Suara.com - Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengangaap telah terjadi kemerosotan demokrasi di tahun 2020. Pasalnya, selama rezim Presiden Joko Widodo banyak kasus terkait kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi yang dipersoalkan melalui pidana ataupun dengan cara di luar proses hukum terhadap aktivis, mahasiswa, hingga jurnalis.
"Banyak sekali kasus-kasus di mana kebebasan untuk berpendapat untuk berekspresi itu kemudian dipersoalkan baik dengan cara dipidanakan, maupun juga dengan cara-cara lain diluar proses hukum. Misalnya intimidasi terhadap akademisi, terhadap aktivis mahasiswa, aktivis HAM, termasuk aktivis perempuan juga sejumlah jurnalis," ujar Usman dalam diskusi Webinar "Evaluasi Akhir Tahun Isu HAM Era Jokowi & Kekerasan Negara", Rabu (9/12/2020).
Kemudian terjadi proses pemberangusan kebebasan sipil terkait pemblokiran internet di Papua dan penangkapan aktivis politik di Maluku dan Papua. Kata Usman, kekerasaan negara juga masih terjadi di Papua.
Selain itu, Usman mengatakan pihaknya baru merilis 51 video yang menunjukkan 43 insiden kekerasan polisi terhadap pengunjuk rasa pada demonstrasi penolakan Omnibus Law oleh buruh.
Bahkan Usman menyebut di tahun 2020 terjadi degenderisasi yang ditandai dengan dikeluarkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) dari Prolegnas Prioritas 2020.
Kemunduran yang terjadi juga dalam hal kesetaraan gender. Tak hanya itu, Usman juga menyinggung kemerosotan dalam hal beroposisi politik. Kata Usman tak ada oposisi politik dari kelembagaan formal, melainkan muncul oposisi dari arus bawah yakni mahasiswa.
Kemudian muncul oposisi yakni dari Kelompok Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang mengalami tindakan represi yang cukup serius dengan penangkapan yang berlebihan di luar prosedur hukum.
"Di dalam lanskap politik nasional, begitu pula ada beberapa kelompok masyarakat seperti KAMI Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia, tetapi juga mendapat represif yang cukup serius dengan penangkapan yang berlebihan dilakukan di luar prosuedur hukum," tutur Usman.
Karena itu ia menyebut ruang kebebasan sipil dan kebebasan beroposisi adalah dua tanda dari peristiwa yang mengkonfirmasi adanya kemunduran demokrasi di Indonesia.
Baca Juga: AII: Tewasnya 6 Anggota FPI Tak Perlu Terjadi Jika Negara Tak Berlebihan
"Satu satunya yang masih bisa dikatakan belum merosot adalah berlangsungnya pemilihan umum 2019 maupun sekarang hari ini berlangsung pemilihan kepala daerah di sejumlah wilayah. Indonesia masih bisa dikatakan sebagai elektoral demokrasi elektoral yang masih memelihara pemilu," katanya.
Berita Terkait
-
Penembakan 6 Laskar FPI, Amnesty Internasional: Komnas HAM Harus Ikut Usut
-
Ormas Internasional Kutuk Laskar FPI Ditembak Mati Polisi: Unlawful Killing
-
Penembakan Laskar Khusus FPI, Amnesty Internasional Minta Polisi Transparan
-
Jerat 2 Menteri Jokowi Tersangka Kasus Korupsi, KPK Masih Tunjukkan Taring
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Jeritan Hati Anak Riza Chalid dari Penjara: Ayah Saya Difitnah, Saya Bukan Penjahat Besar
-
Setuju TNI Jaga Kilang, Bahlil Bicara Sabotase dan Potensi Ancaman
-
Sindir Ada Pihak Tak Waras Beri Informasi Sesat, Rais Syuriyah Bawa-bawa Elite NU
-
KPK Sebut Belum Terima Salinan Keppres Rehabilitasi, Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Batal Bebas Besok?
-
Heboh Isu Jokowi Resmikan Bandara IMIP, PSI: Ada yang Memanipulasi Fakta
-
Arya Daru 24 Kali Check In Hotel dengan Rekan Kerja, Polisi Didesak Dalami Jejak Vara!
-
DPR Desak Kemenkes Sanksi Tegas 4 RS di Papua yang Tolak Pasien Ibu Hamil
-
Gerindra Luncurkan Layanan Informasi Partai Berbasis AI, Kemenakan Prabowo Singgung Transparansi
-
RUU Kesejahteraan Hewan Maju ke DPR, DMFI: Saatnya Indonesia Beradab
-
Buntut Surat Edaran, PBNU Akan Gelar Rapat Pleno Tentukan Nasib Gus Yahya