Suara.com - Perempuan dan anak-anak dari perbatasan Polandia-Ukraina tiba dengan bus di Koeln, Jerman. Lelah tetapi lega. Perasaan senang dan lega bercampur dengan kehakwatiran dan kemarahan terhadap invasi Rusia.
Cokelat, makanan kecil dan dan sikat gigi. Itulah yang pertama-tema diterima para pengungsi Ukraina yang kelelahan, saat turun dari bus mereka di kota Koeln.
Mereka berada dalam perjalanan dengan bus hampir 20 jam dari perbatasan Polandia-Ukraina.
Turun dari bus, setiap mereka menerima paket selamat datang dari para relawan. Keberangkatan dari Ukraina dipenuhi ketidakpastian.
Berulangkali jadwal keberangkatan tertunda. Di perbatasan Ukraina-Polandia, sistem komputer untuk pencatatatan keberangkatan rusak.
Bukan mereka saja yang khawatir dan dipenuhi ketidakpastian, tapi para relawan yang menunggu di Koeln juga.
Kedatangan bus itu akhirnya mendatangkan kelegaan besar bagi semua.
Linda Mai, salah seorang penyelenggara yang membawa para pengungsi ini ke kota Koeln, tampak terharu.
"Ini adalah hari istimewa bagi kita semua. Anak-anak segera berlari ke taman bermain. Salah satu dari mereka mengatakan kepada saya: 'Anehnya di sini sepi. Tidak ada sirene yang berbunyi sama sekali'," katanya.
Baca Juga: Perang di Ukraina Picu Harga Pangan Global, Terutama di Asia
Pusat penampungan pengungsi darurat Linda Mai adalah salah satu dari banyak relawandi Jerman yang membantu pengungsi dari Ukraina.
Dia sendiri berasal dari Ukraina dan datang ke Jerman 20 tahun lalu. Sekarang dia bekerja sebagai pegawai apotek.
Selain itu, dia juga giat sebagai Ketua organisasi bantuan Jerman-Ukraina Palang Biru-Kuning.
Organisasi itu ikut mengorganisir demonstrasi damai di Koeln baru-baru ini.
Selain terlibat dalam kampanye damai untuk Ukraina, dia juga sudah sejak awal merencanakan pendirian pusat bantuan bagi pengungsi Ukraina di Koeln.
"Saya hampir tidak bisa tidur saat ini, saya sering terbangun di malam hari, kemudian saya mulai bekerja lagi; ini adalah cara bagi saya untuk mengatasi rasa pedih saya," ujarnya.
Berita Terkait
-
IWIP Gelontorkan Pendanaan Rp900 Juta untuk Korban Bencana di Sumatera
-
ASPEBINDO: Rantai Pasok Energi Bukan Sekadar Komoditas, Tapi Instrumen Kedaulatan Negara
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Pecah Telur! Timnas Hoki Es Indonesia Ukir Sejarah Emas Pertama di SEA Games 2025
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf