Suara.com - Bob Geldof, seorang seniman dan aktivis terkemuka asal Irlandia, mengecam Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sebagai "autokrat yang yang menghina kemanusian". Ia juga menyebut Aung San Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar, Sebagai "salah satu pembasmi etnis terbesar di planet kita."
Berbicara di ajang konferensi One Young World di Bogota, ibu kota Kolombia, Geldof mengaku muak dengan apa yang terjadi di dunia saat ini dan ia merasa jijik melihat para pemimpin dunia yang bertanggung jawab atas hal itu.
"Saya muak melihat Putin. Saya muak akan Xi Jinping. Saya muak pada Trump. Saya muak akan Erdogan," beber Geldof, Jumat (6/10/2017) di hadapan 1.400 pemimpin muda dunia dari 196 negara.
Hadir dalam acara itu empat penerima hadiah Nobel Perdamaian yakni Presiden Kolombia Juan Manuel Santos, mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan, wartawan Yaman, Tawakkol Karman, dan ekonom Banglades, Muhammad Yunus.
"Saya muak bahwa di panggung ini ada beberapa orang besar yang telah berjuang untuk keadilan, perdamaian, dan kesetaraan di dunia. Dan salah satu dari kumpulan mereka di Myanmar telah menghina mereka, melecehkan mereka semua yang telah menerima anugerah terhebat di dunia dengan menjadi salah satu pembasmi etnis terbesar di planet kita. Ini memalukan," lanjut Geldof.
Kecaman Geldof ini adalah serangan terbaru terhadap Suu Kyi, politikus Myanmar berusia 72 tahun yang pada 1991 menerima Nobel Perdamaian.
Suu Kyi dikecam karena tak berani bersuara menentang pembasmian etnis minoritas Rohingya oleh pemerintah Myanmar di negara bagian Rakhine. Padahal PBB sudah secara gamblang menegaskan bahwa yang terjadi di Myanmar adalah pembersihan etnis yang dilakukan secara sistematis.
Sekitar 500.000 ribu warga dari etnis Rohingya yang beragama Islam meninggalkan Myanmar dan mengungsi di Banglades pada September lalu. Mereka bercerita tentang kekejaman para tentara Myanmar yang membakar dan menjarah desa-desa, membunuhi suami dan anak-anak mereka, dan memperkosa istri serta anak-anak perempuan mereka.
Pemerintah Myanmar selalu membantah kekejian ini dan pada pekan lalu mengatakan bahwa "tak ada pembersihan etnis atau genosida di Myanmar".
Kepada para peserta One Young World, Geldof berpesan bahwa mereka perlu "terlibat dalam membangun struktur serta gagasan baru" agar mereka bisa melewati abad ini.
"Dunia kita semakin berbahaya dari hari ke hari. Perubahan bisa datang dari mana saja, bentuknya bisa baik atau bahkan buruk. Tetapi perubahan yang baik harus memenuhi kebutuhan dari masyarakat," tutup dia. (The Guardian)
Tag
Berita Terkait
-
Timnas Voli Indonesia Bidik Juara Grup B, Siap Lawan Siapa Pun di Semifinal SEA Games 2025
-
Timnas Futsal Indonesia Bantai Myanmar di Laga Perdana SEA Games 2025
-
Timnas Voli Indonesia Hajar Myanmar 3-0, Lolos ke Semifinal SEA Games 2025
-
Pilu, Air Mata Jens Raven Usai Kegagalan Timnas Indonesia U-22
-
Timnas Indonesia Merana, Gagal ke Semifinal SEA Games Meski Hajar Myanmar
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
Wagub Babel Hellyana Resmi Jadi Tersangka Ijazah Palsu
-
Eksklusif! Jejak Mafia Tambang Emas Cigudeg: Dari Rayuan Hingga Dugaan Setoran ke Oknum Aparat
-
Gibran Bagi-bagi Kado Natal di Bitung, Ratusan Anak Riuh
-
Si Jago Merah Ngamuk di Grogol Petamburan, 100 Petugas Damkar Berjibaku Padamkan Api
-
Modus 'Orang Dalam' Korupsi BPJS, Komisi 25 Persen dari 340 Pasien Hantu
-
WFA Akhir Tahun, Jurus Sakti Urai Macet atau Kebijakan Salah Sasaran?
-
Kejati Jakarta Tetapkan 2 Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Jadi Tersangka Tindak Pidana Klaim Fiktif JKK
-
Sempat Kabur dan Nyaris Celakai Petugas KPK, Kasi Datun HSU Kini Pakai Rompi Oranye
-
Jadi Pemasok MBG, Perajin Tempe di Madiun Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari
-
Cegah Kematian Gajah Sumatera Akibat EEHV, Kemenhut Gandeng Vantara dari India