Suara.com - Pada hari Senin, diplomat top Afghanistan di China, Javid Ahmad Qaem, mengumumkan pengunduran dirinya dengan catatan yang penuh frustrasi pribadi dan profesional yang mendalam.
Menyadur Foreign Policy Rabu (12/1/2022) Taliban berusaha melemahkan Qaem dengan menunjuk pengganti mereka sendiri, mantan diplomat Afghanistan lainnya, Mahyuddin Sadat, sebagai sekretaris pertama kedutaan.
Beberapa minggu sebelumnya, Taliban merekayasa perebutan kekuasaan atas kedutaan di Iran, menunjuk kembali mantan diplomat Abdul Qayyum Sulaimani sebagai duta besar di Teheran pada Desember 2021.
Langkah tersebut telah memberikan pukulan lain bagi ratusan diplomat Afghanistan di pengasingan yang berharap bisa bertahan melawan aturan brutal Taliban.
Sayangnya mereka menghadapi tekanan keuangan dan ancaman kekerasan untuk melepaskan jabatan mereka, termasuk intimidasi oleh mantan rekan yang telah beralih pihak.
Pekan lalu, Mohammad Fahim Kashaf, seorang mantan diplomat Afghanistan, memasuki Kedutaan Besar Afghanistan di Roma, mengeklaim bahwa Taliban telah menunjuknya sebagai utusan baru.
Dia menyerang duta besar saat ini, Khaled Zekriya, sebelum polisi Italia mengawalnya keluar.
Dalam beberapa minggu terakhir, Taliban telah menunjuk penjabat diplomat baru untuk memimpin kedutaan Afghanistan di Iran dan Cina.
Meskipun tidak jelas apakah negara tuan rumah menyetujui langkah tersebut, mereka mewakili kemungkinan hubungan panas antara Taliban dan negara-negara di luar orbit Amerika.
Baca Juga: Taliban Keras Terapkan Hukum Islam, Sampai Kepala Manekin Harus Dipotong
Langkah itu juga menjelaskan strategi Taliban secara diam-diam menggantikan diplomat Afghanistan di luar negeri, bahkan jika negara asing menolak secara resmi mengakui kekuasaan Taliban di Afghanistan.
Taliban lebih agresif mengganti diplomat Afghanistan di luar negeri yang menentang kekuasaan kelompok militan itu, kata pejabat Afghanistan saat ini kepada Foreign Policy.
Mereka menggunakan penunjukan diplomatik yang mengejutkan dan ancaman kekerasan sebagai langkah pertama untuk mencari pengakuan politik yang lebih luas.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini Turun Lagi! Antam di Pegadaian Jadi Rp 2.657.000, UBS Stabil
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
Terkini
-
Biar Tak Cuma Jadi Wacana, Menperin Usul Mobil Nasional Masuk PSN
-
Siap Produksi Massal 3 Tahun Lagi, Prabowo Wajibkan Pejabat Pakai Mobil Buatan Dalam Negeri
-
Bahlil Kenang Masa Kuliah Pernah Busung Lapar: Program Makan Bergizi Gratis Itu Mulia!
-
Modus Baru, Wanita Ini Berulang Kali Tipu Warung Beli Gas Pakai Modus Anak Tetangga
-
Bahlil Ajak Golkar Konsolidasi Total: Kalau Belum Bisa Solid, Jangan Bikin Gerakan Tambahan!
-
Setahun Prabowo Memimpin, Amnesty Internasional Soroti Kembalinya Wajah Militerisme di Pemerintahan
-
Eks Pejabat Pertamina Sebut jika Terminal OTM Setop Beroperasi, Distribusi Energi Terganggu
-
Eks Pejabat Pertamina Akui Tak Punya Bukti, Intervensi Riza Chalid Ternyata Cuma Asumsi
-
Studi Ungkap Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sejak Awal Tak Layak: Pelajaran Mahal untuk Indonesia
-
Data Kelam Amnesty International: 5.538 Korban Kekerasan Aparat di Tahun Pertama Prabowo