ESDM Sudirman Said, soal Blok Masela, harusnya dilakukan dalam rapat kabinet saja dan bukan di tengah publik. Sementara menurutnya, perdebatan soal kebijakan pemerintah harusnya dilakukan DPR.
"Ribut sampai gebrak meja untuk kepentingan masyarakat luas, itu silakan, asal di dalam kabinet dan bila perlu di depan Presiden. Menurut saya, kalau mau ribut dan berdebat (soal kebijakan pemerintah), itu urusannya DPR yang (bertugas) mengkritisi, mengawasi. Jangan sampai mereka pula yang ribut," ujar Dwi, dalam diskusi publik bertajuk "Menteri Ribut Bikin Ribet", di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (5/3/2016).
Dwi pun menyayangkan adanya pernyataan Menko Kemaritiman Rizal Ramli di media sosial, yang mengkritisi kebijakan pembangunan gas alam abadi di Blok Masela dengan menggunakan skema kilang di laut (offshore). Menurutnya, menteri-menteri yang ingin mengkritisi kebijakan pemerintah harusnya dilakukan bukan di media sosial. Pasalnya menurutnya, hal ini bisa menimbulkan dugaan di tengah publik bahwa ada kepentingan di balik perseteruan itu.
"Nanti publik tanya, 'Ini ada apa?' Tiap hari komen di medsos. Hari gini masih komen. Padahal Pak Jokowi bilang, 'Kerja, kerja dan kerja!'" ucapnya.
Dwi menambahkan, Presiden Jokowi sendiri harusnya juga melihat peta politik, dalam pemerintahannya yang sudah berjalan satu tahun. Soalnya, perseteruan atau kegaduhan antar-menteri semacam ini akan menyebabkan terganggunya roda pemerintahan, jika masih saja terus berlanjut.
"Ini sudah tidak perlu (perseteruan antar-menteri), dan Presiden sudah harus melihat secara tepat apa yang terjadi. Karena Presiden sudah setahun. Jangan sampai nanti hal ini berkembang luas dan mengganggu kerja," ungkap anggota Komisi III DPR itu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO