Suara.com - Seorang guru TK di Korea Selatan dituntut menghadapi hukuman yang lebih berat karena diduga menuang deterjen ke kotak makan siang siswanya.
Menyadur Korean Times Senin (1/2/2021), tuntutan itu dibuat oleh orangtua murid melalui petisi online laman daring Cheong Wa Dae.
Pembuat petisi online itu mengatakan, guru TK telah memasukkan cairan dan bubuk mencurigakan ke dalam makanan, air dan makanan ringan anak-anak, yang diketahui sebagai anti nyamuk dan deterjen.
"Sejauh ini, sebanyak 17 anak dipastikan mengonsumsi zat tersebut, dan mereka baru berusia antara lima hingga tujuh tahun," tulisnya.
Menurut rekaman CCTV, guru TK itu membawa botol obat di celemeknya dan menyemprot cairan ke makanan dan minuman, kata polisi.
Polisi meminta Badan Forensik Nasional untuk menganalisa komponen dalam botol tersebut dan ternyata cairan itu mengandung obat anti nyamuk dan deterjen sehingga korban membutuhkan penanganan medis segera.
Sebuah rekaman menunjukkan guru TK yang tampak begitu tenang memasukkan cairan dan bubuk ke dalam makanan dan mencampurnya menggunakan jari.
Dia kemudian meregangkan tubuh dan membuat gerakan santai seolah-olah sedang dalam suasana hati yang baik. Anak-anak yang menelan zat tersebut langsung mengalami gangguan kesehatan.
"Anak-anak itu bersamaan menunjukkan gejala sakit kepala, mimisan, sakit perut, muntah dan reaksi alergi," jelas orangtua murid.
Baca Juga: Biadab, Guru TK Racuni Puluhan Murid, Dijatuhi Hukuman Mati
"Seorang anak mengalami mimisan yang tidak kunjung berhenti selama lebih dari 20 menit. Anak yang lain harus berbaring dengan mimisan karena sulit baginya untuk duduk, karena sakit kepala yang parah."
Terlepas dari rekaman CCTV, guru TK tersebut menyangkalnya dan menyewa pengacara untuk mengajukan gugatan terhadap pembatalan pemecatannya, kata penulis.
"Saya meminta pihak berwenang untuk menghukumnya dengan berat untuk mencegah orang yang melakukan kejahatan mengerikan kembali ke taman kanak-kanak," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Ada dari Bekasi dan Semarang, Tim DVI Identifikasi 7 Jasad Korban Ponpes Al Khoziny, Ini Daftarnya
-
Jokowi Absen di HUT TNI karena Tak Boleh Kena Panas, Kondisi Kesehatannya Jadi Gunjingan
-
Geger Sidang Ijazah Gibran: Tuntutan Rp125 T Bisa Dihapus, Syarat Minta Maaf dan Mundur dari Wapres
-
PHRI: Okupansi Hotel Merosot, Terhentinya Proyek IKN Buat Kaltim Paling Terdampak
-
BNPB Klaim Tragedi Ambruknya Ponpes Al Khoziny sebagai Bencana dengan Korban Terbanyak 2025
-
Jerat Adik Jusuf Kalla Jadi Tersangka, Polri Usut Dugaan Pencucian Uang Kasus Korupsi PLTU 1 Kalbar
-
Hakim MK Soroti Gugatan UU Pers: Digugat Iwakum, Dijawab Mantan Jurnalis di Pemerintahan
-
Profil Halim Kalla Tersangka Korupsi PLTU: Adik Jusuf Kalla, Pionir Bioskop Digital-Mobil Listrik
-
Halim Kalla Adik JK Tersangka Proyek 'Hantu' PLTU Mempawah, Modus Licik Atur Lelang Terbongkar
-
Bukan Pesanan Istana! Menteri Hukum Sebut Islah PPP Murni Inisiatif Internal