Suara.com - Usai aksi demo oleh sekelompok mahasiswa asal Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua Yogyakarta di asrama Papua Kamasan Yogyakarta pada 14 dan 15 Juli 2016, muncul berbagai sudut pandang pemberitaan di media massa.
"Ada yang tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Ada pihak-pihak yang sengaja menebar isu dengan tujuan memperkeruh keadaan atau membiaskan alasan mengapa aksi tersebut tidak mendapat izin dan sudah sepatutnya dibubarkan guna menghindari konflik dengan masyarakat dan mencegah munculnya korban," kata Kepala Bidang Humas Polda DIY Ajun Komisaris Besar Polisi Anny Pudjiastuti melalui pesan tertulis kepada Suara.com, hari ini.
Anny kemudian menjelaskan beberapa isu yang menurutnya sengaja disebarluaskan, namun bertentangan dengan fakta di lapangan dari hasil pengamatan masyarakat.
Berita versi pro mahasiswa, kata Anny, menyebutkan pengepungan dan isolasi terhadap asrama Papua Kamasan hingga berakibat penghuni kelaparan dan sakit.
"Faktanya, upaya petugas agar aksi digelar di dalam asrama guna antisipasi terjadinya keributan di tempat umum. Di dalam asrama banyak terdapat persediaan makanan sehingga tidak ada yang kelaparan," kata dia.
Berita versi pro mahasiswa, kata dia, menyebutkan terjadi situasi rusuh dan pemukulan dan perusakan oleh peserta aksi terhadap warga umum yang lewat di sekitar TKP.
"Faktanya, situasi kondusif. Ketegangan kecil hanya terjadi saat masa didorong masuk ke dalam asrama," kata dia.
Berita versi pro mahasiswa, katanya, tindakan represif petugas saat penangkapan warga Papua tanpa alasan jelas di area belakang asrama.
"Faktanya, saat laks sweeping di area belakang asrama Kamasan, ditemukan enam warga Papua bersepada motor yang masih berada di luar dan ada yang membawa panah. Saat hendak diberi pengarahan dan ditanya surat identitas atau SIM, mereka malah cenderung lari dan ada yang memukul petugas. Mereka juga tidak bisa tunjukan SIM. Maka diamankan," kata dia.
Berita versi pro mahasiswa, katanya, mobil PMI yang hendak mengirim logistik dan obat2-obatan dihalangi oleh petugas.
"Fakta, mobil PMI tersebut datang karena menindaklanjuti telepon dari seseorang bahwa warga di dalam asrama kelaparan dan sakit. Namun setelah datang, ternyata tidak ada kondisi sebagaimana yang dimaksud penelepon gelap tersebut. Petugas dari PMI lantas berkoordinasi dengan aparat yang jaga lalu pulang," kata dia.
Berita versi pro mahasiswa: warga sekitar menyalurkan bantuan logistik lewat pintu belakang asrama untuk warga Papua yang terisolir dan kelaparan.
"Fakta, tidak ada penyaluran logistik, di dalam asrama terdapat banyak persediaan makanan. Makanan yang diantar warga merupakan pesanan yang dibeli peserta aksi, supaya mereka tidak perlu keluar asrama," kata dia.
Berita versi pro mahasiswa tanggal 15 Juli ada tiga wartawan yang terjebak di dalam asrama Kamasan.
"Fakta, tiga wartawan tersebut sudah datang ke asrama kamasan Yogya sejak pagi untuk wawancara dan diizinkan masuk serta diterima baik. Namun saat selesai, situasi di luar sudah penuh oleh masa gabungan beberapa ormas dan warga DIY. Untuk keamanan, tiga wartawan memilih untuk tetap di dalam. Jadi bukan terjebak, apalagi penyekapan," kata dia.
Berita versi pro mahasiswa, kata Anny, teriakan dan kecaman dari warga DIY yang bernada SARA untuk menolak kehadiran warga Papua.
"Fakta yang ditolak dan dikecam warga DIY adalah unsur separatis dan bukan mahasiswa Papua," katanya.
Berita versi pro mahasiswa tanggal 15 Juli sempat terjadi kontak senjata petugas Brimob dan peserta aksi sehingga ada korban nyawa.
"Fakta, tidak ada kontak senjata dan tidak ada korban nyawa," katanya.
Anny menegaskan pada 15 Juli warga DIY menggelar aksi bunga di titik nol dengan tema Kitorang Jogja Cinta Papua.
Aksi tandingan ini untuk menepis isu-isu miring yang menggambarkan bahwa warga DIY rasis dan menolak Papua.
"Tanggal 16 Juli 2016 situasi DIY sudah normal. DIY tetap aman dan kondusif," kata dia.
Tag
Berita Terkait
-
Polri Tangkap 5 Anak Buah Aibon Kogoya Pimpinan OPM Penembak Mati 2 Brimob di Nabire
-
Tembak Mati Polisi, Pentolan OPM Konara Enumbi Terduga Pembunuh Brigadir Ronald Enok Ditangkap!
-
4 Fakta Tragis Gugurnya 2 Brimob di Tangan OPM Pimpinan Aibon Kogoya
-
Anggota TPNPB-OPM Pimpinan Egianus Kagoya Diciduk Petugas Gabungan saat Pesta Miras
-
Tertangkap! Orang Kepercayaan Egianus Kogoya Diciduk Saat Mabuk di Puskesmas Nduga
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
Terkini
-
Cemburu Istri Dituduh Selingkuh, Terkuak Motif Pria di Cakung Bakar Rumah
-
Pemprov Sumut Beri SPP Gratis, Internet Gratis, Pelatihan Tenaga Pengajar
-
Daftar 17 Hari Libur Nasional 2026 Resmi Berdasarkan SKB 3 Menteri
-
Pendidikan Ketua PBNU Gus Fahrur, Sebut Food Tray MBG Mengandung Babi Boleh Dipakai setelah Dicuci
-
Cinta Segitiga Berujung Maut: Pemuda Cilincing Tewas Ditikam Pisau 30 Cm oleh Rival Asmara
-
Narasi Prabowo - Gibran Dua Periode Disorot: Orientasi Kekuasaan Jauh Lebih Dominan?
-
Imbas Pasutri di Cakung Ribut: Rumah Ludes Dibakar, Suami Dipenjara, Istri-Mertua Luka-luka!
-
Rocky Gerung Bongkar Borok Sistem Politik!
-
Wahyudin Moridu Ternyata Mabuk saat Ucap 'Mau Rampok Uang Negara', BK DPRD Gorontalo: Langgar Etik!
-
Indonesia di Ambang Amarah: Belajar dari Ledakan di Nepal, Rocky Gerung dan Bivitri Beri Peringatan!