Ketua DPR Setya Novanto bersama Anas Urbaningrum bersaksi dalam sidang lanjutan dugaan korupsi proyek e-KTP dengan terdakwa mantan pejabat Kemendagri, Irman dan Sugiharto, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (6/4/2017). [Suara.com/Oke Atmaja]
Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Benny K. Harman menyebut rapat badan musyawarah, Rabu (11/4/2017), malam, untuk menyikapi pencegahan Ketua DPR dari Golkar Setya Novanto bepergian ke luar negeri tidak penting.
"Ya diundang. Tapi tidak datang karena ada acara penting, pengesahan yang begitu saja," kata Benny di DPR, Jakarta, Rabu (12/4/2017).
"(Rapat Bamus) nggak penting karena orang usulan pencekalan urusan penegak hukum, urusan hukum, urusan KPK. Itu urusan KPK bukan urusan dewan," Benny menambahkan.
Pencegahan dilakukan karena Novanto menjadi saksi untuk terdakwa kasus dugaan korupsi proyek e-KTP senilai Rp2,3 triliun Andi Agustinus alias Andi Narogong.
Menurut Benny langkah pencekalan yang dilakukan Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM atas permintaan KPK bukan hal yang istimewa sehingga tidak perlu direspon berlebihan.
"Yang dicekal selama ini juga banyak. Yang dicekal bukan berarti juga tersangka. Itu prosedur standar dalam penegakan hukum KPK dan lembaga penegakan hukum di kpk dan penegakan hukum lainnya, jadi (status cekal itu) tidak ada istimewa, kan begitu," kata Benny.
Salah satu kekhawatiran atas pencekalan terhadap Novanto yakni dapat mengganggu kinerjanya sebagai pimpinan legislatif. Benny menilai alasan tersebut sangat tidak mendasar.
"Yang bilang mengganggu (kinerja DPR) siapa? Itukan perasaan, ya kan perasaan. Dan kita nggak menanggapi perasaan," kata Benny.
Hasil rapat badan musyawarah semalam, antara lain meminta Komisi III menyelidiki status cekal tangkal kepada Novanto. Tapi, kata wakil ketua Komisi III, hal itu baru sebatas rencana. Sejauh ini, kata Benny, belum ada surat resmi yang masuk ke Komisi III.
"Belum ada. Kita belum baca, belum denger juga. Saya rasa itu baru rencana. Buktinya sampai sekarang belum ada," kata dia.
Komentar
Berita Terkait
-
Sindiran Pedas? Akademisi Sebut Jejak Sopir Sahroni, Noel, Setnov, Bahlil, hingga Haji Isam
-
Bukan di Bawah Bahlil, Golkar Siapkan Posisi 'Dewa' untuk Setya Novanto?
-
"Enaknya Jadi Setnov": Koruptor Rp 2,3 Triliun Bebas, Keadilan Jadi Lelucon?
-
Politisi NasDem Bela Remisi Setnov? 'Fine-Fine Saja' Lalu Singgung Amnesti Hasto dan Tom Lembong
-
Bebas dari Penjara, Kekayaan Setya Novanto Tembus Ratusan Miliar!
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Hitung Mundur Dimulai? Analis Sebut Kapolri Diganti Usai Hari TNI, Ini Sinyalnya
-
DPRD 'Geruduk' Parkir Ilegal di Jaktim, Dua Lokasi Disegel Paksa, Potensi Pajak Miliaran Bocor
-
'Keterangan Anda Berubah!' Detik-detik Saksi PT Poison Ditegur Hakim di Sidang Sengketa Tambang
-
Saatnya 'Perbarui' Aturan Main, DPR Genjot Revisi Tiga UU Kunci Politik
-
Noel Dikabarkan Mau Jadi Justice Collaborator, KPK: Belum Kami Terima
-
Jejak Korupsi Noel Melebar, KPK Bidik Jaringan Perusahaan PJK3 yang Terlibat Kasus K3
-
Anggotanya Disebut Brutal Hingga Pakai Gas Air Mata Kedaluarsa Saat Tangani Demo, Apa Kata Kapolri?
-
Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
-
Dikabarkan Hilang Usai Demo Ricuh, Bima Permana Ditemukan di Malang, Polisi: Dia Jualan Barongsai
-
Berawal dari Rumah Gus Yaqut, KPK Temukan Jejak Aliran Dana 'Janggal' ke Wasekjen Ansor