Suara.com - Dewan Urusan Internasional Rusia (RIAC) memprediksi bahwa Rusia, Turki dan Iran akan mencapai konsensus untuk singkirkan Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Dilansir Middle East Monitor, RIAC merupakan salah satu lembaga yang dikenal dekat dengan pembuat kebijakan Pemerintahan Rusia. Menurut laporanya tiga negara tersebut akan melakukan gencatan senjata untuk membentuk pemerintahan transisi yang terdiri dari oposisi, anggota rezim dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Laporan RIAC menyebut bahwa salah satu organisasi Rusia yakni Yayasan untuk Proteksi Nilai-nilai Nasional yang berafiliasi dengan badan keamanan dan kantor Presiden Rusia, Vladimir Putin telah menggelar survei di Suriah.
Survei tesebut dijadikan sebagai pesan politik kepada Al-Assad bahwa rakyat Suriah tidak ingin ia menjadi presiden lagi.
Dalam sebuah laporan RIAC menyebutkan, sejak awal intervensi militer di Suriah, Moskow berusaha menghindari anggapan sebagai pembela Al-Assad, berbagai negosiasi dilakukan untuk menekankan rakyat Suriah yang akan memutuskan apakah masih ingin Al-Assad berkuasa atau tidak.
Dalam laporan tersebut juga menyebutkan bahwa Rusia menjadi lebih serius untuk membuat perubahan di Suriah.
Kantor berita Rusia, TASS menjelaskan "Rusia memperkirakan Al-Assad bukan hanya tidak bisa memimpin negara tersebut, tetapi kepala rezim Suriah itu menyeret Moskow ke skenario Afghanistan, yang sangat tidak diharapkan Rusia,"
TASS juga menjelaskan Moskow membuat berbagai skenario termasuk kehadiran pasukan militernya yang membentuk peta kekuatan tersendiri. Hasilnya, Suriah akan tetap terbelah dalam wilayah yang dilindungi Iran dan Rusia, wilayah oposisi didukung Turki, dan Eufrat Timur didukung AS dan SDF.
Skenario kedua mengharuskan penarikan semua pasukan asing dan persatuan negara setelah mencapai transformasi politik sesuai Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2254. Menurut kantor berita tersebut, opsi ini merupakan yang paling memungkinkan.
Baca Juga: Dalam 9 Tahun, Lebih dari 700 Jurnalis Warga Tewas di Suriah
Turki juga sejak lama menyerukan untuk melengserkan Presiden Al-Assad sebagai syarat awal mengakhiri operasi militernya di Suriah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Naik!
-
IHSG Berpeluang Menguat Hari Ini, Harga Saham INET dan BUVA Kembali Naik?
-
Zahaby Gholy Starter! Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Tinggal Klik! Ini Link Live Streaming Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Siapa Justen Kranthove? Eks Leicester City Keturunan Indonesia Rekan Marselino Ferdinan
Terkini
-
Antisipasi Cuaca Ekstrem, Pemprov DKI Lanjutkan Operasi Modifikasi Cuaca di Langit Banten
-
Bikin Warga Resah! Polisi Ungkap Pemicu Bentrokan Ormas dan Matel di Cengkareng
-
Genjot Investasi, Pemprov Jateng Raih Penghargaan Pioneer of Economic Empowerment
-
Ini Jawaban Istana soal Rencana Ubah Rp1.000 jadi Rp1 dalam Waktu Dekat
-
Eks Direktur Bongkar Rahasia Terminal BBM Merak: Kenapa Harus Sewa Padahal Bisa Hemat Biaya Impor?
-
Viral! Detik-Detik Bentrok Ormas BPPKB Banten vs Debt Collector di Cengkareng, Bawa Bambu dan Batu
-
Ajukan PK Kasus Korupsi Asabri, Eks Dirut Adam Damiri Merasa Putusan Hakim Tidak Adil
-
Polisi Ringkus Penembak Pengacara di Tanah Abang, Pistol Didapat dari Timor Leste
-
Anomali Gizi Proyek PMT: KPK Butuh Sampel Biskuit untuk Jerat Koruptor Alkes Ibu Hamil
-
Jejak Riza Chalid Masih Gelap, Kejagung Perdalam Kasus Korupsi Pertamina Lewat Direktur Antam