Suara.com - Pakar Hubungan Internasional Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah mengimbau agar masyarakat Indonesia jangan merasa tersudut dengan komentar dan penilaian Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai Islam.
Saat ditemui LKBN Antara dalam sebuah agenda diskusi politik di Jakarta, Sabtu, Reza menyoroti pernyataan Trump yang cenderung menyudutkan Islam dan mengaitkannya dengan gerakan radikal atau terorisme.
"Pada pidato sambutannya jelas sekali dia fokus pada Islam radikal, padahal dalam kajian sosiologi radikalisme itu ada di semua agama. Tapi kenapa yang dia sebut hanya Islam," tutur Reza memaparkan.
Oleh sebab itu, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, dia meminta masyarakat Indonesia agar tidak terpancing emosinya.
Justru dengan pandangan Trump yang dinilai sangat sempit itu, Reza menyarankan baik warga dan pemerintah Indonesia menjadikan penilaian tersebut untuk menyerang balik melalui jalur diplomatis.
"Kita bisa mengenalkan dunia bahwa Islam, khususnya di Indonesia, jauh berbeda dengan seperti apa yang diberitakan media dunia, tidak buruk seperti yang digambarkan Gedung Putih," kata Reza menegaskan.
Lebih lanjut dia menjelaskan, cara pengenalan yang dimaksud bisa dilakukan dengan cara menjalin pemahaman dengan sesama negara berkembang, ajak mereka untuk mengenal Islam secara luas.
"Jika sudah ada pemahaman yang baik di kalangan negara-negara berkembang, Amerika pasti akan melihat ini dan justru akan tertekan kalau masih bertahan dengan pandangan lamanya itu," tutur Reza menambahkan.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mulai menjabat pada 20 Januari menggantikan Barack Obama setelah menjabat selama delapan tahun sejak 2009.
Trump, yang berlatar belakang seorang pengusaha, mengeluarkan sejumlah pernyataan yang kontroversial baik di bidang ekonomi, keamanan, hingga sosial pada masa kampanyenya.
Keinginannya untuk mengusir imigran asing, penarikan pasukan dan bayaran dari negara-negara sekutu, kampanye anti-Islam, hingga melepas keanggotaannya dari kesepakatan Trans-Pacific Partnership (TPP) dikhawatirkan banyak kalangan akan menghadirkan gejolak baru di dunia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- Siapa Shio yang Paling Hoki di 5 November 2025? Ini Daftar 6 yang Beruntung
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Masjid Dipasang Garis Polisi, Begini Kondisi SMAN 72 Jakarta Pasca Ledakan
-
Olah TKP Dinyatakan Rampung, Brimob Tinggalkan Lokasi, Polda Metro Jaya: Hasilnya Besok
-
Ledakan SMAN 72: Prabowo Beri Peringatan Keras! Ini Pesannya...
-
Ketua MPR: Tidak Ada Halangan bagi Soeharto untuk Dianugerahi Pemerintah Gelar Pahlawan Nasional
-
Misteri Ledakan SMA 72 Jakarta: Senjata Mainan Jadi Petunjuk Kunci, Apa yang Ditulis Pelaku?
-
Ledakan SMA 72 Jakarta: Pelaku Pelajar 17 Tahun, Kapolri Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Update Ledakan SMAN 72: Polisi Sebut 54 Siswa Terdampak, Motif Masih Didalami
-
Ledakan di SMAN 72 Jakarta Lukai 39 Siswa, Enam Orang Luka Berat
-
Kasih Paham, Hidup ala ShopeeVIP Bikin Less Drama, More Saving
-
Pahlawan Nasional Kontroversial: Marsinah dan Soeharto Disandingkan, Agenda Politik di Balik Layar?