Suara.com - Laman media massa New York Times pada 28 Januari 2017 menyebutkan bahwa Eropa masih diwarnai kecemasan terkait sejumlah potensi guncangan pada tahun ini.
Sejumlah permasalahan yang diangkat media Amerika Serikat itu mengenai kondisi Eropa antara lain adalah pertanyaan terkait Brexit (keluarnya Inggris secara resmi dari Uni Eropa), Turki yang tidak lagi berkiblat ke benua biru tersebut, kondisi keuangan Yunani yang masih morat-marit, dan perbankan Italia yang masih rapuh.
Salah satu pertanyaan yang dikemukakan New York Times adalah "Will nationalist triumph elsewhere?" (Apakah nasionalis akan berjaya di tempat lain?), yang menyoroti sejumlah partai populisme di Eropa, yang memiliki agenda baik menentang persatuan Uni Eropa, maupun menyerang kaum imigran.
Partai-partai tersebut, seperti UKIP (Inggris), Front National (Prancis), Afd (Jerman), dan PVV (Belanda), semuanya menyebarkan ketakutan akan imigran yang dinilai tidak akan dapat menjalani hidup dan berintegrasi dengan nilai-nilai ala Barat.
Partai-partai ultranasionalis itu juga mengecam pandangan multikulturalisme yang dianggap sebagai tujuan yang utopia, alias tidak mungkin bisa diwujudkan.
Campuran yang mengerikan antara nasionalisme sempit dengan populisme itu dapat dipahami karena gerakan populis, sesuai namanya, hanya mengutamakan hal yang sedang populer atau tren.
Apalagi, Eropa juga saat ini masih mengalami dampak lanjutan dari krisis finansial global sejak 2008, yang membuat masyarakat di sana juga mencari "kambing hitam", dan sasaran yang termudah adalah imigran.
Memang tidak dapat dimungkiri pula bahwa konflik yang membara di Timur Tengah dan Afrika Utara pada beberapa dekade awal abad ke-21 itu juga mendorong banyak orang untuk mengungsi dari area tersebut menuju negara-negara Eropa.
Direktur Eksekutif Human Rights Watch Kenneth Roth dalam laporan "World Report 2017" yang dikeluarkan lembaga tersebut menyatakan bahwa meningkatnya gerakan populis di dunia Barat adalah karena publik mengalami ketidakpuasan dengan "status quo".
Baca Juga: Mobil Angkut Babi Selundupan dari Malaysia Diringkus
"Di Barat, banyak orang merasa tertinggal dengan perubahan teknologi, ekonomi global, dan ketimpangan yang terus berkembang," katanya.
Ditambah dengan sejumlah insiden terorisme yang mengerikan, lanjutnya, membuat beberapa anggota masyarakat merasa tidak betah berada di antara masyarakat yang beragam etnis dan budaya.
Tidak heran bila aktivitas nasionalisme sempit juga muncul, yang dampaknya adalah bangkitnya kembali xenofobia dan Islamofobia.
Hal tersebut mencemaskan karena pada saat ini, iklim seperti itu dapat memunculkan kembali fenomena "pemimpin kuat" yang dapat mengarah kepada kediktatoran, yang ujung-ujungnya juga bisa membungkam berbagai pihak yang tidak setuju dengan mereka.
Kenneth Roth berpendapat bahwa pola model mayoritarianisme seperti itu, yang menyerang prinsip "check & balances" yang membatasi wewenang sebuah pemerintahan, dinilai merupakan bahaya terbesar dari demokrasi saat ini.
Untuk itu, ia menegaskan pentingnya berbagai pihak meneguhkan komitmennya untuk membela nilai-nilai dasar hak asasi manusia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Kiper Timnas Indonesia Emil Audero Puncaki Save Terbanyak Serie A
-
Investor Mundur dan Tambahan Anggaran Ditolak, Proyek Mercusuar Era Jokowi Terancam Mangkrak?
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
Terkini
-
Motif Remaja 16 Tahun Habisi Nyawa Mahasiswi di Ciracas Terungkap, Sempat Kelabui Teman Korban
-
Baru Sehari, Pramono Lihat Uji Coba Tol Fatmawati 2 Gratis Efektif Urai Kemacetan TB Simatupang
-
Dandhy WatchDoc Skakmat Meutya Hafid soal Video Prabowo di Bioskop, Netizen: Balikkan ke Irak!
-
Jaket Ojol Pinjaman Jadi Kedok! Duo Pencuri AC Mal Tambora Bedalih Kepepet Usai Dibekuk Polisi
-
Jaket Ojol Jadi Kedok, Dua Sekawan Gasak AC Mal Tambora karena Himpitan Ekonomi, Endingnya Penjara!
-
DPR Kritik KPU Rahasiakan Dokumen Capres-Cawapres: Itu Bukan Rahasia Negara!
-
Polda Bali Resmi 14 Orang karena Dicap Perusuh Demo Agustus, 4 di Antaranya Masih Anak-anak
-
Gondol Motor Mertua hingga Perhiasan, Mantan Menantu Jadi Maling di Bekasi
-
Daftar 16 Dokumen Kunci Capres-Cawapres yang Dirahasiakan KPU, dari Ijazah hingga LHKPN
-
Khawatir Gejolak Sosial, Komisi II DPR Minta Mendagri Setop Efisiensi Transfer Dana ke Daerah