Suara.com - Juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi Febri Diansyah membeberkan informasi seputar penangkapan hakim konstitusi nonaktif Patrialis Akbar dalam kasus dugaan menerima suap terkait uji materi Undang-Undang Nomor 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Rabu malam (24/1/2017).
"Indikasi suap adalah di pagi hari, ketika PAK (Patrialis Akbar) komunikasi dengan KM (Kamaludin) di lapangan golf Rawamangun, tim punya pertimbangan tersendiri untuk memastikan transaksi itu benar-benar sudah terjadi," ujar Febri dalam jumpa pers di gedung KPK, Jakarta Selatan, Senin (30/1/2017).
Kamaludin ditangkap di lapangan golf Rawamangun. Dari tangan Kamaludin, penyidik menemukan draft putusan Nomor 129/PUU-XIII/2015.
Setelah menangkap Kamaludin, penyidik menangkap Patrialis. Ketika itu, Patrialis ditangkap ketika sedang perempuan cantik bernama Anggita Eka Putri (24) di Grand Indonesia Mall, Jakarta Pusat.
"Salah satu bukti yang meyakinkan tim adalah ketika penangkapan KM (Kamaludin) adalah kita temukan draft putusan MK 129 yang jadi objek persoalan utama baru kami mengejar ke Sunter dan ke GI untuk mengamankan PAK," kata dia.
Febri mengatakan saat ditangkap, Patrialis baru saja bertemu Kamaludin di lapangan golf. Ketika itu, Patrialis hendak pergi ke gedung Mahkamah Konstitusi yang lokasinya tak jauh dari Grand Indonesia.
Febri mengungkapkan sebelum operasi tangkap tangan, penyidik sudah memiliki bukti-bukti adanya transaksi.
Salah satu bukti transaksi yaitu transaksi uang sebesar 20 ribu dollar Amerika Serikat.
"Ada pertimbangan lain penyidik, transaksional adalah pada Rabu pagi di lapangan golf, uang sebesar 20 ribu dollar AS sudah diterima sebelumnya dan janji 200 ribu dollar Singapura. Kami juga pernah melakukan OTT dan tidak ditemukan uang, karena ada transfer melalui rekening dan ketika sudah ada janji dan bisa membuktikan komitmen maka indikasi janji sudah ada," kata Febri.
"Kami sudah menemukan bukti uang itu untuk apa, belum bisa sampaikan detil karena terkait teknis penyidikan akan dibuka seluasnya untuk publik di pengadilan," Febri menambahkan.
Patrialis ditangkap KPK karena diduga menerima suap sebesar 20 ribu dollar AS dan 200 ribu dollar Singapura atau sekitar Rp2 miliar untuk mempengaruhi putusan MK atas permohonan uji materi UU Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Patrialis yang berlatarbelakang politikus PAN itu ditetapkan menjadi tersangka bersamaan tiga orang lainnya yaitu pengusaha Basuki Hariman, Kamaludin, dan Ng Fenny.
Patrialis merupakan hakim konstitusi mendapat sorotan publik sejak terpilih. Pasalnya, dia menjadi hakim konstitusi tanpa fit and proper test, tetapi dipilih langsung oleh Susilo Bambang Yudhoyono ketika masih menjabat sebagai Presiden.
Sebelum menjadi hakim konstitusi, dia adalah mantan Menteri Hukum dan HAM.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
Terkini
-
Digerebek Satpol PP Diduga Sarang Prostitusi, Indekos di Jakbar Bak Hotel: 3 Lantai Diisi 20 Kamar!
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?
-
RUU Perampasan Aset Mesti Dibahas Hati-hati, Pakar: Jangan untuk Menakut-nakuti Rakyat!
-
Ucapan Rampok Uang Negara Diusut BK, Nasib Wahyudin Moridu Ditentukan Senin Depan!
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi