Suara.com - Pemerintah Republik Kongo dan Republik Demokratik Kongo melaksanakan kunjungan kerja ke sejumlah tempat di Pontianak, Kalimantan Barat, selama dua hari, yaitu Sabtu (27/10/2018) dan Minggu (28/10/2018). Kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut pertemuan "The 3rd Meeting of the Partners of Global Peatlands Initiative (GPI-3)", yang diselenggarakan oleh United Nations on Environment Programme (UNEP), di Brazzaville, Maret 2018.
Pada pertemuan tersebut, paparan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya tentang pengelolaan ekosistem gambut Indonesia mendapat apresiasi tinggi dari 50 negara peserta. Pertemuan itu sendiri menghasilkan Deklarasi Brazzaville, dimana pemerintah Kongo dan Indonesia menyepakati kolaborasi dan kerja sama terkait pengelolaan gambut berkelanjutan.
Lembah Gambut Kongo (Congo Basin) merupakan ekosistem gambut dengan luasan terbesar kedua di dunia dan memiliki potensi menyerap karbon yang setara dengan tiga tahun emisi gas rumah kaca global. Kehadiran pemerintah Republik Kongo dan Republik Demokratik Kongo ke Indonesia adalah untuk mempelajari pengelolaan gambut.
Adapun delegasi pemerintah Republik Kongo adalah Menteri Lingkungan Hidup dan Pariwisata Republik Kongo, Ms. Arlette Soudan-Nonaults, didampingi oleh Direktur Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan Republik Demokratik Kongo, Mr. Jose Ilanga Lofonga.
Pada kunjungan kerja ke markas Manggala Agni Daops Pontianak, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Raffles B. Panjaitan berbagi pengalaman terkait upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Menteri Arlette terkesan dengan keberhasilan Indonesia dalam pengendalian karhutla melalui pemanfaatan inovasi dan teknologi, hingga keterlibatan Masyarakat Peduli Api.
“Mereka adalah pahlawan yang sebenarnya dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan, serta memastikan lingkungan hidup yang lestari,” ujar Arlette kepada perwakilan Masyarakat Peduli Api, yang turut hadir di markas Manggala Agni.
Bahkan ia mengajak salah satu masyarakat adat Kongo untuk ikut dalam rombongan ke Indonesia, sebagai wujud komitmen pemerintah Republik Kongo terhadap pentingnya peran masyarakat lokal dalam pengelolaan gambut.
Di Daops Manggala Agni Pontianak, Arlette dan rombongan mempelajari pengolahan cuka kayu sebagai alternatif solusi Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) dan demplot aplikasi cuka kayu. Delegasi Kongo juga berkesempatan menyaksikan simulasi pemadaman karhutla untuk memperlihatkan cara-cara teknis dan kerja sama Manggala Agni dalam melakukan pemadaman.
Setelah itu, delegasi Kongo juga berkesempatan melakukan penanaman buah di halaman kantor Daops Manggala Agni Pontianak. Kegiatan tersebut merupakan contoh pemanfaatan lahan secara efektif yang dapat dilakukan masyarakat.
Baca Juga: KLHK Selidiki Serius Kasus Unggahan Foto Kijang Mati di Medsos
Pada Minggu (28/10/2018), delegasi Kongo melanjutkan kunjungan ke kawasan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI), PT. Mayangkara Tanaman Industri, di Sanggau, Kabupaten Kubu Raya, untuk melihat pengelolaan hidrologi di Kawasan Hutan Tanaman Industri, yang meliputi infrastruktur, sarana pencegahan kebakaran hutan, dan alat SESAME sebagai alat pendeteksi awal kebakaran (fire danger rating system) berdasarkan data pengukuran real time tinggi muka air tanah gambut di area konsesi.
Arlette menyadari perlunya sinergi antara produksi dan konservasi yang diterapkan dalam satu sistem pengelolaan hutan tanaman industri. Keseimbangan antara produksi dan konservasi, potensi satwa yang terdapat di areal konsesi, seperti Burung Hantu, Burung Kuncit Madu, Orang Utan, Burung Emporok, Burung Enggang, Ular Tetak Emas, Kura-kura Katup, Binturung dan Pelanduk, dinilai dapat terus dilestarikan karena habitat yang baik.
Di akhir kunjungan, rombongan mengunjungi lokasi Aloe Vera Center di Pontianak. Lokasi ini merupakan salah satu UPTD Provinsi Kalimantan Barat, yang secara khusus melakukan budidaya aloe vera atau lidah buaya, dan memproduksinya dalam bentuk makanan maupun minuman.
Kunjungan ke Aloe Vera Center tersebut atas rekomendasi Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmadji. Ia menyampaikan, bahwa Aloe vera memiliki keunggulan sebagai tanaman yang dapat berkembang biak dengan baik di areal gambut.
Selama kunjungan dua hari di Kaliamantan Barat, pemerintah Republik Kongo dan Republik Demokratik Kongo didampingi oleh rombongan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang dipimpin oleh Kepala Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BLI), Dr. Ir. Agus Justianto.
Turut hadir dalam rombongan KLHK, Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan dan Direktur Pengendalian Kerusakan Gambut Kementerian LHK. Rombongan juga terdiri atas perwakilan UNEP, FAO dan CIFOR.
Berita Terkait
-
Jadi Tersangka Korupsi PLTU Kalbar, Kenapa Adik Jusuf Kalla hingga Eks Direktur PLN Tidak Ditahan?
-
Adik Jusuf Kalla dan Eks Dirut PLN Jadi Tersangka Korupsi PLTU Mangkrak Rp 1,35 Triliun
-
5400 Telur Penyu Diselundupkan: Jejak Digital Ungkap Kongkalikong Sipil-TNI di Kalbar
-
Dua Kabupaten Tetapkan Status Darurat Asap, 1.038 Titik Panas Terdeteksi di Kalbar
-
Warga Kalbar Resah Transmigrasi Rampas Tanah? Menteri Beri Klarifikasi Soal Kuota 30%
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- STY Siap Kembali, PSSI: Tak Mudah Cari Pelatih yang Cocok untuk Timnas Indonesia
Pilihan
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
-
Hore! Purbaya Resmi Bebaskan Pajak Bagi Pekerja Sektor Ini
-
Heboh di Palembang! Fenomena Fotografer Jalanan Viral Usai Cerita Istri Difoto Tanpa Izin
Terkini
-
Warga Karangasem Demak Senyum Bahagia Menyambut Terang Baru di HLN ke-80
-
Tangan Diikat saat Dilimpahkan ke Kejaksaan, Delpedro: Semakin Ditekan, Semakin Melawan!
-
Prabowo: Saya Nonton Podcast Tiap Malam, Masa Saya Dibilang Otoriter?
-
Koalisi Sipil Tolak Soeharto Dapat Gelar Pahlawan, Sebut Pemerintah Abaikan Korban Pelanggaran HAM
-
Kontroversi Utang Whoosh: Projo Dorong Lanjut ke Surabaya, Ungkit Ekonomi Jawa 3 Kali Lipat
-
Prabowo Dukung Penuh Polri Tanam Jagung: Langkah Berani Lawan Krisis atau Salah Fokus?
-
Skandal Suap Vonis Lepas CPO: Panitera Dituntut 12 Tahun, Ungkap Peran Penghubung Rp60 Miliar!
-
DPR Sibuk! 2 RUU Siap Ubah Wajah Indonesia: Single ID Number dan Revisi Sistem Pemilu
-
Bakal Jadi Partai atau Pindah ke PSI? Begini Rencana Projo
-
Whoosh Bikin Tekor Triliunan, Ekonom Curiga Proyek Salah Sasaran dan Ada 'Permainan' Markup