Suara.com - Presiden AS Donald Trump pada pekan lalu sempat mengajukan opsi untuk menyerang situs nuklir utama milik Iran, namun akhirnya memutuskan untuk tidak jadi mengambil langkah yang tiba-tiba itu, demikian menurut seorang pejabat pemerintahan AS, Senin (16/11).
Trump membuat permintaan tersebut ketika melakukan rapat di Kantor Oval pada Kamis (12/11), bersama sejumlah pejabat keamanan negara, termasuk Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, Pejabat Menteri Pertahanan Christopher Miller, Jenderal Mark Milley, dan ketua dari Kepala Staf Gabungan.
Opsi itu diajukan dalam sisa waktu dua bulan masa jabatan Trump, sebelum ia harus menyerahkan kekuasaan kepada Presiden AS Terpilih, Joe Biden, pada 20 Januari 2021--meskipun hingga saat ini Trump masih menolak mengakui hasil pemilu.
Sumber pejabat pemerintahan yang sama mengonfirmasi laporan mengenai rapat tersebut oleh The New York Times, yang menyebut bahwa para penasihat membujuk Trump agar tidak mengambil keputusan penyerangan karena berisiko menimbulkan konflik yang lebih luas.
"Dia (Presiden Trump) mengajukan opsi. Mereka (para penasihat Trump) memaparkan skenario dan ia akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan hal itu," ujar pejabat tersebut.
Gedung Putih menolak berkomentar mengenai hal ini.
Selama empat tahun kepemimpinan, Trump telah mengambil kebijakan yang agresif untuk menentang Iran, keluar dari perjanjian nuklir Iran pada 2018--yang dinegosiasikan oleh Presiden Barack Obama, serta menjatuhkan sanksi ekonomi yang menarget Iran.
Permintaan penyerangan oleh Trump kali ini muncul satu hari setelah Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengeluarkan laporan yang menyebut Iran telah selesai memindahkan kucuran pertama dari pembangkit di atas permukaan tanah ke situs pengayaan uranium di bawah tanah, yang merupakan suatu pelanggaran terbaru atas perjanjian nuklir Iran.
Pasokan uranium-yang-diperkaya milik Iran kini mencapai 2,4 ton--jauh dari batas 202,8 kilogram yang disepakati. Iran memproduksi 337,5 kilogram uranium pada kuartal III 2020, lebih sedikit dari catatan IAEA pada dua kuartal sebelumnya, yakni 500 kilogram.
Baca Juga: Di Bawah Biden, Fang Ingin Hubungan China-AS Lebih Baik dari Trump
Pada Januari lalu, Trump memerintahkan serangan drone di bandara Baghdad, yang menewaskan pemimpin militer Iran, Jenderal Qassem Soleimani.
Setelahnya, Trump menghindari konflik militer yang lebih luas lagi serta berupaya menarik pasukan AS dari sejumlah titik konflik dunia dengan berjanji menyudahi hal yang ia sebut "perang tak berujung".
Dan jika jadi dilakukan, serangan AS ke situs nuklir utama Iran di Natanz dapat menimbulkan konflik di kawasan serta memberikan tantangan serius bagi kebijakan luar negeri Joe Biden nantinya.
Tim transisi pemerintahan Biden, yang saat ini belum mempunyai akses terhadap sistem keamanan nasional karena penolakan Trump untuk masa peralihan kekuasaan, menolak berkomentar mengenai hal ini. (Sumber: Antara/Reuters)
Berita Terkait
-
Di Bawah Biden, Fang Ingin Hubungan China-AS Lebih Baik dari Trump
-
Berulah Lagi di Twitter, Trump Klaim Menangi Pilpres AS
-
Cuitan Trump Klaim Menang Pilpres AS, Langsung Dikoreksi Twitter
-
Jleb! Tweet Trump Klaim Menang Pilpres AS, Langsung Dikoreksi Twitter
-
Trump Berencana Kurangi Pasukan di Afghanistan, AS Melunak?
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
-
Mengapa Jakarta Selatan Kembali Terendam? Ini Penyebab 27 RT Alami Banjir Parah
-
Korupsi Pertamina Makin Panas: Pejabat Internal Hingga Direktur Perusahaan Jepang Diinterogasi
-
Mengapa Kemensos Gelontorkan Rp4 Miliar ke Semarang? Ini Penjelasan Gus Ipul soal Banjir Besar
-
Soal Progres Mobil Nasional, Istana: Sabar Dulu, Biar Ada Kejutan
-
Kenapa Pohon Tua di Jakarta Masih Jadi Ancaman Nyawa Saat Musim Hujan?
-
Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Prabowo di KTT APEC 2025
-
Pernah Jadi Korban, Pramono Anung Desak Perbaikan Mesin Tap Transjakarta Bermasalah
-
Skandal Whoosh Memanas: KPK Konfirmasi Penyelidikan Korupsi, Petinggi KCIC akan Dipanggil
-
Formappi Nilai Proses Etik Lima Anggota DPR Nonaktif Jadi Ujian Independensi MKD
-
Ketua DPD: GKR Emas Buktikan Pena Juga Bisa Jadi Alat Perjuangan Politik