Suara.com - Video yang menunjukkan Cawapres Nomor Urut 01 Maruf Amin menyebut "Ahok harus kita habisi" mengundang rasa iba dari politikus Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean.
Rasa iba itu ditunjukkan untuk para pendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang tergabung dalam "Ahoker".
Belum lama ini muncul sebuah video yang memperlihatkan Maruf Amin tengah berbincang soal Ahok.
Terdengar dari video itu Maruf menyebut Ahok ialah sumber masalah dan harus dihabisi.
"Kasihan Ahoker, apakah mereka akan tetap pilih Maaruf Amin dan Jokowi?," kata Ferdinand dalam akun Instagramnya @ferdinand_hutahaean pada Jumat (5/4/2019).
Untuk diketahui, Cawapres pasangan Jokowi, Maruf Amin, tidak membantah bicara "Ahok harus kita habisi" dalam video viral yang belum lama ini beredar.
Bahkan, Maruf Amin sempat bicara jika Ahok adalah sumber masalah/konflik.
Maruf Amin bercerita, sebelum berbicara itu, dia didatangi beberapa pemuka agama Islam atau ustaz yang akan mendukung Anies Baswedan menjadi calon presiden.
Sejumlah ustaz tersebut berkaca dari pengalaman Anies dapat mengalahkan Ahok pada Pilkada DKI Jakarta, tahun 2016.
Baca Juga: AS Roma Ramaikan Perburuan Jose Mourinho
"Waktu itu, beberapa ustaz ngajak saya untuk mendukung Anies Baswedan menjadi calon presiden," kata Maruf Amin, usai menghadiri kegiatan Dialog Cawapres KH Ma'ruf Amin dengan Pesantren Kampung se-Priangan Timur di Garut, Jawa Barat, Kamis (4/4/2019).
"Saya tidak setuju. Saya bilang, Ahok itu waktu itu saya menggunakan istilah sumber konflik. Konflik muncul karena Ahok," katanya.
Menurut Maruf Amin, kalau Ahok harus dicegah, tetapi Joko Widodo berbeda.
"Pak Jokowi tidak (seperti Ahok). Makanya saya cenderung mendukung Pak Jokowi, ketimbang Anies. Sekarang waktunya Pak Jokowi," katanya.
"Waktu itu konteksnya jelas, saya tidak mau mendukung Anies. Karena, sekarang eranya Pak Jokowi. Dia harus selesai dua periode," katanya.
Mantan Rais Aam PBNU ini juga menegaskan, bahwa video yang disebar itu hasil editan, sudah tidak utuh lagi.
Berita Terkait
-
Keturunan Prabu Siliwangi, Ma'ruf Amin Minta Dukungan Warga Jabar
-
Viral Video Ahok Harus Kita Habisi, Maruf Amin: Konflik Muncul karena Ahok
-
Bela Ahok, Cuitan Hanum Rais Disamakan Jubir PSI dengan People Power
-
Minta Dukungan, Ini Janji Ma'ruf Amin untuk Masyarakat Sukabumi Jika Menang
-
Megawati Bingung saat Ma'ruf Amin Tanya soal Celana atau Sarung
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Zahaby Gholy Starter! Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Tinggal Klik! Ini Link Live Streaming Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Siapa Justen Kranthove? Eks Leicester City Keturunan Indonesia Rekan Marselino Ferdinan
-
Menko Airlangga Ungkap Dampak Rencana Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Modal Tambahan Garuda dari Danantara Dipangkas, Rencana Ekspansi Armada Kandas
Terkini
-
DPR Dukung BGN Tutup Dapur SPPG Penyebab Keracunan MBG: Keselamatan Anak-anak Prioritas Utama
-
BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem Selama Seminggu, Jakarta Hujan Lebat dan Angin Kencang
-
Setelah Gelar Pahlawan, Kisah Soeharto, Gus Dur, hingga Marsinah akan Dibukukan Pemerintah
-
Dari Kelapa Gading ke Senayan: Ledakan SMA 72 Jakarta Picu Perdebatan Pemblokiran Game Kekerasan
-
Terungkap! Terduga Pelaku Bom SMA 72 Jakarta Bertindak Sendiri, Polisi Dalami Latar Belakang
-
Skandal Terlupakan? Sepatu Kets asal Banten Terpapar Radioaktif Jauh Sebelum Kasus Udang Mencuat
-
GeoDipa Dorong Budaya Transformasi Berkelanjutan: Perubahan Harus Dimulai dari Mindset
-
Usai Soeharto dan Gus Dur, Giliran BJ Habibie Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional
-
PN Jaksel Tolak Praperadilan PT Sanitarindo, KPK Lanjutkan Proses Sidang Korupsi JTTS
-
Dimotori Armand Maulana dan Ariel Noah, VISI Audiensi dengan Fraksi PDIP Soal Royalti Musik