Suara.com - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, Indonesia sebagai negara kepulauan akan selalu memiliki tantangan tersendiri. Karena itu, negara memerlukan pertahanan maritim yang kuat dan proporsional.
Yudo mengatakan, pertahanan maritim nan kuat itu mesti proporsional dengan kondisi wilayah Indonesia yang mencakup laut, udara serta darat.
Untuk mewujudkannya, maka diperlukanlah sistem pertahanan negara militer yang melibatkan beragam komponen.
"Diperlukan sistem pertahanan negara militer yang perumusannya melibatkan seluruh komponen baik militer maupun sipil, perlu ada kerja sama antara TNI, akademisi maupun pihak pengambil kebijakan dalam perspektif negara kepulauan," kata Yudo dalam Seminar Nasional Seskoal Tahun 2021 secara virtual, Rabu (23/6/2021).
Dalam hakikat pertahanan negara kepulauan, Yudo menjelaskan pertahanan itu sendiri dimulai dari garis batas yuridiksi nasional, di mana salah satunya didasari pada konsep pertahanan berlapis.
Sebab pada realitasnya, Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.500 pulau besar dan kecil. Itu harus dipertahankan sebagai satu kesatuan.
"Oleh karena itu, strategi militer ini diarahkan untuk meniadakan dan menghancurkan ancaman di seluruh nusantara, baik di darat, laut dan udara," ujarnya.
Berbicara soal strategi militer, saat ini TNI memiliki tiga komando gabungan wilayah pertahanan.
Ketiganya berjalan secara terkoordinir dan terintegrasi serta bertanggung jawab terhadap ancaman yang datang dari tiga titik permasalahan.
Baca Juga: Tegas! Prajurit Terlibat LGBT Bakal Dipecat
Kata Yudo, kekuatan TNI Angkatan Laut sendiri disiapkan dan dilengkapi untuk memiliki tujuh kemampuan.
Tujuh kemampuan itu terdiri dari kemampuan intelijen, pertahanan, diplomasi, dukungan, pengendalian wilayah pertahanan laut, survei dan pemetaan hidro oceanografi.
Sementara itu, untuk menghadapi ancaman militer dan hibrida harus melibatkan seluruh sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan negara melalui empat gelar gabungan utama matra laut.
"Yaitu operasi laut gabungan, operasi amfibi, operasi pendaratan amitrasi dan operasi pertahanan pantai yang didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung yang sudah dilatih dan disiapkan."
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- 5 Fakta SUV Baru Mitsubishi: Xforce Versi Futuristik, Tenaga di Atas Pajero Sport
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
Pilihan
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
Terkini
-
DPR Tunggu Hasil Komisi Reformasi, Substansi RUU Polri Belum Final
-
SPI: Tanpa Reforma Agraria, Program Prabowo Bisa Jadi 'Beban Negara'
-
Game Changer! DPR 'Ketok Palu' Bentuk Pansus Khusus Selesaikan Konflik Agraria
-
Usut Korupsi Chromebook, Kejagung Periksa Menpan RB Azwar Anas
-
DPR Bahas Revisi UU BUMN, Dasco Ungkap Wacana Kementerian BUMN Jadi Badan
-
Tak Terima Hendak Ditinggal, Suami di Kebon Jeruk Jerat Leher Istri Pakai Tali Tas Hingga Tewas
-
Perhatikan Pemilihan Bahan Sampai Makanan Siap Disantap, Ini Tips Cegah Kasus di Program MBG
-
Perkuat Akses Keuangan Daerah yang Inklusif, Kemendagri dan OJK Bersinergi
-
Sidang Patok Tambang Memanas: Tanggal BAP 'Ajaib', Saksi Kebingungan Dikejar OC Kaligis!
-
Buntut Anggaran Tangsel Dikuliti Leony, Harga Jam Tangan Wali Kota Benyamin Davnie jadi Sorotan