Beragam isu ini disertai dengan beragam aktor-aktor politik dan ekonomi di setiap isu tersebut. Para aktor politik dan ekonomi ini memiliki misi untuk menggiring opini publik juga. Hasilnya adalah masyarakat sipil, termasuk mahasiswa, rentan terhadap fragmentasi, baik dari segi isu maupun pengelompokan sosial.
Akibat lanjutnya adalah sulit sekali mencari common ground atau kepentingan bersama yang menyatukan semua kelompok, dan selanjutnya musuh bersama. Musuh gerakan 2019 ini sangat banyak, termasuk para senior mereka sendiri–aktivis ‘98–baik yang telah duduk di posisi strategis lembaga negara dan partai politik, atau yang sekadar menjadi pengamat.
Generasi 1998 tidak mengalami kerumitan isu ini. Isunya tunggal yakni turunnya Suharto. Common ground kami sudah terbentang rapi. Sehingga saat rapat persiapan aksi, yang kami resahkan lebih pada strategi berhadapan dengan aparat yang mungkin akan sangat represif.
Dalam rapat-rapat tersebut, kami diteror kabar yang menciutkan hati. Konon, ratusan tentara sedang dalam perjalanan dari Jakarta untuk menghalau aksi.
Selain itu, isu yang diusung generasi 2019 lebih nyata dan bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya mereka menolak RKUHP karena salah satu pasalnya akan mengancam pekerja generasi Z dan milenial yang pulang malam dengan denda yang signifikan angkanya.
Sedangkan isu yang diusung generasi 1998 sangat besar dan makro yang 'nun jauh di sana’. Generasi 1998 mengangkat isu terkait dengan hak politik seperti kebebasan berpendapat dan berkumpul. Isu yang diangkat tidak terlalu menyentuh hak warga sehari-hari, seperti kebebasan untuk melakukan mobilitas fisik seperti bepergian karena bekerja.
Dulu, tentara dan orang tua tersayang adalah dua pihak yang paling kami takuti. Tentara akan mementungi kami, dan mengejar kami sampai ke kampus. Orangtua akan menelepon dan berpesan pelan untuk fokus pada kuliah. Sekarang, para orang tua pasti masih mengirim pesan pada para ananda. Peran tentara diganti para polisi.
Berita Terkait
-
Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Blitar Bersihkan "Sampah UU dan RUU"
-
6 Poster Lucu Aksi Mahasiswa: 1 Permen Milkita = 4 Otak DPR
-
Siswa STM Mau Aksi Bantu Kakak Mahasiswa di DPR, Tapi Malah Dijemur Polisi
-
Mahasiswa Pendemo DPR: Saat Sesak Napas, Mulut Saya Ditembak Peluru Karet
-
Babak Belur saat Demo, Naufal: Perusuh di DPR Tua-tua Tak Pakai Almamater
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Jeritan Hati Anak Riza Chalid dari Penjara: Ayah Saya Difitnah, Saya Bukan Penjahat Besar
-
Setuju TNI Jaga Kilang, Bahlil Bicara Sabotase dan Potensi Ancaman
-
Sindir Ada Pihak Tak Waras Beri Informasi Sesat, Rais Syuriyah Bawa-bawa Elite NU
-
KPK Sebut Belum Terima Salinan Keppres Rehabilitasi, Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Batal Bebas Besok?
-
Heboh Isu Jokowi Resmikan Bandara IMIP, PSI: Ada yang Memanipulasi Fakta
-
Arya Daru 24 Kali Check In Hotel dengan Rekan Kerja, Polisi Didesak Dalami Jejak Vara!
-
DPR Desak Kemenkes Sanksi Tegas 4 RS di Papua yang Tolak Pasien Ibu Hamil
-
Gerindra Luncurkan Layanan Informasi Partai Berbasis AI, Kemenakan Prabowo Singgung Transparansi
-
RUU Kesejahteraan Hewan Maju ke DPR, DMFI: Saatnya Indonesia Beradab
-
Buntut Surat Edaran, PBNU Akan Gelar Rapat Pleno Tentukan Nasib Gus Yahya