Kelompok tani dupa Andini memproduksi 21 ton dupa dalam sepekan. Salah satu perlengkapan berdoa yang digunakan umat Hindu dan Konghucu itu dikirim ke sejumlah negara di Asia, di antaranya Cina, Jepang, Hongkong, dan India.
Mereka mendapatkan bantuan dari program Corporate Social Responsibility PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Malang tahun 2014. Pada tahun 2016, mereka mendapat bantuan mesin pencetak dupa. Peran Pertamina tersebut, kata dia, dapat meningkatkan hasil produksi dupa warga.
"Tahun 2014, pertama kami dibantu mesin penghalus biting. Tahun berikutnya (2015) dibantu dua unit mesin pengaduk bahan dupa oleh Pertamina," ujar Nain.
Untuk memenuhi target pengiriman 21 ton saban pekan, kelompok tani Andini harus mengumpulkan bahan pembuatan dupa dari beberapa pengrajin rumahan. Dalam satu minggu pengiriman dilakukan sebanyak tiga kali, dengan sekali pengiriman 7 ton.
Pengiriman 21 ton setara dengan Rp315 juta, tapi belum termasuk ongkos produksi. Seperti di antaranya pembelian bahan baku dan biaya transportasi.
"Sekali pengiriman (7 ton) Rp105 juta itu kotor. Dikurangi ongkos truk dan sebaginya. Rp315 juta kalau pengiriman 21 ton," katanya.
Pertamina Malang, Jawa Timur, tetap akan memberikan CSR ke kelompok petani Andini tahun depan. Operation Head TBBM Malang, Dani Rusmayadi, menargetkan kelompok tani di Desa Dalisodo itu dapat mengekspor sendiri hasil produksinya ke sejumlah negara tahun 2018. Sehingga tidak harus dikirim ke pembeli di Bali.
"Jadi ini pemberdayaan masyarakat. Kami mendorong masyarakat ini penghasilannya lebih. Insya Allah untuk tahun depan kita dorong untuk masyarakat di sini bisa mengekspor produksi mereka sendiri," kata Dani.
"Selama ini mereka belum ekspor sendiri. Selama ini mereka hanya setor ke distributor (dupa) di Bali," Dani menambahkan.
Sebelum memberikan CSR ke kelompok petani dupa Andini, Pertamina lebih dulu berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan, Kabupaten Malang. Setelah mendapat rekomendasi, kelompok Andini diniali yang paling semangat dalam memproduksi dupa.
"Karena (kelompok) yang lain belum berkembang. Yang punya semangt kelompok tani ini, pertama mereka (dikelola) sama dinas kehutanan. Setelah koordinasi dan mau, kami push mereka selama empat tahun ini," kata dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
Terkini
-
Pasar Jaya Gerak Cepat, Penampungan 350 Pedagang Kramat Jati Siap dalam 3 Hari
-
Habib Syakur: Gosip Dito Ariotedjo-Davina Tak Boleh Tutupi Fokus Bencana Sumatra
-
Toko Plastik Simpan Karbit Diduga Sumber Api Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati
-
Kemenbud Resmikan Buku Sejarah Indonesia, Fadli Zon Ungkap Isinya
-
Respons Imbauan Mensos Donasi Bencana Harus Izin, Legislator Nasdem: Jangan Hambat Solidaritas Warga
-
Pagi Mencekam di Pasar Kramat Jati, 350 Kios Pedagang Ludes Jadi Arang Dalam Satu Jam
-
Antisipasi Bencana Ekologis, Rajiv Desak Evaluasi Total Izin Wisata hingga Tambang di Bandung Raya
-
Ketua Komisi III DPR: Perpol 10 Tahun 2025 Konstitusional dan Sejalan dengan Putusan MK
-
Kuasa Hukum Jokowi Singgung Narasi Sesat Jelang Gelar Perkara Ijazah Palsu
-
350 Kios Hangus, Pemprov DKI Bentuk Tim Investigasi Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati