Suara.com - Korea Selatan mendesak para dokter untuk kembali bekerja, di tengah upaya mereka dalam melakukan pemogokan selama tiga hari, sebagai ptotes atas penanganan krisis pandemi virus corona.
Menyadur Channel News Asia, pemogokan kerja para dokter diadakan saat Korsel terus mengalami lonjakan infeksi virus corona dengan kasus harian baru mencapai 320.
Ribuan dokter di seluruh Korsel disebutkan melakukan mogok kerja selama tiga hari mulai dari Rabu (26/8), sebagai upaya untuk menuntut perbaikan kerja pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan, termasuk menambah jumlah dokter.
Aksi mogok kerja pada Rabu (26/8) ini memaksa lima rumah sakit umum besar negara itu membatasi jam kerja dan menunda sejumlah jadwal operasi.
Awal pekan ini, para dokter mencapai kesepakatan dengan pemerintah untuk menangani pasien virus corona, namun gagal menemukan kompromi terkait permasalahan yang lebih luas.
"Pemerintah saat ini tak punya pilihan selain mengambil tindakan hukum yang diperlukan seperti perintah untuk membuka jam praktik agar tidak membahayakan nyawa dan keselamatan warga," ujar Menteri Kesehatan Korsel, Park Neung-hoo.
"Kami mendesak semua tenaga training dan semua dokter untuk segera kembali bekerja," sambungnya.
Park menyebut Asosiasi Medis Korea (KMA) dan Asosiasi Penduduk Intern Korea (KIRA) telah menolak beberapa tawaran pemerintah.
Dalam sebuah pertanyaan, KMA mengatakan komunitas medis selalu terbuka untuk segala kemungkinan dalam diskusi dengan para pemerintah, dan para dokter enggan melakukan aksi mogok.
Baca Juga: Habis Bapaknya, Giliran Anak Presiden Brasil Terinfeksi Corona
"Kami dengan tulus ingin kembali. Kmai meminta warga untuk mendengarkan suara kami sehingga kami dapat bertemu dengan pasien secepat mungkin," ujar pernyataan KMA.
Anggota KMA dan KIRA menyatakan mereka menentang sejumlah rencana pemerintah dalam dunia medis untuk beberapa tahun mendatang.
Termasuk meningkatkan jumlah mahasiswa kedokteran, mendirikan sekolah kedokteran umum, mengizinkan asuransi pemerintah untuk menanggung lebih banyak pengobatan tradisional, dan memperkenalkan lebih banyak telemedicine.
Mahasiswa kedokteran, bagaimana pun, mengatakan rencana itu tidak perlu karena akan membanjiri pasar yang sudah kompetitif.
Mereka mengatakan dana tambahan lebih baik digunakan untuk meningkatkan gaji dokter training yang ada, guna mendorong mereka pindah dari Seoul menuju ke daerah pedesaan yang lebih banyak membutuhkan profesional kesehatan.
Berita Terkait
-
Habis Bapaknya, Giliran Anak Presiden Brasil Terinfeksi Corona
-
Cegah Lonjakan Kasus Covid-19, Sekolah di Korea Selatan Kembali Ditutup
-
Pengunjung Sepi Karena Pandemi, Resor Mewah Disulap Jadi Kolam Ikan
-
Bukan Cuma Perawatan, Ini Rahasia Kulit Memukau Korea yang Perlu Kamu Tahu!
-
150 Siswa Positif Covid-19, Sekolah di Korea Selatan Tutup
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Pesan Hari Ibu Nasional, Deteksi Dini Jadi Kunci Lindungi Kesehatan Perempuan
-
BRIN Pastikan Arsinum Aman dan Optimal Penuhi Kebutuhan Air Minum Pengungsi Bencana Sumatera
-
6 Fakta Kecelakaan Bus di Exit Tol Krapyak Semarang: 15 Orang Meninggal, Korban Terjepit
-
Omzet Perajin Telur Asin Melonjak hingga 4.000 Persen Berkat Program MBG
-
Sibuk Pasok Dapur MBG, Warga Desa Ini Lepas dari Judi Online
-
Perkuat Kualitas PMI, Perusahaan Asal Taiwan Teken MoU dengan Anak Perusahaan BPJS Ketenagakerjaan
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat