Suara.com - Seorang ibu pedagang kaki lima menjadi bahan perbincangan setelah videonya saat digerebek Satpol PP terkait aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sempat viral di media sosial.
Ibu tersebut bernama Yernis. Penjual pakaian dalam tersebut membeberkan kesaksiannya ketika menjadi narasumber acara Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One yang ditayangkan Selasa (14/4/2020).
Ketika dipertontonkan video Yernis yang sempat viral tersebut, pembawa acara sekaligus Presiden ILC Karni Ilyas menyebutnya dramatis. "Sangat dramatis sekali video ibu ribut sama Satpol PP," ujar Karni Ilyas.
Yernis mengatakan peristiwa itu terjadi di komplek perumahan di wilayah Cisoka, Tangerang, Banten. Sudah cukup lama dia berjualan di situ. Ragam usaha sudah dilakoninya, dari jualan nasi hingga pakaian dalam.
"Saya pertama jualan nasi. Ada 4 tahunan, (jualan itu) bangkrut. Akhirnya beralih berdagang pakaian dalam. Saya jualan keliling dari pasar malam," ujar Yernis.
Yernis pun mengisahkan awal mulanya bisa digerebek Satpol PP. Sejatinya, dia berdagang di pasar malam. Namun, pasar malam ditutup karena aturan PSBB. Akhirnya Yernis dan suami berdagang di dekat rumahnya.
Dia nekat mencoba peruntungan di dekat rumah kontrakan lantaran terimpit kebutuhan. Banyak yang mesti dibiayainya, mulai dari kebutuhan anak yang masih kecil, uang kontrakan hingga kredit rumah.
"Saya coba-coba buka di situ. Karena sudah 10 hari saya di rumah, namanya punya kebutuhan banyak, anak masih kecil-kecil pak. Kami masih butuh biaya. Harus nyetor (uang) rumah juga. Jadi nggak ada lagi pegangan," ujar Yernis menangis.
Menurut ibu beranak 4 tersebut, ketimbang keluarganya mati kelaparan di dalam rumah, dia nekat untuk berjualan menentang aturan PSBB.
Baca Juga: Provokator Penolak Jenazah Corona di Banyumas: Halangi sampai Hasut Warga
"Daripada kita mati kelaparan di dalam rumah begini, kita nekat jualan ke luar. Itu... (Yernis menangis)," tutur Yernis tidak menyelesaikan kalimat karena tak kuat menahan air mata.
Sambil terisak, Yernis mengatakan hal tersebut dilakukan untuk menyambung hidup. "Kalau tidak seperti itu, bagaimana nasib kami pak? Anak saya masih kecil, masih butuh biaya," tutur Yernis.
"Karena tidak ada bantuan ke kita, kita nekat ke luar. Saya pikir begini, kita di dalam rumah bisa mati sekeluarga. Keluar juga kita mati. Daripada saya mati sia-sia, lebih baik saya mati berjuang demi anak-anak saya," ujar dia.
Ketika Satpol PP datang, cerita Yernis, dia dan keluarga memang sudah bersiap menutup dagangannya. Entah ada yang provokasi atau apa, kata Yernis, dia dipaksa untuk menutup dagangannya.
Kepada Yernis, salah seorang petugas Satpol PP meminta dia menyampaikan uneg-uneg agar bisa disampaikan ke atasannya. Yernis pun mencurahkan isi hatinya saat itu.
"Tolong bantu kami, khususnya saya perwakilan dari pedagang kaki lima. Tolong kami pak, bantu kami buat makan. Itu nomor satu yang kami butuhkan, Untuk cicilan rumah, nanti kami bayar," ujar dia.
Satpol PP tersebut, kata Yernis, meminta dia untuk istirahat dulu. Namun, Yernis pun mengatakan, "Kami mau istirahat pak, tapi gimana kami istirahat kalau perut anak-anak kami lapar pak."
Meski demikian, Selasa (14/4/2020) pagi, Yernis sudah mendapatkan bantuan sembako dari camat dan Satpol PP yang menyambangi rumahnya.
"Alhamdulillah tadi pagi, bapak camat ke rumah sama polisi, Alhamdulillah udah kirim sembako ke rumah, Insya Allah dapat bantuan dari pemerintah, katanya ada," tutur dia.
Videonya viral
Seorang pedagang terpaksa berjualan di tengah pemberlakuan PSBB Jakarta karena sudah tak memiliki penghasilan untuk bertahan hidup jika terus-menerus di rumah.
Polisi dan Satpol PP pun meminta agar pedagang perempuan tersebut menutup dagangannya.
"Ini perintah negara, Ibu, ini perintah Pak Jokowi," kata seorang petugas dilansir dari tayangan video yang diunggah akun jejaring sosial Instagram lambe_turah, Minggu, (12/4/2020).
Sembari membereskan barang dagangannya, Ibu bernama Yernis tersebut menuturkan keluh kesahnya kepada para petugas.
"Kalau bisa ya, Pak. Kami butuh makan. Di luar kami mati corona, di rumah kami mati kelaparan, Pak. Kan sama-sama mati, Pak," kata Ibu penjual pakaian tersebut.
Perempuan asal Padang itu mengaku jika dirinya tidak mendapat keringanan biaya seperti yang disebutkan pemerintah.
"Cicilan dan lainnya boleh ditangguhkan, tapi enggak ada. Ibu boleh ditangguhkan, tapi ibu bayar bunga, Pak. Kami bayarnya gimana Pak?" keluh Ibu Yernis.
Ia pun menyadari bahwa pelarangan berjualan ini demi mencehag penyebaran virus corona, namun dia tak punya pilihan.
"Kami juga ngerti ini buat kita bersama, tapi kalau seperti ini kami enggak makan gimana, Pak? Kalau ada solusinya dari pemerintah, tolong kami bantu kami sembako buat makan," mohon Ibu Yernis.
Petugas pun berusaha menenangkan pedagang tersebut.
"Ibu tenang aja, nanti keluhan ibu kami sampaikan ke pemerintah. Sekarang nanti siapa yang mau tanggung jawab kalau kena?" tanya seorang petugas.
"Nah itu dia Pak, di luar kami kena corona, di rumah kami kelaparan. Sepuluh hari kami ngutang tetangga. Tetangga juga kalau enggak dibayar dia enggak mau Pak, dia kan juga butuh modal," jawab Ibu Yernis menyebutkan masalah lanjutan yang dia hadapi akibat krisis corona.
Ibu dari 4 orang anak ini pun terpaksa membereskan dagangannya dan kembali ke rumah karena diminta petugas.
"Gimana kami harus ngadu?" keluh Ibu Yernis.
Warganet pun banyak yang bersimpati dengan kondisi para pedagang yang harus menutup dagangannya karena krisis.
Berita Terkait
-
Provokator Penolak Jenazah Corona di Banyumas: Halangi sampai Hasut Warga
-
Satgas Lawan Covid-19 DPR Beri Bantuan ke RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran
-
Update Corona Covid-19 Global 15 April: Kesembuhan Mencapai 79 Persen
-
Komisi II Setuju Pilkada Serentak Ditunda, Jadi 9 Desember 2020
-
Secercah Harapan Ketika Esok Pandemi Covid-19 Berakhir
Terpopuler
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Patrick Kluivert Senyum Nih, 3 Sosok Kuat Calon Menpora, Ada Bos Eks Klub Liga 1
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Benarkah Puteri Komarudin Jadi Menpora? Misbakhun: Mudah-mudahan Jadi Berkah
-
Skandal Tol Rp500 Miliar, Kejagung Mulai Usut Perpanjangan Konsesi Ilegal CMNP
-
Tim Independen LNHAM Terbentuk, Bakal Ungkap Fakta Kerusuhan Agustus 2025
-
Yusril Bongkar 'Sistem Gila' Pemilu, Modal Jadi Caleg Ternyata Jauh Lebih Gede dari Gajinya
-
Pengamat: Keberanian Dasco Minta Maaf dan Bertemu Mahasiswa jadi Terobosan Baru DPR
-
BPOM Respons Temuan Indomie di Taiwan Mengandung Etilen Oksida, Produk Masih Aman di Indonesia?
-
Kejagung Ungkap Nilai Aset Sitaan Sawit Ilegal Kini Tembus Rp 150 Triliun
-
18 WNI dari Nepal Tiba di Tanah Air Hari Ini, Dipulangkan di Tengah Krisis Politik
-
Di Balik Mundurnya Rahayu Saraswati, Mahfud MD Sebut Ada 'Badai Politik' Menerjang DPR
-
Dugaan Korupsi Tol CMNP Mulai Diusut, Siapa Saja yang Diperiksa Kejagung?