Suara.com - Suasana keseharian di Afrika Selatan, negara pertama yang melaporkan varian virus corona Omicron, cukup tenang dan tidak terlihat kepanikan. Tapi penemuan varian baru tersebut mendorong warga untuk mendapatkan vaksin Covid.
Hal itu disampaikan Salman Alfarisi, duta besar RI untuk Afrika Selatan, dalam wawancara dengan wartawan BBC News Indonesia, Mohamad Susilo.
"Warga di sini menanggapinya dengan hati-hati tapi tidak ada rush belanja kebutuhan sehari-hari, karena [status pandemi] tetap level satu [seperti sebelum penemuan Omicron]. Masih tetap tenang," ungkap Salman.
"Saya juga melihat di beberapa pusat vaksinasi, antrean cukup panjang," imbuh Salman.
Ia mengatakan saat ini pemerintah menggalakkan vaksinasi, dan di sejumlah tempat vaksinasi menjadi satu kewajiban.
"Misalnya di beberapa universitas, mahasiswa, tenaga pengajar dan pegawai di kampus harus wajib melakukan vaksinasi. Beberapa perusahaan juga mewajibkan vaksinasi," kata Salman.
Baca juga:
- Omicron: Gejala-gejala terkena varian baru virus corona menurut dokter yang mendeteksi
- Apakah varian Omicron memang sangat berbahaya?
- Varian Covid: Omicron menyebar, apakah kita perlu vaksin baru?
Selain itu, pemerintah Afrika Selatan tengah mengintensifkan pula booster atau pemberian vaksin dosis ketiga bagi tenaga kesehatan dan pendidik.
Sebelum penemuan Omicron, kasus harian di Afrika Selatan di kisaran ratusan. Namun setelah pemerintah melaporkan adanya varian baru, angka kasus naik menjadi ribuan per hari.
Baca Juga: Antisipasi Varian Omicron, Testing dan Tracing Penerbangan Internasional Penting Dilakukan
"Sejak pekan ini, memang kasusnya meningkat sangat tajam," kata Salman.
"Ini mencengangkan sejumlah pihak dan kebetulan kenaikan kasus bersamaan waktunya dengan penemuan Omicron. Tapi apakah ini semua disebabkan oleh varian baru, kita harus menunggu hasil penelitian yang dilakukan pemerintah," katanya.
Ammaar de la Rey, yang bekerja di Pusat Promosi Perdagangan RI di Johannesburg, mengatakan saat ini Afrika Selatan masih dalam level satu.
"Level satu di sini paling rendah, bukan paling tinggi. Berarti restriction (pembatasan) tidak begitu banyak. Semua orang sudah kerja seperti biasa," kata Ammaar dalam keterangan kepada wartawan BBC News Indonesia, Endang Nurdin, hari Rabu (01/12).
Level satu masih memungkinkan warga untuk melakukan perjalanan antarprovinsi.
"Yang ditekankan di sini sekarang adalah vaksinasi. Semua orang diminta untuk divaksinasi secepat mungkin untuk mengurangi risiko infeksi yang fatal," kata Ammaar.
"Yang ditakuti adalah gelombang ke-4. Soalnya, jumlah kasus sudah mulai naik lagi," katanya.
Ammaar juga mengatakan warga sudah mulai khawatir tapi peraturan belum berubah. "Jadi, orang-orang masih masuk kantor seperti biasa," katanya.
Seruan WHO
Pada Rabu (01/12) media di Afrika Selatan memberitakan pemerintah pusat mendata semua rencana yang disiapkan pemerintah provinsi dalam mengantisipasi gelombang ke-4 pandemi Covid-19.
"Seluruh provinsi saat ini dalam proses memfinalkan rencana mereka dan semua rencana ini nantinya akan disatukan menjadi rencana nasional," ujar Sibongiseni Dhlomo, wakil menteri kesehatan, seperti dikutip surat kabar di Afrika Selatan.
