Suara.com - Aksi damai yang berujung ricuh kembali terjadi di Wamena, Jayawijaya, Papua pada Senin (23/9/2019) lalu. Sejumlah kantor pemerintahan, fasilitas umum dan rumah warga dibakar.
Tercatat puluhan orang menjadi korban dalam kerusuhan tersebut. Tak hanya penduduk asli, masyarakat dari luar Papua pun turut menjadi korban.
Bahkan tak sedikit masyarakat dari luar kota tersebut sementara waktu diungsikan untuk kemudian dipulangkan ke kampung halamannya.
Ketika berada di pengungsian, para pengungsi pun menceritakan peristiwa mengerikan yang dialami.
Nani Susongki, asal Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur merupakan satu dari sekian warga yang memilih mengungsi.
Wanita paruh baya yang sudah 17 tahun merantau ke Wamena itu, mengaku selamat dari aksi beberapa pekan lalu karena pertolongan seorang masyarakat asli setempat yang biasa disapa Mama Manu.
Letak rumah Mama Manu di Kota Wamena, tepat berada di belakang rumah Nani.
“Kalau kami sembunyi di Honai (rumah) Mama Manu. Kami disembunyikan di situ,” kata Nani Susongki di Aula Lanud Jayapura yang dijadikan lokasi pengungsian sementara.
Ia menceritakan, sebelum aksi amuk massa terjadi di pusat Kota Wamena, sekitar pukul 07.30, anak perempuannya yang bekerja di salah satu toko gadget, menelponnya. Mengingatkan agar Nani tidak keluar rumah.
Baca Juga: Tak Punya Saudara di Wamena, Perantau Asal Jawa Timur: Saya Ingin Pulang
Tak berapa lama, informasi menyebar jika daerah Homhom sudah terbakar. Situasi di dalam Kota Wamena mulai bergejolak.
Nani bersama beberapa anggota keluarganya meninggalkan rumah. Menuju ke bagian belakang rumah. Dalam perjalanan, ia bertemu tiga orang yang memegang senjata tajam.
“Kami mundur pelan-pelan. Saya pikir bagian dari orang yang rusuh, ternyata mereka menolong kami. Mereka suruh kami masuk ke rumah Mama Manu. Hampir satu jam kami bersembunyi tak bersuara, bersama beberapa warga lain,” ujar wanita yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat itu.
Saat Nani, keluarganya dan beberapa warga lain bersembunyi, sekelompok orang bersenjata tajam mendatangi rumah Mama Manu. Pemilik rumah berupaya melindungi warga yang berada dalam rumahnya.
Mama Manu meminta massa tidak membakar mobil yang sehari-harinya dijadikan mata pencaharian suami Nani.
“Mama Manu bilang tolong jangan dibakar. Itu saya punya anak. Jangan bakar mobil nanti merembet ke rumah saya. Akhirnya massa meninggalkan lokasi. Kami sendiri sudah lemas, seperti tidak bisa berdiri lagi,” ucapnya.
Nani menyatakan tidak pernah menyangka Mama Manu nekad berhadapan dengan sekelompok orang bersenjata tajam untuk mempertahankan warga yang berlindung dalam rumahnya.
“Penduduk asli di sana, kalau kita baik sama mereka, pasti mereka juga baik sama kita,” katanya.
Setelah bersembunyi hampir satu jam, Nani Susongki dan beberapa warga yang berlindung di rumah Mama Manu dievakuasi polisi ke Polres Jawijaya. Setelah tiga hari di Polres, Nani bersama keluarganya memilih mengungsi ke Jayapura, dan berencana kembali ke kampung halaman.
“Mobilnya dan rumah kami tidak dibakar, akan tetapi hancur. Kami juga berterimakasih kepada AU RI di Jayapura yang telah menampung kami dan memenuhi kebutuhan kami selama di sini,” ucapnya.
Pengungsi lainnya, Abdullah Sihanudin (40) yang sejak 2014 lalu merantau ke Wamena, sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek dan agen tiket pesawat mengatakan, saat demonstrasi pecah, istrinya terlebih dahulu telah menyelamatkan diri bersama warga lain.
Ketika Abdullah bersama anak perempuannya yang masih balita akan menyelamatkan diri, ada yang bertanya kepadanya akan bersembunyi di mana. Ia pun menjawab mau bersembunyi sementara waktu di Honai, hingga ada polisi yang menolongnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf