Suara.com - Ahli Epidemiologi Griffith University Australia Dicky Budiman melihat kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia yang terus membaik. Namun menurutnya, kondisi itu bukan berarti bisa melakukan banyak pelonggaran.
Dicky mengungkapkan kalau Indonesia harus banyak bersabar untuk benar-benar menikmati landainya penularan Covid-19. Pasalnya, Omicron itu bukan menjadi varian terakhir yang menular di masyarakat.
"Harus bersabar dulu supaya kita tidak kehilangan modal ini. Ini modalnya sudah ada kan, tapi kalau buru-buru kita bisa dalam situasi yang memburuk lagi. Jadi ingat, Omicron ini bukan varian terakhir, juga bukan gelombang terakhir," kata Dicky saat dihubungi, Jumat (18/3/2022).
Ketimbang melakukan pelonggaran dengan skala besar, Dicky menyarankan kepada pemerintah untuk melakukannya secara bertahap.
"Untuk menghadapi ancaman berikut ya modal ini jangan dihilangkan dengan pelonggaran terburu-buru. Bertahap saja. Jadi bersabar dan toh kita sudah ada pelonggaran tapi jangan sampai terburu-buru, terukur, dan hati-hati," ujarnya.
Selain itu, capaian vaksinasi Covid-19 juga dinilainya belum cukup untuk menetapkan pelonggaran aktivitas masyarakat. Ada satu hal lainnya yang dirasanya sangat penting yakni penerapan protokol kesehatan.
Meskipun pelonggaran sudah mulai dilakukan, namun masyarakat harus tetap menerapkan protokol kesehatan.
Ia mencontohkan pada situasi yang terjadi di Denmark di mana masyarakatnya sudah mulai menanggalkan protokol kesehatan sehingga mengakibatkan naiknya kasus Covid-19 kembali.
"Dia sudah enggak ada masker, pelonggaran di banyak sektor sekarang tingkat hunian rumah sakitnya meningkat, tingkat kematiannya tinggi."
Baca Juga: Dua Tahun Pandemi Covid-19, Satgas IDI Sebut Makin Banyak Masyarakat Mau Diajak Vaksinasi
Berita Terkait
-
Dua Tahun Pandemi Covid-19, Satgas IDI Sebut Makin Banyak Masyarakat Mau Diajak Vaksinasi
-
Ahli Temukan Hubungan Infeksi Virus Corona Covid-19 Ringan dan Risiko Diabetes
-
Update Covid-19 Global: Pandemi Masih Sebabkan Kelelahan Para Tenaga Kesehatan di AS
-
Ini Penyebab 700 Vial Vaksin Covid-19 di Cimahi Sudah Kedaluwarsa
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
Terkini
-
Momen Menkeu Purbaya Ancam Pertamina Malas Bikin Kilang Baru: Males-malesan, Saya Ganti Dirutnya
-
Sosok Meta Ayu Puspitantri Istri Arya Daru: Keberatan Kondom Jadi Barang Bukti Kematian Suami
-
Gubernur Ahmad Luthfi Minta Organisasi Tani Ikut Atasi Kemiskinan
-
Bernasib Tragis saat Rumah Ditinggal Pemiliknya, 4 Anak Ini Tewas Terbakar!
-
Naturalisasi Atlet Timnas Secepat Kilat, Kenapa Anak Keturunan WNI Malah Terancam Jadi Stateless?
-
Cecar Kepala BGN di Rapat Soal MBG, Legislator PDIP: Tugas Kami Memang Menggonggong
-
Heboh Polemik Pelat BK, Aksi Bobby Nasution Dibela DPR, Apa Alasannya?
-
Perkap Baru, Polisi Bisa Tembak Penyerang Markas Pakai Peluru Tajam! Ini Aturan Lengkapnya
-
Akhirnya Terungkap! Menkes Budi Gunadi Beberkan 3 Penyebab Utama di Balik Krisis Keracunan MBG
-
Korban Keracunan MBG di SDN Gedong Jadi 22 Siswa, Komnas PA Kritik Guru Jadi Pencicip Makanan