News / Nasional
Kamis, 04 Desember 2025 | 19:45 WIB
Ilustrasi jurnalis. (Antara)
Baca 10 detik
  • Diskusi Media Sustainability hari kedua di Jakarta Pusat, 4 Desember 2025, membahas masa depan pers Indonesia.
  • Ketua AJI, Nany Afrida, menyoroti kesejahteraan jurnalis yang belum meningkat meski pendapatan media membaik.
  • Banyak jurnalis bergaji di bawah UMR dan minim jaminan sosial meski bekerja di media besar.

Suara.com - Diskusi Media Sustainbility memasuki hari kedua, acara ini terselenggara di Gedung Antara Heritage, Jakarta Pusat, Kamis (4/12/20235). Mengusung tema “Memperkuat Daya Hidup Media dalam Ekosistem Digital: Berdaya, Bertumbuh, dan Berkelanjutan”, forum ini menjadi momentum penting dalam merumuskan masa depan ekosistem pers di Indonesia.

Salah satu pembicara dalam diskusi yakni Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Nany Afrida. Ia menyampaikan pentingnya kesejahteraan untuk para jurnalis, agar bisa meningkatkan kualitas dalam pekerjaannya.

“Ini menjadi perhatian kita soal kesejahteraan, karena kalau kita bicara jurnalis berkualitas, tapi kalau kesejahteraannya tidak ada bagaimana caranya,” kata Nany, di Jakarta, Kamis (4/12/2025).

Selama ini, Nany banyak mendapatkan kabar jika jurnalis bisa mencapai taraf sejahtera, seiring dengan meningkatnya pendapatan medianya. Namun hal itu ternyata tidak berbanding lurus.

Sejauh ini, meningkatnya pendapatan media belum tentu sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan jurnalis. Dari beberapa catatan, masih banyak jurnalis yang bekerja di media besar namun pendapatan mereka masih jaug dari kata layak.

“Ini sudah terbukti, banyak media besar gaji wartawannya masih pas-pasan juga. Paling besar RP1,5 juta di daerah, atau satu berita dihargai RP3 ribu,” ucapnya.

Nany menyebut, seharusnya perusahaan media bisa memberikan upah yang jauh lebih layak. Semisal sebuah media mendapatkan uang dari suatu platform, maka jurnalis yang bekerja dalam perusahaan tersebut harus mendapatkannya.

“Jadi idealisnya pendapatan dari media ini dirasakan juga oleh jurnalis,” katanya.

“Jadi misalnya dari platform ngasih uang untuk medianya. Nah medianya harusnya memberikan juga uangnya kepada jurnalisnya yang bekerja, bukan buat medianya saja. Jadi orang bilang media sejahtera, belum tentu jurnalisnya sejahtera,” imbuhnya.

Baca Juga: Menggali Jejak Sejarah Lotek, Makanan Tradisional yang Tercipta dari Jurnalis Asal Inggris

Sejauh ini, kata Nany, AJI telah melakukan riset upah para jurnalis masih banyak yang di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Hal itu didapat dari para Jurnalis yang mendapat pemutusan hubungan kerja (PHK).

Selain upah yang di bawah UMR, para Jurnalis juga masih banyak yang belum mendapatkan jaminan keselamatan kerja, uang jaminan kesehatan, dan dana pensiun.

“Kami meriset beberapa teman-teman yang kebetulan mendapat PHK dari medianya, dan ketahuan semua rata-rata itu digaji di bawah UMR selama ini. Mereka tidak punya jaminan keselamatan kerja, jaminan kesehatan, dan pensiun,” tandasnya.

Load More