Ia menjelaskan pihaknya mencermati situasi pada gelombang-gelombang terdahulu, untuk memastikan ada pelajaran yang bisa dipetik untuk merespons kemungkinan kemuculan gelombang baru.
Sejauh ini, kemunculan Omicron tidak menyebabkan kenaikan tajam angka kematian, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para pakar virus corona.
Baca juga:
- Mengapa tingkat vaksinasi di Afrika berjalan lambat di tengah kemunculan Omicron
- Hal-hal yang perlu diketahui tentang varian Omicron
Bahkan, hingga Rabu (01/12), belum ada laporan tentang kematian di Afrika Selatan yang disebabkan oleh varian Omicron.
Sebagian besar pasien yang terinfeksi Omicron mengalami sakit kepala, mual, pusing dan naiknya denyut jantung, menurut rumah-rumah sakit di Afrika Selatan.
Salah satu dokter pertama di Afrika Selatan yang mendeteksi Omicron, Angelique Coetzee, mengatakan, "Mencermati bahwa gejala yang diperlihatkan ringan, untuk saat ini tidak ada alasan untyuk panik. Kami tak menemukan pasien yang sakit parah [akibat terkena Omicron]."
WHO telah menyerukan agar negara-negara yang menerapkan larangan perjalanan dari dan ke Afrika Selatan untuk mencabut kebijakan tersebut.
Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan Asia, termasuk Indonesia menutup perjalanan dari dan ke Afrika Selatan begitu WHO mengonfirmasi penemuan Omicron.
Inggris juga mengetatkan protokol kesehatan dengan mewajibkan masker di transportasi publik.
Tadinya pemakaian masker ini bersifat anjuran.
Namun sekarang otoritas transportasi London mengatakan akan menjatuhkan denda 200 (sekitar Rp3,8 juta) jika warga menolak mengenakan masker di transportasi umum.
Berita Terkait
-
Gibran Wakilkan Pidato Presiden di KTT G20, Ini Alasan Prabowo Tak Pergi ke Afrika Selatan
-
Presiden Ramaphosa Puji Indonesia: Sekutu Setia Sejak Era Anti-Apartheid!
-
Amandla! Awethu! Ini Makna Teriakan Prabowo dan Presiden Afrika Selatan
-
Presiden Ramaphosa Apresiasi Dukungan Indonesia untuk Afrika Selatan: Sekutu Setia!
-
Momen Prabowo Sambut Langsung Presiden Afsel Cyril Ramaphosa di Istana Negara
Terpopuler
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
- 7 Rekomendasi Sabun Cuci Muka dengan Niacinamide untuk Mencerahkan Kulit Kusam
- John Heitingga: Timnas Indonesia Punya Pemain Luar Biasa
Pilihan
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
Terkini
-
Pesan Anies Baswedan untuk Relawan Muda: Demokrasi Tumbuh dari Warga yang Mau Turun Tangan
-
Tanpa Senjata Api, Ribuan Personel Gabungan Amankan Aksi Unjuk Rasa Apdesi di Istana
-
WN China Direktur PT PMT Jadi Tersangka Kasus Radiasi Cikande, Sempat 'Kabur' ke Luar Negeri
-
UMP Jakarta 2026: Tarik Ulur Antara Buruh dan Pengusaha
-
Pesantren Krapyak Dorong Musyawarah, Tegaskan Dukungan pada Kepemimpinan Gus Yahya
-
Bantah Dukung Pleno PBNU, Ponpes Krapyak Tegaskan Dukungan Penuh pada Kepemimpinan Gus Yahya
-
Tangan Terikat, Kaki Diseret di Aspal: Teka-teki Kematian Wanita Jaksel di Bogor
-
Sudah Terima Insentif Rp 6 Juta per Hari, Wakil Kepala BGN Ingatkan Pekerja SPPG Tetap Profesional
-
Dinilai Sarat Kepentingan Politik, Mantan Jubir KPK Tolak Amnesti untuk Sekjen PDIP
-
RSUD Aceh Tamiang Dibersihkan Pascabanjir, Kemenkes Targetkan Layanan Kesehatan Segera Pulih