Suara.com - Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja masih menuai polemik di masyarakat. Pasalnya sejumlah pihak menilai penciptaan UU ini melanggar prosedur yang ada. Sebab masih terdapat substansi yang berubah pasca berlangsugnya sidang paripurna.
Zainal Arifin Mochtar, Ahli Hukum Tata Negara UGM angkat bicara terkait perubahan substansi pada draft UU Omnibus Law Cipta kerja ini. Menurutnya, substansi UU tidak boleh berganti usai disahkan di sidang paripurna bersama.
Pernyataan tersebut disampaikan Zainal Arifin Mochtar dalam acara Mata Najwa yang berlangsung pada Rabu (14/10/2020) malam.
Dalam kesempatan tersebut, Zainal Arifin Mochtar membandingkan sistem persidangan di Indonesia dan Amerika. Meskipun sama-sama menganut sistem Presidensiil, ternyata ada perbedaan diantara keduanya.
"Dalam sistem presidensiil Indonesia, tahapan paling penting adalah pembahasan dan persetujuan. Berbeda dengan sistem Presidensiil di Amerika yang tahapan pentingnya di pengesahan atau penandatangan," ujar Zainal seperti dikutip Suara.com.
"Kenapa? Karena di Amerika Presiden bisa veto. Di kita Presiden sudah tidak bisa veto. Apapun yang sudah dibahas dan disetujui oleh DPR dan Pemerintah langsung berlaku karena langkah selanjutnya Presiden tinggal tanda tangan secara teknis," imbuhnya.
Lebih lanjut lagi, Zainal Arifin Mochtar menegaskan bahwa konsekuensi dari sistem tersebut adalah draft UU tidak boleh ada perubahan sama sekali selepas diketuk palu sidang paripurna.
Ahli Hukum Tata Negara ini juga menyoroti pernyataan Wakil Ketua Badan Legislasi DPR Fraksi PPP Achmad Baidowi yang mengatakan DPR memiliki waktu tujuh hari untuk merapihkan draft UU Omnibus Law Cipta Kerja sebelum diberikan kepada DPR.
"Kalau tadi alasannya menunggu tujuh hari, saya kira Pak Baidowi harusnya baca baik-baik UU No.12 Tahun 2011 pasal 72 dan penjelasannya," tegas Zainal.
Baca Juga: Pelajar Demo Tolak UU Ciptaker, Anies: Bagus Dong, Artinya Peduli Bangsa
"Memang ada kesempatan tujuh hari. Tapi tujuh hari tersebut hanya penyesuaian teknis untuk dikirim ke Presiden. Supaya sesuai dengan format lembaran negara," sambungnya.
Zainal Arifin Mochtar menuturkan bahwa sebetulnya draft yang sudah disahkan di dalam sidang paripurna sedikit pun tidak boleh dirubah. Bahkan untuk titik dan koma sekalipun.
Pasalnya, perubahan titik koma saja dirasa bisa mengubah substansi draft UU ini sendiri.
Menyoal adanya perubahan substansi, Zainal Arifin Mochtar mengungkapkan adanya kemungkinan DPR melakukan pembahasan secara tergesa-gesa. Sebab hal ini tidak akan terjadi apabila pembahasan telah dilakukan secara mendetail sebelum diangkat ke sidang paripurna.
"Seharusnya kalau memang seperti itu dia diselesaikan sebelum maju ke paripurna bersama, antara Presiden dan DPR," tukasnya.
Selain itu, Zainal Arifin Mochtar juga menanggapi Achmad Baidowi yang mengatakan keputusan akhir diambil berdasarkan hasil sidang Panja.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
Terkini
-
Survei Kepuasan Tinggi, Profesor LIPI Soroti Geng Solo dan Menteri 'Nilai Merah' di Kabinet Prabowo
-
Polisi Ungkap Alasan Tak Mau Gegabah Usut Tragedi Ponpes Al Khoziny, Keluarga Korban Jadi Prioritas
-
Keracunan MBG Masih Terjadi, JPPI Catat Ribuan Orang Jadi Korban dalam Sepekan
-
Geger Kematian Siswa SMP di Grobogan, Diduga Dibully di Sekolah, Polisi Periksa 9 Saksi
-
Usut Kasus Korupsi Kuota Haji, KPK Panggil Anggota DPRD Mojokerto
-
Fakta Baru Kematian Siswa SMP Grobogan: Di-bully Lalu Diadu Duel, Tulang Tengkuk Patah
-
Awas Kejebak Macet! Proyek Galian Tutup Jalan Arjuna Selatan, Mobil Dialihkan ke Jalur Lain
-
BGN Latih 10 Ribu Petugas SPPG untuk Tekan Risiko KLB Keracunan Makanan
-
Istana Kaji Usulan DPR Naikkan Status Bulog jadi Kementerian
-
Diungkap KPK, 57,33 Persen Pegawai Lihat Pejabat Menyalahgunakan Anggaran untuk Kepentingan Pribadi