Asap dan abu vulkanik menyembur dari kawah Gunung Agung di Karangasem, Bali, Senin (27/11).
        Pertengahan Maret 1963, Gunung Agung meletus. Kawah memuntahkan lahar. Air sungai berubah warna. Bali gelap. Semua wilayah di sana berabu.
"Saat itu dampak letusannya 1.549 orang tewas, 1.700 rumah hancur. 225 ribu orang kehilangan mata pencarian. Dan 1.000 orang mengungsi," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo dalam konferensi pers di gedung BNPB, hari ini.
 
Peristiwa itu tak pernah dilupakan masyarakat Bali.
 
Puluhan tahun kemudian, tepatnya hari ini, Gunung Agung kembali menunjukkan energi. Level status gunung naik jadi awas. Awan menghitam setelah erupsi. Semua orang yang berada di dalam jarak 10 kilometer diminta minggir. Bandara Internasional Ngurah Rai tak beroperasi.
 
Apakah peristiwa 1963 akan terulang?
 
Sutopo memprediksi kalaupun meletus tak akan sehebat tahun itu.
 
"Kalau berdasarkan analisis sementara kemungkinan kecil, jadi letusannya nggak akan sebesar tahun 1963," ujar Sutopo.
 
Aktivitas vulkanik pada letusan Maret 1963 berlangsung hampir satu tahun lamanya, mulai dari 18 Februari 1963 hingga 27 Januari 1964.
 
"Karena kalau kami lihat energi yang berada di dalam perut atau dapur magma dari Gunung Agung tidak sebesar tahun 1963. Itu dari erupsinya. Dampaknya juga nggak terlalu besar," kata Sutopo.
 
Sutopo meminta masyarakat tenang. Dulu dan sekarang berbeda. Kini, pemerintah sudah punya alat deteksi bencana alam jauh lebih canggih.
 
"Karena saat ini peralatan untuk memditeksi gunung apinya sudah jauh lebih maju dari sebelumnya. Dan informasi sosialisasi dan peringatan dini pada masyarakat sudah lebih maju dari sebelumnya," kata dia.
 
Letusan Gunung Agung 1963
 
Letusan Gunung Agung tahun 1963 mencapai 20 kilometer. Material vulkanik berupa aerosol sulfat melapisi atmosfer bumi dan mengalami pendinginan 0,4 derajat celsius.
 
"Saat itu dampak letusannya 1.549 orang tewas, 1.700 rumah hancur. 225 ribu orang kehilangan mata pencarian. Dan 1.000 orang mengungsi," kata Sutopo.
 
Dampak susulan letusan Gunung Agung 1963 terdiri dari banjir lahar dingin yang menghancurkan permukiman di lereng selatan. 200 warga tewas, 316.518 ton pangan hancur.
"Saat itu dampak letusannya 1.549 orang tewas, 1.700 rumah hancur. 225 ribu orang kehilangan mata pencarian. Dan 1.000 orang mengungsi," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo dalam konferensi pers di gedung BNPB, hari ini.
Peristiwa itu tak pernah dilupakan masyarakat Bali.
Puluhan tahun kemudian, tepatnya hari ini, Gunung Agung kembali menunjukkan energi. Level status gunung naik jadi awas. Awan menghitam setelah erupsi. Semua orang yang berada di dalam jarak 10 kilometer diminta minggir. Bandara Internasional Ngurah Rai tak beroperasi.
Apakah peristiwa 1963 akan terulang?
Sutopo memprediksi kalaupun meletus tak akan sehebat tahun itu.
"Kalau berdasarkan analisis sementara kemungkinan kecil, jadi letusannya nggak akan sebesar tahun 1963," ujar Sutopo.
Aktivitas vulkanik pada letusan Maret 1963 berlangsung hampir satu tahun lamanya, mulai dari 18 Februari 1963 hingga 27 Januari 1964.
"Karena kalau kami lihat energi yang berada di dalam perut atau dapur magma dari Gunung Agung tidak sebesar tahun 1963. Itu dari erupsinya. Dampaknya juga nggak terlalu besar," kata Sutopo.
Sutopo meminta masyarakat tenang. Dulu dan sekarang berbeda. Kini, pemerintah sudah punya alat deteksi bencana alam jauh lebih canggih.
"Karena saat ini peralatan untuk memditeksi gunung apinya sudah jauh lebih maju dari sebelumnya. Dan informasi sosialisasi dan peringatan dini pada masyarakat sudah lebih maju dari sebelumnya," kata dia.
Letusan Gunung Agung 1963
Letusan Gunung Agung tahun 1963 mencapai 20 kilometer. Material vulkanik berupa aerosol sulfat melapisi atmosfer bumi dan mengalami pendinginan 0,4 derajat celsius.
"Saat itu dampak letusannya 1.549 orang tewas, 1.700 rumah hancur. 225 ribu orang kehilangan mata pencarian. Dan 1.000 orang mengungsi," kata Sutopo.
Dampak susulan letusan Gunung Agung 1963 terdiri dari banjir lahar dingin yang menghancurkan permukiman di lereng selatan. 200 warga tewas, 316.518 ton pangan hancur.
Tag
Komentar
        Berita Terkait
- 
            
              WNA Korea Selatan yang Hilang Di Gunung Agung Ditemukan Tewas di Jurang Berbatu
 - 
            
              Karya Aci Purnama Kasa, Jalur ke Pura Pengubengan Ditutup Sementara
 - 
            
              Sempat Terkendala Cuaca Ekstrim, Tim SAR Lanjutkan Proses Evakuasi Jenazah di Gunung Agung
 - 
            
              6 Potret Tempat Pernikahan BCL & Tiko Aryawardhana: Super Mewah dengan View Gunung Agung, Ini Prediksi Harganya
 - 
            
              Toko Buku Gunung Agung Masih Cuci Gudang, Beli 3 Produk Ini Cuma Bayar 1
 
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
 - 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 
Pilihan
- 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 - 
            
              5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
 - 
            
              Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
 
Terkini
- 
            
              BMKG Prakirakan Hujan Lebat di Sumatera dan Kalimantan, Jawa Waspada Bencana
 - 
            
              Episode Final Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas, Ajang Pembuktian Kehebatan UMKM Lokal
 - 
            
              Bareskrim Polri Bongkar Tambang Pasir Ilegal di Taman Nasional Gunung Merapi Bernilai Rp 48 Miliar
 - 
            
              Sidang MKD: Ahli Hukum Warning Pelaku Hoaks, Video Uya Kuya Jadi Bukti
 - 
            
              Bukan soal Whoosh, Ini Isi Percakapan Dua Jam Prabowo dan Ignasius Jonan di Istana
 - 
            
              KontraS Pertanyakan Integritas Moral Soeharto: Apa Dasarnya Ia Layak Jadi Pahlawan Nasional?
 - 
            
              Viral Pria Gelantungan di Kabel Jalan Gatot Subroto, Ternyata Kehabisan Ongkos Pulang Kampung
 - 
            
              Dorong Kedaulatan Digital, Ekosistem Danantara Perkuat Infrastruktur Pembayaran Nasional
 - 
            
              AJI Gelar Aksi Solidaritas, Desak Pengadilan Tolak Gugatan Mentan Terhadap Tempo
 - 
            
              Temuan Terbaru: Gotong Royong Lintas Generasi Jadi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045