Suara.com - Jepang kerap digembar-gemborkan sebagai negera industrialis kapitalistik yang maju di Asia. Namun, ketika wabah covid-19 menerjang serta semakin akutnya krisis lingkungan, kaum muda negeri itu mulai berlaih ke musuh bebuyutan kapitalisme, yakni Marxisme.
Bahkan, menyadur Kyodo News, Jumat (21/5/2021), pusat jaringan toko buku Maruzen di distrik Marunouchi Tokyo telah membuka rak khusus bernama "Reviving Marx."
"Tuntutan orang-orang yang dikurung di rumah karena virus corona, mendorong mereka membaca buku-buku tentang kemanusiaan ini," jelas Nobuya Sawaki, penanggung jawab bagian Marx di toko buku Maruzen.
Sawaki mengatakan, sedikitnya 1.600 eksemplar buku-buku bertema Marxisme habis terbeli oleh konsumen yang mayoritas kaum muda, lelaki maupun perempuan, hanya dalam jangka waktu 2 bulan terakhir.
Profesor Muda Marxis
Kebangkitan animo kaum muda Jepang terhadap ajaran Karl Marx tersebut disulut oleh seorang profesor bernama Kohei Saito.
Profesor Universitas Osaka itu, menulis buku yang membahas kerusakan lingkungan Jepang sehingga memperbesar propabilitas penyebaran covid-19, dengan pendekatan Marxisme.
Kohei yang baru berusia 34 tahun, mengimplementasikan teori-teori Marx dalam Das Kapital yang terbit pada abad ke-19, untuk mendedah situasi pandemi serta kerusakan lingkungan Jepang.
Saat bukunya yang berjudul Capital in the Anthropocene terbit September 2020, karya Kohei laris manis dibeli kaum muda.
Baca Juga: Jepang Pernah Putar Lagu Indonesia Raya Tiap Hari Jauh Sebelum Digagas DIY
Dalam buku terbarunya itu, Kohei Saito mengajukan argumentasi bahwa realisasi tujuan pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa di bawah sistem kapitalisme, sama mustahilnya dengan "menggambar segitiga bundar."
Berkat karyanya tersebut, Kohei sampai diundang lembaga penyiaran publik Jepang NHK untuk menyajikan dan memamparkan pemikirannya pada bulan Januari 2021.
Pada program acara NHK bernama A Masterpiece in 100 Minutes, Saito secara rutin selama sebulan, menjelaskan isi bukunya tersebut. Program itu terbagi dalam empat segmen yang masing-masing berdurasi 25 menit.
"Banyak orang yang menyadari kontradiksi dalam kapitalisme, saat mereka melihat hanya orang-orang yang rentan secara sosial yang berjuang selama pandemi virus corona," kata Kohei kepada Kyodo News.
Kaum muda, yang tidak memiliki ingatan tentang perang dingin atau protes mahasiswa tahun 1960-an, menunjukkan minat yang kuat pada ide-ide yang dibahas Saito dalam buku tersebut.
Surat-surat dari kaum muda berusia 20-an hingga 30-an tahun mengalir ke penerbit NHK Publishing Inc. Penerbit itu, pada tahun 2017, juga menerbitkan buku Kohei yang membahas ekologi memakai pendekatan teori Marx dalam Das Kapital. Buku itu berjudul Karl Marx’s Ecosocialism: Capital, Nature, and the Unfinished Critique of Political Economy.
Dalam keseluruhan bukunya, Kohei mempromosikan teori "degrowth communism" yang diilhami Karl Marx.
Singkatnya, Kohei mengajukan proyek pemikiran bahwa masyarakat dapat menghentikan siklus produksi massal hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar khas industri kapitalis, bukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Selanjutnya, Kohei dalam bukunya berpendapat, sudah saatnya masyarakat menempuh jalur yang humanistik dalam perekonomian, dan juga lebih melestarikan alam, serta memprioritaskan kesejahteraan sosial.
"Mungkin banyak anak muda mendapatkan bukunya karena pengaruh Greta Thunberg, yang menuduh negara dan perusahaan terlibat dalam perusakan lingkungan," kata editor buku itu.
Kohei berpendapat, Marx melihat krisis lingkungan yang melekat dalam kapitalisme tetapi membiarkan kritiknya terhadap ekonomi politik tidak selesai.
Menurut Kohei, Marx pada tahun-tahun terakhir hidupnya sangat menyadari konsekuensi destruktif bagi lingkungan hidup, di bawah rezim kapitalistik.
Kohei menggambarkan kecenderungan krisis ekologis di bawah kapitalisme dengan menggunakan konsep kunci "keretakan metabolik".
Buku Capital in the Anthropocene sejak diterbitkan hingga kekinian sudah terjual 250.000 eksemplar. Alhasil, buku itu diganjar penghargaan 2021 New Book Award.
Kohei juga pernah memenangi penghargaan bergengsi lain yakni Deutscher Memorial Prize 2018 untuk buku lain, yang ia terbitkan dalam bahasa Inggris.
Keberhasilan buku-buku Kohei telah menginspirasi kaum muda dan membuat mereka menjadi penggemar baru dalam pemikiran Marxis.
Marxisme dan Ekologi
Marx, pemikir kelahiran Trier, Jerman, tahun 1818, dikenal luas sebagai pengkritik nomor wahid corak produksi kapitalistik.
Kritik paripurna Marx terhadap sistem kapitalisme tertuang dalam buku Das Kapital yang kali pertama terbit 1867.
Selain kritik terhadap kecurangan kapitalisme yang mengeksploitasi tenaga manusia, Marx juga menyibak tabir ekploitasi alam oleh kaum kapitalis. Eksploitasi alam oleh pemilik modal yang berorientasi mengeruk keuntungan itu, menjadi sumber utama kerusakan lingkungan.
Pemikiran Marx sempat mengilhami banyak pembangunan negara di Eropa, Asia, dan Afrika. Setelahnya, pada awal 90-an ketika Uni Soviet runtuh, Marxisme banyak mendapat kecaman.
Namun, pada era kekinian, pemikiran Marx kembali bangkit dan mengilhami banyak pemikir, aktivis, bahkan pemerintahan di banyak negara.
Antropolog David Graeber dan ekonom Thomas Piketty, adalah dua dari sekian banyak pemikir era kekinian yang terilhami Marx.
Sementara yang lainnya, seperti jurnalis Naomi Klein juga mengadopsi pemikiran Marx untuk berbicara tentang krisis iklim yang ditimbulkan kapitalisme.
Berita Terkait
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- Patrick Kluivert Dipecat, 4 Pelatih Cocok Jadi Pengganti Jika Itu Terjadi
Pilihan
-
Bikin Geger! Gunung Lawu Dilelang jadi Proyek Geothermal, ESDM: Sudah Kami Keluarkan!
-
Uang MBG Rp100 T Belum Cair, Tapi Sudah Dibalikin!, Menkeu Purbaya Bingung
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Kamera Terbaik Oktober 2025
-
Keuangan Mees Hilgers Boncos Akibat Absen di FC Twente dan Timnas Indonesia
-
6 Rekomendasi HP Murah Tahan Air dengan Sertifikat IP, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Terungkap Setelah Viral atau Tewas, Borok Sistem Perlindungan Anak di Sekolah Dikuliti KPAI
-
Pemerintah Bagi Tugas di Tragedi Ponpes Al Khoziny, Cak Imin: Polisi Kejar Pidana, Kami Urus Santri
-
Akali Petugas dengan Dokumen Palsu, Skema Ilegal Logging Rp240 Miliar Dibongkar
-
Pemprov DKI Ambil Alih Penataan Halte Transjakarta Mangkrak, Termasuk Halte BNN 1
-
Menag Ungkap Banyak Pesantren dan Rumah Ibadah Berdiri di Lokasi Rawan Bencana
-
Menag Ungkap Kemenag dapat Tambahan Anggaran untuk Perkuat Pesantren dan Madrasah Swasta
-
Gus Irfan Minta Kejagung Dampingi Kementerian Haji dan Umrah Cegah Korupsi
-
Misteri Suap Digitalisasi Pendidikan: Kejagung Ungkap Pengembalian Uang dalam Rupiah dan Dolar
-
Usai Insiden Al Khoziny, Pemerintah Perketat Standar Keselamatan Bangunan Pesantren
-
Kalah Praperadilan, Pulih dari Operasi Ambeien, Nadiem: Saya Siap Jalani Proses Hukum