Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965 - 1966 Bedjo Untung di kantor Watimpres, Jalan Veteran, Jakarta Pusat [suara.com/Erick Tanjung]
Para korban dan keluarga korban tragedi 1965, hari ini, menemui Dewan Pertimbangan Presiden untuk menuntut sikap pemerintah dalam menyelesaikan kasus pelanggaran hak asasi manusia periode 1965 - 1966.
Dalam pertemuan tadi, anggota Bidang Hukum dan HAM Wantimpres Sidarto Danusubroto mengatakan Presiden Joko Widodo menunggu waktu yang tepat untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu.
Sidarto kemudian menjelaskan alasan Presiden Jokowi tidak menyinggung penyelesaian kasus tragedi 65 dalam pidato HUT RI yang ke 71 di Istana Negara pada 17 Agustus 2016.
"Tadi Pak Sidarto mengatakan setelah melalui pertimbangan yang alot (berat), memang diakui bahwa mengapa dalam pidato Presiden (HUT RI ke 71) tidak menyinggung kasus tragedi 65. Tapi dia bilang, percayalah Jokowi sebagai Presiden yang nasibnya sama dengan bapak-bapak, beliau hidup di bantaran kali, sangat sederhana. Dia bilang tunggu timing (waktu) yang tepat," kata Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965 - 1966 Bedjo Untung di kantor Watimpres, Jalan Veteran, Jakarta Pusat.
Sidarto juga menceritakan kekhawatiran Jokowi mendapat stigma antek Partai Komunis Indonesia jika menyelesaikan permasalah tragedi 65. Sidarto yang pernah menjabat ajudan Presiden Soekarno juga pernah dicap bagian dari pemberontak oleh aparat di era Orde Baru.
"Dia (Jokowi) takut, belum apa-apa sudah dicap segala macam, seperti kita ketahui Jokowi kan juga dicap PKI dan sebagainya. Inilah yang dihindari, tadi bapak Wantimpres memberikan semangat bahwa keluarganya sendiri juga punya nasib yang sama. Saudara-saudaranya ada yang ditangkap dan ditahan. Beliau sendiri (Sidarto) kena stigma C2, artinya senasib dengan kami," ujar dia.
Setelah mendengar pemaparan Sidarto, Bedjo yakin Jokowi akan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu. Sat ini, Jokowi masih fokus pada persoalan ekonomi nasional.
"Karena itu kami meyakini tinggal tunggu waktu yang tepat Presiden Jokowi pada akhirnya akan menyelesaikan kasus ini. Fokos Jokowi terkait masalah politik, kegaduhan sudah dieliminir, sekarang Jokowi fokus ekonomi. Dia bilang APBN sudah mulai diperketat, banyak penghematan dan pemotongan, karena itu sekali lagi bersabar," tutur Bedjo.
Dalam pertemuan tadi, anggota Bidang Hukum dan HAM Wantimpres Sidarto Danusubroto mengatakan Presiden Joko Widodo menunggu waktu yang tepat untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu.
Sidarto kemudian menjelaskan alasan Presiden Jokowi tidak menyinggung penyelesaian kasus tragedi 65 dalam pidato HUT RI yang ke 71 di Istana Negara pada 17 Agustus 2016.
"Tadi Pak Sidarto mengatakan setelah melalui pertimbangan yang alot (berat), memang diakui bahwa mengapa dalam pidato Presiden (HUT RI ke 71) tidak menyinggung kasus tragedi 65. Tapi dia bilang, percayalah Jokowi sebagai Presiden yang nasibnya sama dengan bapak-bapak, beliau hidup di bantaran kali, sangat sederhana. Dia bilang tunggu timing (waktu) yang tepat," kata Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965 - 1966 Bedjo Untung di kantor Watimpres, Jalan Veteran, Jakarta Pusat.
Sidarto juga menceritakan kekhawatiran Jokowi mendapat stigma antek Partai Komunis Indonesia jika menyelesaikan permasalah tragedi 65. Sidarto yang pernah menjabat ajudan Presiden Soekarno juga pernah dicap bagian dari pemberontak oleh aparat di era Orde Baru.
"Dia (Jokowi) takut, belum apa-apa sudah dicap segala macam, seperti kita ketahui Jokowi kan juga dicap PKI dan sebagainya. Inilah yang dihindari, tadi bapak Wantimpres memberikan semangat bahwa keluarganya sendiri juga punya nasib yang sama. Saudara-saudaranya ada yang ditangkap dan ditahan. Beliau sendiri (Sidarto) kena stigma C2, artinya senasib dengan kami," ujar dia.
Setelah mendengar pemaparan Sidarto, Bedjo yakin Jokowi akan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu. Sat ini, Jokowi masih fokus pada persoalan ekonomi nasional.
"Karena itu kami meyakini tinggal tunggu waktu yang tepat Presiden Jokowi pada akhirnya akan menyelesaikan kasus ini. Fokos Jokowi terkait masalah politik, kegaduhan sudah dieliminir, sekarang Jokowi fokus ekonomi. Dia bilang APBN sudah mulai diperketat, banyak penghematan dan pemotongan, karena itu sekali lagi bersabar," tutur Bedjo.
Komentar
Berita Terkait
-
Mengapa PKI Tidak Dibubarkan Soekarno Bahkan Setelah G30S? Ini 5 Alasannya
-
Sandur, Seni Tradisional yang Pernah Dicap PKI, Kini Bangkit dari Bayang-Bayang G30S
-
DN Aidit: Pahlawan yang Dilupakan atau Dalang G30S? Mengungkap Fakta di Balik Kontroversi
-
Riwayat Karier Ribka Tjiptaning, Politisi Keturunan PKI yang Kini Jadi Anggota DPR
-
Negara Harus Pulihkan Aset Korban Pelanggaran HAM Berat 1965 - 1966
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Penjaringan Ketua DPC PDIP Brebes Dinilai Tak Transparan, Pencalonan Cahrudin Sengaja Dijegal?
-
Bikin Riuh, Dito Ariotedjo Tiba-Tiba Tanya Ijazah Erick Thohir ke Roy Suryo
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'