Sebagian sopir taksi tidur-tiduran di Monas, seberang Istana Negara, saat demo menuntut tindakan tegas kepada Uber dan Grab Car [suara.com/Nikolaus Tolen]
Nasib sopir taksi konvensional sungguh miris. Pendapatan mereka kian tipis setelah muncul berbagai jenis transportasi berbasis pemesanan via online, terutama kendaraan plat hitam: Grab Car dan Uber.
Di satu sisi, mereka dituntut perusahaan masing-masing untuk memenuhi target setoran yang hampir setiap tahun naik.
Itu sebabnya, hari ini, mereka mogok dan demonstrasi menuntut pemerintah menutup aplikasi Grab Car dan Uber.
Di satu sisi, mereka dituntut perusahaan masing-masing untuk memenuhi target setoran yang hampir setiap tahun naik.
Itu sebabnya, hari ini, mereka mogok dan demonstrasi menuntut pemerintah menutup aplikasi Grab Car dan Uber.
Sebagian sopir mengungkapkan perusahaan tempat mereka bekerja terkesan tidak berpihak pada perjuangan mereka dan cenderung membiarkan sopirnya berjuang sendiri.
"Perusahaan memang tidak menyuruh kami karena perusahaan dapat setoran terus setiap hari. Kami kan sistemnya komisi. Sekarang, kalau pendapat kami sehari tidak lebih dari Rp550 ribu, maka kami pulang rumah dengan tangan kosong. Kalau begitu terus, nanti kami kerja hanya untuk perusahaan saja. Kalau tunggu mereka, kapan kami punya uang," kata Andri, salah satu sopir taksi, di tengah aksi di depan pintu utara Monas, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (22/3/2016).
"Perusahaan memang tidak menyuruh kami karena perusahaan dapat setoran terus setiap hari. Kami kan sistemnya komisi. Sekarang, kalau pendapat kami sehari tidak lebih dari Rp550 ribu, maka kami pulang rumah dengan tangan kosong. Kalau begitu terus, nanti kami kerja hanya untuk perusahaan saja. Kalau tunggu mereka, kapan kami punya uang," kata Andri, salah satu sopir taksi, di tengah aksi di depan pintu utara Monas, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (22/3/2016).
Ketidakberpihakan perusahaan kepada sopir dirasakan Andri. Perusahaan meminta sopir tidak ikut demonstrasi agar setoran tetap lancar.
"Gila kali itu operator ya, masa sopir taksi yang sedang ikut demo minta segera balik ke posnya atau tidak lanjut kerja. Saya bilang bodoh banget itu operatornya," kata Andri.
Andri mengatakan zaman sekarang untuk orang seperti dirinya tidak leluasa menari kerja. Itu sebabnya, melalui mogok dan unjuk rasa hari ini, diharapkan pemerintah mendengar aspirasi.
"Sekarang lapangan kerja itu sulit sekali. Seperti kami ini, hanya ini saja yang cocok, nanti mau lamar ke tempat lain, kami belum tentu diterima, makanya kami harapkan pemerintah saja, supaya adil," katanya.
Sopir taksi konvensional merasa pemerintah telah mendiskriminasi mereka. Pasalnya, mobil plat hitam seperti Uber dan Grab Car dibebaskan beroperasi dengan sistem online dan mengambil jatah mereka. Padahal, dalam sistem transportasi umum di Indonesia, hanya mobil plat kuning yang boleh beroperasi sebagai angkutan umum, sementara kendaraan plat hitam semata sebagai kendaraan pribadi.
Suara.com - Sejak muncul Uber dan Grab Car di Jakarta sekitar tujuh bulan yang lalu, penghasilan sebagian sopir taksi konvensional menurun drastis.
Benni Hidayat (40), pengemudi taksi Express, mengatakan sekarang ini penghasilan sehari tidak cukup untuk menafkahi anak dan istri di rumah, bahkan dia sering nunggak setoran.
Padahal, kata dia, sebelum Uber dan Grab Car, paling sedikit, Benny bisa bawa pulang rata-rata 300 ribu rupiah sehari.
"Sengsara kami sekarang mas, ini sejak Uber dan Grab itu muncul, jarang bawa uang pulang, kalaupun bawa, biasanya uang setoran yang tidak kita setor, ngutang ke kantor. Padahal dulu, setidaknya saya bawa pulang 300 ribu rupiah," kata Benni kepada Suara.com di Monas. (Dian Rosmala)
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
Terkini
-
Wali Kota Prabumulih Viral usai Mutasi Kepsek, KPK Turun Tangan Periksa Harta Rp17 Miliar!
-
Dirjen Bina Pemdes Monitoring Siskamling di Bali: Apresiasi Sinergi Pecalang, Linmas, dan Pemdes
-
Momen Mistis Terjadi saat Alvi Peragakan Mutilasi Pacar Jadi 554 Potong di Surabaya
-
Heboh LHKPN Wali Kota Prabumulih: Isi Cuma Truk-Triton, Tapi Anak Sekolah Bawa Mobil, KPK Bergerak
-
Siapa Syarif Hamzah Asyathry? Petinggi Ormas Keagamaan yang Diduga Tahu Aliran Duit Korupsi Haji
-
Sempat Diwarnai Jatuhnya Air Mata, AM Putranto Resmi Serahkan Jabatan KSP ke Qodari
-
Gebrakan Jenderal Suyudi Mendadak Tes Urine Pejabat BNN: Lawan Narkoba Dimulai dari Diri Sendiri
-
Bareskrim Gelar Mediasi Selasa Depan: Lisa Mariana Siap Bertemu, Tapi Ridwan Kamil Bimbang
-
Muncul Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk': Suara Protes Pengguna Jalan Terhadap Sirene dan Strobo Ilegal
-
Geger Keluarga Cendana! Tutut Soeharto Gugat Menkeu Purbaya ke PTUN, Misteri Apa di Baliknya?