Suara.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Sabtu (4/3/2017) menuduh pendahulunya, Barack Obama, telah menyadap telepon di kantornya sebulan sebelum pemilihan presiden AS digelar.
Memanfaatkan akun Twitter-nya, Trump menulis, "Mengerikan! Baru saja mengetahui bahwa Obama 'menyadap telepon' saya di Trump Tower sebelum kemenangan. Tidak ada yang ditemukan. Ini adalah bentuk McCarthysm!"
McChartysm dalam cuitan Trump mengacu pada senator Joseph McCarthy yang getol memperjuangkan kebijakan menumpas komunisme di AS pada era 1940an-1950an, tanpa melalui proses hukum yang benar.
Ia juga menuding Obama telah mengabaikan keputusan pengadilan yang menolak permintaan pemerintah AS untuk menyadap Trump dan mendorong para pengacara di AS untuk menggugat Obama.
Ia juga membandingkan Obama dengan skandal Watergate pada era 1970an, yang menyebabkan tumbangnya Presiden Richard Nixon dari Partai Republik, yang terbukti memerintahkan penggeledahan markas Partai Demokrat di Washington.
"Betapa rendahnya Presiden Obama karena telah menyadap telepon saya selama proses pemilu yang sakral. Ini adalah skandal Nixon/Watergate. Bad (or sick) guy!" tulis Trump pada Sabtu dini hari.
Meski demikian, Trump tidak memberikan informasi tambahan terkait tudingannya itu. Ia juga tak menyebut dari mana informasi itu dia peroleh.
Obama juga belum memberikan tanggapan.
Pemerintah Trump sendiri sejauh ini belum memberikan keterangan yang komprehensif terkait hubungannya dengan sejumlah pejabat Rusia sebelum pengusaha 70 tahun itu menduduki Gedung Putih pada Januari lalu.
Bulan lalu penasehat keamanan nasinoal Gedung Putih, Michael Flynn, dipaksa mengundurkan diri karena diketahui telah berbicara dengan duta besar Rusia untuk Washington dan tak secara jujur membeberkan isi pertemuan itu kepada media serta Wakil Presiden, Mike Pence.
Sementara pekan ini terungkap bahwa Jaksa Agung AS, Jeff Sessions, pernah dua kali bertemu Dubes Rusia Sergey Kislayk pada tahun lalu. Tetapi dia tak mengungkap pertemuan itu dalam wawancara dengan Senat AS. (The Guardian)
Berita Terkait
-
Buntut Dokumenter Kontroversial, Trump Tuntut BBC Ganti Rugi Miliaran Dolar
-
Film Terbaru Tom Cruise Dikabarkan Batal Produksi, Ini Alasannya
-
Donald Trump Dituding Dalang Kesepakatan Terburuk Piala Dunia 2026, Kota-Kota AS Terancam Bangkrut
-
Isu Kesepakatan AS-Indonesia Batal Imbas Langgar Janji, Kemenko Perekonomian Klarifikasi
-
Donald Trump Mau 'Cawe-cawe' The Fed: Jangan Mematikan Pertumbuhan!
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah
-
Puasa Rajab Berapa Hari yang Dianjurkan? Catat Jadwal Berpuasa Lengkap Ayyamul Bidh dan Senin Kamis
-
Doa Buka Puasa Rajab Lengkap dengan Artinya, Jangan Sampai Terlewat!
-
Pedagang Korban Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Mulai Tempati Kios Sementara
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga