Suara.com - Media online nasional Indonesia tengah berjuang menghadapi tantangan di era disrupsi. Di saat raja agregator seperti Google, Facebook, bisa menampilkan berita-berita media online nasional dan meraup keuntungan besar, namun media online tersebut justru tak mendapatkan hasil.
Mantan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Bambang Harymurti menerangkan salah satunya cara yang bisa dilakukan media-media online di Indonesia ialah bersatu. Bersatu untuk kepentingan bersama menurutnya bisa dilakukan di samping persaingan ketat.
"Iya enggak apa-apa kan di era sekarang ada yang namanya coopetition," kata Bambang saat ditemui di Gedung Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (21/1/2020).
Bambang mengungkapkan bersatunya media-media online Indonesia diperlukan agar bisa mengumpulkan kekuatan menghadapi rajanya agregator. Dirinya mencontohkan seperti media-media online di Thailand.
Media-media online di Thailand pun bernasib sama seperti yang dirasakan di Indonesia. Di sana, mereka bersatu melalui Dewan Pers setempat lalu menggugat perusahaan Google.
Namun sebelum pengadilan memutuskan, akhirnya Google pun memutuskan untuk memberikan porsi iklan kepada media-media online Thailand.
"Menurut teman-teman di Thailand kenaikan iklan dengan skema baru Google itu (keuntungannya) naik 4 kali lipat," ujarnya.
Beda dengan Thailand, media-media online di Amerika Serikat menerapkan upaya melalui pembuatan regulasi.
Dalam undang-undang yang masih berbentuk draf itu disebutkan adanya peraturan di mana media-media di Amerika Serikat bisa melarang Google dan Facebook untuk mengambil beritanya dalam kurun waktu empat tahun. Tentu dalam posisi itu media-media berita online di Amerika Serikat pun sambil bernegosiasi dengan para agregator.
Baca Juga: Kadernya Tersangka Korupsi, PDIP ke Dewan Pers, Ngapain?
Undang-undang itu perlu dibuat lantaran sebelumnya sudah ada undang-undang mengatur soal persaingan usaha yang memang menyulitkan media-media di Amerika Serikat itu untuk bersatu.
"Waktu empat tahun untuk bilang ke Facebook dan Google 'kita enggak akan kasih berita kita ke kamu kecuali kamu beri kita porsi yang lebih baik'," tuturnya.
Melihat dua contoh di atas, Bambang menilai kalau cara yang dilakukan media-media di Thailand lah yang paling mungkin diterapkan oleh media-media online di Indonesia untuk menghadapi agregator.
Meski demikian, ia tidak memungkiri ada 'ego' dari masing-masing media yang saling bersaing. Akan tetapi ia meyakini apabila untuk tujuan kepentingan bersama, media-media online di Indonesia bisa bersatu dan memperjuangkan keberlanjutan media.
"Kendalanya egonya saja. Jadi itu sebabnya dulu VOC jadi perusahaan terkaya di dunia sampai sekarang karena mereka bisa mengadu domba kesultanan Diponegoro lawan Aceh," ujarnya.
"Nah kalau sekarang kan antara Suara.com lawan Detik.com, kan sultan-sultan baru juga, mereka bisa enggak bersatu untuk menghadapi. Kalau enggak Google dan Facebooknya yang jadi perusahaan terkaya di dunia sementara kitanya terjajah," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Sepatu Adidas Diskon 60 Persen di Sports Station, Ada Adidas Stan Smith
- Kronologi Lengkap Petugas KAI Diduga Dipecat Gara-Gara Tumbler Penumpang Hilang
- 5 Moisturizer dengan Alpha Arbutin untuk Memudarkan Flek Hitam, Cocok Dipakai Usia 40-an
- 7 Sabun Muka Mengandung Kolagen untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Tetap Kencang
- 15 Merek Ban Mobil Terbaik 2025 Sesuai Kategori Dompet Karyawan hingga Pejabat
Pilihan
-
Polemik RS dr AK Gani 7 Lantai di BKB, Ahli Cagar Budaya: Pembangunan Bisa Saja Dihentikan
-
KGPH Mangkubumi Akui Minta Maaf ke Tedjowulan Soal Pengukuhan PB XIV Sebelum 40 Hari
-
Haruskan Kasus Tumbler Hilang Berakhir dengan Pemecatan Pegawai?
-
BRI Sabet Penghargaan Bergengsi di BI Awards 2025
-
Viral Tumbler Tuku di Jagat Maya, Berapa Sebenarnya Harganya? Ini Daftar Lengkapnya
Terkini
-
Antrean Bansos Mengular, Gus Ipul 'Semprot' PT Pos: Lansia-Disabilitas Jangan Ikut Berdesakan
-
Prabowo Jawab Desakan Status Bencana Nasional: Kita Monitor Terus, Bantuan Tak Akan Putus
-
Rajiv Desak Polisi Bongkar Dalang Perusakan Kebun Teh Pangalengan: Jangan Cuma Pelaku Lapangan
-
KPK Akui Lakukan Eksekusi Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Sesaat Sebelum Dibebaskan
-
Dongkrak Pengembangan UMKM, Kebijakan Memakai Sarung Batik di Pemprov Jateng Menuai Apresiasi
-
Gerak Cepat Athari Gauthi Ardi Terobos Banjir Sumbar, Ribuan Bantuan Disiapkan
-
Prabowo Murka Lihat Siswa Seberangi Sungai, Bentuk Satgas Darurat dan Colek Menkeu
-
Krisis Air Bersih di Pesisir Jakarta, Benarkah Pipa PAM Jaya Jadi Solusi?
-
Panas Kisruh Elite PBNU, Benarkah Soal Bohir Tambang?
-
Gus Ipul Bantah Siap Jadi Plh Ketum PBNU, Sebut Banyak yang Lebih Layak