Suara.com - Komite Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Situs Warisan Dunia pada Selasa (22/6/2021), mengusulkan agar gugusan terumbu karang terbesar di dunia, Great Barrier Reef, untuk dimasukkan ke dalam daftar kategori "dalam bahaya".
Usulan tersebut memicu kemarahan dari Australia yang mengatakan telah dikejutkan dengan langkah itu dan menyalahkan intervensi politik.
Komite Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB, yang berada di bawah UNESCO, mengatakan sistem terumbu karang terbesar di dunia itu perlu dimasukkan ke dalam daftar tersebut akibat dampak dari perubahan iklim.
Australia telah berupaya untuk menjaga Great Barrier Reef, yang merupakan atraksi pariwisata besar yang menyokong ribuan pekerjaan, agar tetap berada di luar daftar "dalam bahaya" selama bertahun-tahun.
Pada tahun 2015, UNESCO mencatat prospek buruk atas gugusan terumbu karang itu namun statusnya tetap tidak berubah. Sejak saat itu, para ilmuwan mengatakan Great Barrier Reef telah mengalami tiga kali pemutihan karang atau coral bleaching besar-besaran akibat gelombang panas laut yang parah.
Menteri Lingkungan Hidup Australia, Susan Ley, mengatakan Canberra telah diyakini bahwa tak akan ada rekomendasi terkait gugusan terumbu karang itu dari PBB sebelum bulan Juli.
Ley menyebut bahwa Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne telah berbicara semalaman dengan Direktur-Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay.
"Keputusan ini salah. Jelas bahwa ada politik di baliknya," ujarnya. Ley tidak menjelaskan lebih lanjut, namun seorang sumber pemerintah mengatakan Canberra meyakini bahwa China bertanggung jawab di tengah hubungan yang memburuk antara kedua negara. Para pejabat China menikmati kekuasaan yang kuat di tiga komite, sementara seorang anggota parlemen China menjabat sebagai ketua Komite Warisan Dunia, kata sumber itu.
Meski demikian, kelompok-kelompok lingkungan hidup menolak pernyataan Australia yang mengatakan bahwa rekomendasi tersebut berlatar belakang politik.
Baca Juga: Lindungi Ekosistem Laut, Inilah Restorasi Terumbu Karang Terbesar di Dunia
"Rekomendasi UNESCO telah jelas dan tegas bahwa pemerintah Australia tidak melakukan cukup upaya untuk melindungi aset alam terbesar kita, terutama terkait perubahan iklim," kata Kepala bagian Laut dari Dana Dunia untuk Alam (WWF) Australia, dalam pernyataan melalui e-mail.
Rekomendasi PBB, yang akan dipertimbangkan dalam pertemuan komite di China bulan depan, memotong pernyataan Australia yang mengatakan mereka serius dalam menghadapi perubahan iklim.
Ketergantungan Australia terhadap energi batu bara membuatnya menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia setiap tahunnya, namun pemerintah konservatif terus mendukung industri minyak fosil, dan berargumen bahwa langkah yang lebih ketat terhadap emisi akan mengakibatkan hilangnya pekerjaan.
Hubungan antara Canberra dan Beijing memburuk tahun lalu usai Australia menuduh China ikut campur tangan dalam urusan domestik. Hubungan itu kian memburuk saat Perdana Menteri Scott Morrison mencetuskan penyelidikan independen terkait asal muasal pandemi virus corona.
Sejak saat itu, China telah mengambil langkah untuk membatasi impor dari Australia termasuk untuk jelai (barley), daging, kapas, dan produk-produk laut. (Sumber: Antara/Reuters)
Berita Terkait
-
Yogyakarta Ajukan Sumbu Filosofi jadi Warisan Budaya Dunia ke UNESCO
-
Lindungi Ekosistem Laut, Inilah Restorasi Terumbu Karang Terbesar di Dunia
-
Hari Lingkungan Hidup Sedunia, BKSDA Bali Tanam Terumbu Karang di Pantai Tulamben
-
Panen Raya Padi Merah di Persawahan Jatiluwih Bali
-
Di Bangka Tengah, Knalpot Bising Hasil Razia Dijadikan Rumpon Terumbu Karang
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
Terkini
-
Pemprov DKI Bangun Dua Kantor Kelurahan Hasil Pemekaran Kapuk, Kejari Jakbar Ikut Kawal Anggaran
-
Tren Penindakan Korupsi 2024 Anjlok, Kerugian Negara Justru Meroket
-
DPR Desak Pemerintah Gerak Cepat Tangani Ambruknya Musala Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo
-
Perempuan Masih Jadi Objek Politik? Kritik Pedas Mahasiswi untuk Demokrasi Indonesia
-
Cuaca Hari Ini: Hujan Merata di Kota-kota Besar Jawa dan Sumatera
-
Pengacar Arya Daru Pangayunan Minta Polisi Dalami Sosok Vara dan Dion, Siapa Dia?
-
Guru Besar IPB: Petani Dituntut Taat Kebijakan, Tapi Bantuan Benih dan Pupuk Masih Jauh dari Cukup
-
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Dugaan Korupsi Program Digitalisasi Pendidikan
-
1.300 UMKM Siap Unjuk Gigi di Kompetisi Perdana Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas
-
Merasa Terlindungi, Barang Pemberian Kapolda Herry Heryawan Bikin Penyandang Tunarungu Ini Terharu