Suara.com - Jaksa Penuntut Umum Sudan pada Senin mengumumkan penemuan sebuah kuburan massal di Khartoum wilayah timur yang diduga berisi jenazah para siswa wajib militer yang dibunuh pada 1998 karena mencoba kabur dari kamp latihan militer.
Atas penemuan itu, pihak berwenang langsung melakukan penyelidikan lebih lanjut. Jaksa juga menyebut bahwa sebagian terduga pelaku pembunuhan yang merupakan bagian dari pemerintahan Omar al-Bashir -- yang kemudian digulingkan pada April 2019 lalu -- telah kabur.
Bashir sendiri menjadi diktator Sudan dengan menjabat sebagai presiden selama 30 tahun, sejak 1989 hingga 2019. Ia digulingkan dari jabatannya melalui sebuah kudeta militer, dan beberapa bulan setelah itu, ia dihukum dua tahun penjara atas dakwaan korupsi.
Seorang narasumber yang masuk dalam tim penyelidikan mengatakan bahwa di kuburan massal tersebut ditemukan puluhan mayat.
Sementara Jaksa menjelaskan bahwa para korban ditembak ketika berusaha melarikan diri dari kamp El Eifalun, karena takut dikirim ke Sudan bagian selatan di mana rezim Bashir saat itu tengah bertempur dalam perang sipil melawan pemberontak.
Memang sebagian siswa wajib militer lain diterjunkan ke medan perang untuk melawan Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA), kendati mereka belum benar-benar terlatih dan hanya dibekali peralatan seadanya.
Para siswa juga merasa geram setelah mereka tidak diizinkan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga ketika libur dalam kalender Islam, demikian menurut Jaksa.
Pemimpin dan pengarah pada program wajib militer--yang kebanyakan merupakan anggota partai Bashir--menyebut konflik melawan SPLA sebagai perang suci, antara Muslim dan Kristen.
Gerakan Pembebasan Rakyat, sayap politik dari SPLA, memenangkan kemerdekaan untuk wilayah selatan Sudan pada 2011, menyusul sebuah kesepakatan damai dengan rezim Bashir pada 2005.
Baca Juga: Di Tengah Wabah Corona, Beredar Foto yang Diduga Kuburan Massal di Iran
Sumber: Antara/Reuters
Berita Terkait
-
Wakil Presiden Sudan Selatan dan Istrinya Positif Covid-19
-
Kental Berbagi, Ini Indahnya Tradisi Ramadan Bersama Warga Sudan
-
Hitam Elegan, Ini Pesona Nyakim Gatwech Si Ratu Kegelapan
-
Di Tengah Wabah Corona, Beredar Foto yang Diduga Kuburan Massal di Iran
-
Viral Singa Kurus Kering di Kebun Binatang Sudan Bikin Warganet Murka
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO