Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti [suara.com/Dian Rosmala]
Direktur eksekutif Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti mengatakan apapun kondisi tersangka dugaan korupsi KTP berbasis elektronik Setya Novanto, KPK sebaiknya langsung menahannya.
"Menurut saya KPK harus cepat bergerak. Bahkan saudara Setya Novanto ini kan sudah di dalam DPO artinya sudah ketemu orangnya, tinggal penahanan," kata Ray kepada Suara.com, Jumat (17/11/2017).
Ray menambahkan semua yang berkaitan dengan ketua umum Partai Golkar harus dibawah koordinasi lembaga antirasuah.
"Namanya DPO kan, kalau sudah ketemu tetap ditahan. Sebelumnya kan dicari, sekarang ketemu, jangan dibiarkan," kata Ray.
Karena nama Novanto sudah masuk DPO, Ray mengharapkan KPK segera menahannya.
“Mestinya segera mereka secara hukum mengesahkan ditahan karena proses hukum segala hal yang berkaitan dengan kesehatan Setya Novanto di bawah kewenangan KPK di rumah sakit mana dokter siapa itu semuanya KPK yang menunjukkan,” kata Ray.
Ray menilai janggal penyidik KPK dilarang melihat Novanto setelah ditemukan di Rumah Sakit Medika Permata Hijau.
“Jadi aneh kalau sudah DPO ketemu begitu ketemu mau dibesuk malah KPK-nya nggak boleh ikut melihat ke dalam kan aneh sekali itu. Orang sudah DPO kok atas perintah undang-undang, mereka bisa langsung,” kata Ray.
Saat ini, Novanto di RSCM setelah dirujuk dokter RS Medika Permata Hijau. Novanto kecelakaan ketika sedang dicari penyidik KPK.
"Menurut saya KPK harus cepat bergerak. Bahkan saudara Setya Novanto ini kan sudah di dalam DPO artinya sudah ketemu orangnya, tinggal penahanan," kata Ray kepada Suara.com, Jumat (17/11/2017).
Ray menambahkan semua yang berkaitan dengan ketua umum Partai Golkar harus dibawah koordinasi lembaga antirasuah.
"Namanya DPO kan, kalau sudah ketemu tetap ditahan. Sebelumnya kan dicari, sekarang ketemu, jangan dibiarkan," kata Ray.
Karena nama Novanto sudah masuk DPO, Ray mengharapkan KPK segera menahannya.
“Mestinya segera mereka secara hukum mengesahkan ditahan karena proses hukum segala hal yang berkaitan dengan kesehatan Setya Novanto di bawah kewenangan KPK di rumah sakit mana dokter siapa itu semuanya KPK yang menunjukkan,” kata Ray.
Ray menilai janggal penyidik KPK dilarang melihat Novanto setelah ditemukan di Rumah Sakit Medika Permata Hijau.
“Jadi aneh kalau sudah DPO ketemu begitu ketemu mau dibesuk malah KPK-nya nggak boleh ikut melihat ke dalam kan aneh sekali itu. Orang sudah DPO kok atas perintah undang-undang, mereka bisa langsung,” kata Ray.
Saat ini, Novanto di RSCM setelah dirujuk dokter RS Medika Permata Hijau. Novanto kecelakaan ketika sedang dicari penyidik KPK.
Kuasa hukum Novanto, Fredrich Yunadi, menceritakan peristiwa yang terjadi di rumah sakit ketika tim KPK datang ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau, pagi tadi.
Peristiwa itu terjadi sesaat sebelum Novanto dibawa ke RSCM.
Peristiwa itu terjadi sesaat sebelum Novanto dibawa ke RSCM.
"Tadi ada peristiwa yang kurang mengenakkan terjadi antara KPK, keluarga dengan saya. Karena tadi tiba-tiba setelah ada perundingan kesepakatan Setnov dipindahkan ke sana karena medis dan sudah dikoordinasi sama dokter di sana (RSCM) tiba-tiba KPK yang dalam hal ini diwakili timnya dengan inisial D, mengeluarkan surat mengatakan bahwa Pak SN telah ditahan," ujar Fredrich di RS Medika Permata Hijau.
Pengacara dan keluarga Novanto menolak.
"Dia bilang sekarang (Setnov) adalah wewenang daripada KPK. Saya bilang bisa disebutkan nggak Pak SN itu diperiksa juga belum pernah, ditanya juga belum pernah," kata dia.
Fredrich menolak membaca surat apalagi mengambilnya.. Dia beralasan tidak ada undang-undang yang mengatur tentang penahanan disaat penyidik KPK belum pernah melakukan pemeriksaan.
"Orang dalam keadaan sakit, dan saya tanya wewenang apa? UU mana yang memberikan wewenang pada KPK langsung menahan orang tanpa di periksa dan dalam keadaan sakit cukup parah," kata Fredrich.
"Dijawab (penyidik) KPK punya wewenang. Saya tanya wewenang yang mana. Nggak bisa disebutkan UU mana. Dan surat tersebut nggak mau ada yang tanda tanganin," katanya. [Delfia Cornelia]
Komentar
Berita Terkait
-
Sindiran Pedas? Akademisi Sebut Jejak Sopir Sahroni, Noel, Setnov, Bahlil, hingga Haji Isam
-
Bukan di Bawah Bahlil, Golkar Siapkan Posisi 'Dewa' untuk Setya Novanto?
-
"Enaknya Jadi Setnov": Koruptor Rp 2,3 Triliun Bebas, Keadilan Jadi Lelucon?
-
Politisi NasDem Bela Remisi Setnov? 'Fine-Fine Saja' Lalu Singgung Amnesti Hasto dan Tom Lembong
-
Bebas dari Penjara, Kekayaan Setya Novanto Tembus Ratusan Miliar!
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
Pilihan
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
Terkini
-
11 Tahun DPO hingga Lolos Nyaleg, Jejak Litao Pembunuh Anak Ditahan usai Jabat Anggota DPRD
-
Apa Itu Tax Amnesty? Menkeu Purbaya Sebut Tidak Ideal Diterapkan Berulang
-
Sebut Hasil Rekrutmen Damkar Diumumkan Pekan Depan, Pramono: Saya Minta Jangan Terlalu Lama
-
Cinta Segitiga Berdarah di Cilincing: Pemuda 19 Tahun Tewas Ditusuk Mantan Pacar Kekasih!
-
Segera Diadili Kasus Pembunuhan Kacab Bank BUMN, Sidang Kopda FH dan Serka N Bakal Digelar Terbuka
-
Tragedi Rumah Tangga di Cakung: Suami Bakar Istri dan Kontrakan Ditangkap Usai Kabur 3 Hari
-
Tawuran Antar Remaja di Palmerah Pecah, Dua Kantor RW Rusak Akibat Sambitan Batu
-
Gugatan Ijazah Gibran: Tuntutan Mundur Dijawab Peringatan 'Kisruh Ruang Politik
-
PDIP Pecat Anggota DPRD Gorontalo Wahyudin Moridu, Ngaku Mau Rampok Uang Negara
-
Kisah Pilu Guru Agama di Usia Senja, 21 Tahun Dedikasi Dibalas Kontrak Paruh Waktu