Suara.com - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan permasalahan pengelolaan dana otonomi khusus Papua dari 2011 hingga 2017. Temuan BPK tersebut sudah dilaporkan ke Tim Otsus Papua dari DPR untuk dilakukan kajian lebih mendalam.
"Tadi telah disampaikan sejumlah masalah. Terkait apa yang dirasakan oleh masyarakat di sana terhadap penggunaan dana Otsus yang masih kurang dirasakan manfaatnya secara keseluruhan," kata Wakil DPR Fadli Zon usai gelar pertemuan dengan BPK di DPR, Jakarta, Senin (5/3/2018).
Fadli mengatakan salah satu temuan BPK yaitu regulasi penggunaan dana hibah.
"Ini akan menjadi bahan kajian bagi kita di Tim Otsus Papua," ujar Fadli.
Hal tersebut diakui oleh Wakil Ketua BPK, Bahrullah Akbar. Semua temuan BPK terkait dana Otsus Papua sudah disampaikan secara detail ke DPR.
"Jadi ini masalah regulasi harus kita perbaiki, karena rekomendasi BPK itu antara lain ke sana. Peraturan-peraturan pendukung dan melihat dari kondisi Papua itu sendiri," tutur Bahrullah.
Selain itu sistem kendali di internal penerima dana Otsus juga mesti diperbaiki. Bukan saja menjadi tugas BPK, melainkan juga BPKP, Provinsi serta Kabupaten/Kota.
"Kita harus sama-sama melihat ini secara jernih, terkait permasalahan transparansi dan akuntabilitas di Papua," ujar Bahrullah.
Bahrullah mengatakan berdasarkan temuan oleh BPK, terdapat potensi penyalahgunaan dana Otsus Papua oleh penerima. Namun, ia tidak bisa menyampaikan jumlah kerugian negara akibat penyalahgunaan dana tersebut.
Baca Juga: HIPMI Akui Minat Anak Muda Papua Jadi Pengusaha Masih Rendah
"Kalau hal itu kan bukan ranah kami disini untuk disampaikan. Tapi bisa dilihat bahwa dalam beberapa hal kasus-kasus yang dekat dengan Tipikor itu sudah ada temuan BPK yang disampaikan," kata Bahrullah.
"Berapa besarnya kita tidak melihat. Tapi yang jelas, Papua sudah lebih dari Rp60 triliun selama tahun 2011. Sudah ada yang ditindaklanjuti," tambah Bahrullah.
Tag
Berita Terkait
-
HIPMI Akui Minat Anak Muda Papua Jadi Pengusaha Masih Rendah
-
Berunding Ingin Dapat Nilai Bagus, Sandiaga Ngopi Bareng DPRD
-
Tiba di KPU dengan Topi Khas Adat Papua, Ini Penjelasan Ketum PKB
-
Kemenkes Bangun Rumah Gizi Pemantau Kondisi Masyarakat Papua
-
Dana Otsus, Papua dan Papua Barat Belum Jalankan Rekomendasi KPK
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
Terkini
-
Kekerasan hingga Penipuan Daring, KemenPPPA Soroti Kerentanan Perempuan di Dunia Nyata dan Digital
-
Wakili Indonesia, Kader PSI Soroti Masalah Ini di Konferensi Dunia di Shanghai
-
Bukan Cari Cuan, Jokowi Beberkan Alasan Bangun Whoosh Meski Diterpa Isu Korupsi
-
Politikus Nasdem Rajiv Mangkir dari Pemeriksaan Kasus CSR, KPK Pastikan Bakal Panggil Ulang
-
Di Hari Sumpah Pemuda, Puan Ajak Generasi Muda Kawal Demokrasi dengan Etika dan Akal Sehat
-
Penyelidikan Perkara Whoosh Masih Fokus Cari Tindak Pidana, KPK Enggan Bahas Calon Tersangka
-
Suka Mabuk Sambil Acungkan Golok ke Warga, Pria di Pulogadung Tewas Terlindas Truk
-
Sandra Dewi Mendadak Menyerah, Gugatan Penyitaan Aset Korupsi Harvey Moeis Dicabut!
-
Dukung KPK Selidiki Dugaan Mark Up Kereta Cepat Whoosh, DPR: Pelakunya Harus Diseret ke Jalur Hukum
-
Trump Tingkatkan Tekanan Militer: AS Kirim Kapal Perang, Venezuela Tuduh CIA Terlibat!