Belajar di atap
Internet adalah satu-satunya cara Namitha bisa mendapat akses ke pendidikan, karena dia tidak bisa pergi ke perpustakaan atau menghadiri kelas pelajaran selama karantina.
"Lalu ayah saya memberitahu saya, 'coba kamu di atap'. Saya naik menggunakan tangga yang biasanya kita gunakan untuk memetik mangga."
Idenya berhasil
"Di atap, saya bisa menonton dan mencatat perkuliahan," katanya.
Setiap hari dia mulai menghabiskan empat jam di atap, yang berada sekitar 10 meter di atas tanah.
"Saya juga membawa payung karena terkadang hujan," tambahnya.
Namitha bercita-cita untuk bekerja di sektor layanan sipil. Untuk itu dia perlu mengikuti ujian nasional. Dia mengatakan konektivitas yang buruk akan benar-benar melukai peluangnya untuk bersaing dengan siswa yang berada kota.
Manfaat konektivitas
Baca Juga: LIPI Kembangkan Alat Tes Corona Lebih Akurat dari Rapid Test
Pengalaman Namitha bukan merupakan hal yang unik. Lebih dari empat miliar orang memiliki akses internet, dan dengan meningkatnya popularitas serta keterjangkauan telepon pintar, hal itu telah membuka jalan bagi perkembangan berbasis internet yang telah membawa manfaat ekonomi dan sosial yang luar biasa.
Sebagai contoh, internet telah memungkinkan petani dan nelayan di beberapa komunitas termiskin untuk mengakses informasi tentang cuaca, pengendalian hama, skema pemerintah dan pasar.
Di negara-negara seperti Myanmar di mana sangat sedikit yang memiliki rekening bank, transfer uang melalui jaringan seluler membantu keluarga mengirim dan menerima uang. Pada tahun 2000, kartu SIM bernilai $ 5.000 (sekitar Rp 71 juta) - atau hampir senilai mobil bekas. Sekarang kartu SIM gratis, sehingga mengubah perbankan di negara itu.
Akses tersebut adalah kunci untuk memberantas kemiskinan dan kelaparan, meningkatkan kesehatan dan mencapai kesetaraan gender, menurut PBB.
Komisi broadband PBB ingin meningkatkan penggunaan internet broadband hingga 75% dari populasi global pada tahun 2025 - data terakhir menunjukkan saat ini hanya sekitar 60%, dengan Afrika dan Asia menjari daerah-daerah tertinggal.
Kesenjangan digital
Berita Terkait
-
Panduan Mudah: Cara Memblokir dan Membuka Blokir Situs Internet di Firefox
-
Tak Perlu Repot Download Aplikasi Tambahan: Gini Cara Aktifkan VPN Bawaan di Opera
-
IM3XPLORE Resmi Meluncur, Solusi Internet Liburan Andalan Berbasis AIvolusi 5G
-
Tentakel Bisnis Hashim Djojohadikusumo yang Kian Kuat Menghisap
-
Pemprov Sumut Sediakan Internet Gratis di Sekolah
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf