News / Nasional
Jum'at, 19 Desember 2025 | 18:40 WIB
Ilustrasi wabah menyakit menular mengintai warga korban bencana sumatra. [Suara.com/Iqbal]
Baca 10 detik
  • Korban banjir Sumatra hadapi ancaman wabah penyakit menular di pengungsian.
  • Kemenkes mendesak penguatan surveilans dan layanan imunisasi darurat untuk pengungsi.
  • Kondisi darurat ciptakan risiko tinggi penyebaran campak, pertusis, dan ISPA.

Suara.com - Saat lumpur sisa banjir bandang dan longsor masih pekat di jalanan, dan puing-puing rumah roboh menjadi saksi bisu, sebuah kekhawatiran baru yang tak kasat mata mulai muncul. Di tenda-tenda pengungsian yang sesak di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, ancaman wabah penyakit menular kini mengintai.

MENTERI Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, baru saja mengumumkan bahwa sejumlah daerah terdampak mulai beralih dari status tanggap darurat ke masa pemulihan. Namun, di tengah optimisme itu, kondisi darurat lain sebenarnya tengah mengintai.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah membunyikan alarm peringatan. Kondisi layanan kesehatan yang lumpuh dan ribuan warga yang terpaksa tinggal berdesakan di pengungsian menciptakan risiko penyebaran penyakit yang sangat tinggi, terutama penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti campak dan pertusis.

Tanda-tanda ancaman itu telah terlihat sejak pekan pertama bencana. Data Kemenkes pada 3 Desember lalu melukiskan gambaran suram di Sumatra Barat: 376 kasus demam, 201 kasus nyeri otot (myalgia), 120 kasus gatal-gatal, dan 116 kasus ISPA.

Pola serupa terjadi di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, dengan 277 kasus demam dan 150 kasus gatal-gatal. Sementara di Aceh, keluhan tertinggi adalah luka-luka dan ISPA.

Infografis wabah menyakit menular mengintai warga korban bencana sumatra. [Suara.com/Iqbal]

Panggilan Waspada di Tengah Krisis

Hampir empat minggu setelah bencana melanda, Kemenkes akhirnya mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/5745/2025 sebagai strategi pertahanan. Dalam surat tersebut, Kemenkes menginstruksikan pemerintah daerah untuk:

1.  Memperkuat pengawasan penyakit menular secara intensif, termasuk penemuan kasus aktif dan penelusuran kontak di posko-posko pengungsian.
2.  Melanjutkan layanan imunisasi rutin dan imunisasi kejar, termasuk membuka pos imunisasi darurat jika puskesmas rusak.
3.  Menggencarkan promosi kesehatan, mulai dari etika batuk, penggunaan masker, hingga edukasi agar warga segera melapor jika mengalami gejala.

'Bom Waktu' di Tenda Pengungsian

Baca Juga: KSAD Minta Media Ekspos Kerja Pemerintah Tangani Bencana Sumatra

Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kemenkes, drg. Murti Utami, menyebut lokasi pengungsian sebagai 'bom waktu' penyebaran penyakit. Kerumunan orang di ruang terbatas, sanitasi yang buruk, serta terganggunya layanan kesehatan rutin menciptakan kondisi ideal bagi virus dan bakteri untuk berkembang biak.

Murti menekankan bahwa kondisi darurat ini harus diantisipasi dengan langkah cepat, terukur, dan terkoordinasi.

Warga memasangkan bendera putih di depan rumahnya yang rusak pasca bencana hidrometeorologi di Desa Jambak, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, Aceh, Rabu (17/12/2025). [Antara/Syifa Yulinnas/foc]

Di tengah fokus pada evakuasi dan bantuan logistik, Kemenkes menegaskan bahwa imunisasi adalah perisai paling efektif untuk mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB). Melanjutkan imunisasi rutin dalam kondisi darurat bukanlah sekadar strategi jangka panjang, melainkan langkah pencegahan segera terhadap wabah yang bisa menjadi bencana kedua yang lebih senyap namun tak kalah mematikan.

“Pelayanan imunisasi harus tetap diupayakan, termasuk melalui pembukaan pos imunisasi darurat apabila fasilitas kesehatan mengalami kerusakan,” pesan Murti.

Tentu saja, keberhasilan pencegahan ini tidak hanya bergantung pada pemerintah. Peran aktif masyarakat di lokasi bencana—dengan menerapkan etika batuk, mencuci tangan, dan segera melapor saat sakit—menjadi kunci untuk memutus rantai penularan.

Banjir dan longsor di Sumatra tidak hanya menghancurkan infrastruktur. Kini, ancaman wabah penyakit menular menjadi ujian baru bagi ketangguhan sistem kesehatan dan respons darurat bangsa ini.

Load More