Suara.com - Pada 17 Maret 2022 sekitar pukul 11:00 waktu setempat, Yuriy Nechyporenko dan ayahnya, Ruslan, sedang bersepeda ke gedung pemerintah Kota Bucha, yang menjadi tempat pembagian bantuan. Listrik, gas, air telah diputus dan kebutuhan pokok semakin menipis di kota tersebut.
Bucha adalah salah satu kota pertama yang diduduki pasukan Rusia ketika mereka bergerak ke ibu kota Ukraina, Kyiv.
Yuriy dan ayahnya berharap bisa mengambil bantuan obat dan makanan. Dia mengatakan seorang tentara Rusia lalu menghentikan mereka di Jalan Tarasivska. Mereka pun mengangkat kedua tangan, tanda tidak akan melawan.
Berbicara kepada BBC melalui telepon bersama ibunya, Alla, remaja 14 tahun itu menceritakan apa yang terjadi selanjutnya. "Kami memberi tahu mereka bahwa kami tidak membawa senjata apapun dan kami tidak berbahaya," katanya.
"Kemudian ayah menoleh ke arah saya, dan saat itulah dia ditembak... Dia ditembak dua kali di dada, tepat di jantungnya. Lalu dia jatuh."
Pada saat itu, sambungnya, tentara tersebut menembaknya di tangan kiri dan dia pun terjatuh. Ketika tersungkur, dia ditembak lagi, kali ini di lengan.
"Posisi saya tengkurap, saya tidak bisa melihat apa yang terjadi di sekitar saya," kata Yuriy. Tentara itu kemudian menembak lagi dan membidik kepalanya. "[Tapi] peluru menembus penutup kepala saya."
Yuriy juga bercerita tentara itu lagi-lagi menembak, kali ini ke kepala ayahnya. Meskipun Ruslan sudah mati. "Saya panik, terbaring di sana dengan luka di lengan. Saya melihat tangan saya berdarah."
Setelah beberapa waktu, ketika tentara itu pergi ke belakang truk, Yuriy bangkit dan berlari.
Baca Juga: Perang Ukraina: Pembantaian Bucha, Apa yang Diketahui Sejauh Ini?
BBC belum memverifikasi secara rinci pengakuan Yuriy, tapi apa yang terjadi padanya menjadi bukti kekejaman pasukan Rusia saat mereka menguasai Bucha dan kota-kota lain di sebelah utara Kyiv.
Di Bucha saja, sejumlah mayat laki-laki ditemukan tergeletak di jalan, banyak di antaranya dipenuhi luka parah. Beberapa yang ditembak seperti dieksekusi. Jenazah lainnya nampak tangan atau kaki mereka terikat di belakang punggung. Beberapa lagi tampak jelas terlindas oleh tank.
Di sepanjang Jalan Yablonska, terlihat banyak mayat, jarak lokasi itu hanya dua kilometer dari tempat Ruslan dibunuh.
Ibu Yuriy, Alla, bercerita kepada BBC bagaimana dia langsung pergi mencari suaminya setelah Yuriy pulang ke rumah dan menceritakan apa yang terjadi. Dia mengira cerita Yuriy mungkin tidak benar dan Ruslan hanya terluka sehingga membutuhkan bantuan medis.
"Anak saya memohon kepada saya untuk tidak pergi," kata Alla. "Dia bilang mereka akan membunuh saya juga."
Ketika Alla mencoba menyusuri jalan, dia berkata, tetangganya menghentikannya. "[Mereka] mengatakan kepada saya untuk tidak ke sana dan mengatakan bahwa Rusia membunuh semua orang di wilayah yang berada di bawah kendali mereka."
Keesokan paginya, Alla meminta bantuan ibunya. Mengenakan syal putih, mereka pergi ke lokasi penembakan. Ibunya berbicara dengan tentara Rusia dan mereka berhasil lewat. Mereka menemukan jenazah Ruslan dan membawanya pulang.
Sebuah foto berupa tubuh mayat yang tertutup sebagian disimpan Alla dan diperlihatkan kepada BBC demi mengonfirmasi kesaksian Yuriy. Foto itu menunjukkan luka tembak di dada sebelah kanan, dekat jantung.
Ruslan berprofesi sebagai pengacara, usianya 49 tahun ketika dibunuh. Dia aktif di komunitas, kata Alla. "Dia tidak bisa hanya duduk dan berdiam diri di tempat penampungan. Jadi dia menjadi sukarelawan dan membantu orang."
Mereka mengubur jenazah Ruslan di halaman rumah.
Yuriy mengatakan tentara yang membunuh ayahnya adalah orang Rusia. Seragamnya berwarna hijau tua, khas tentara Rusia, katanya. "Saya melihat di jaket antipelurunya tertulis 'Rusia' dalam bahasa Rusia.
Dia tidak habis pikir mengapa dia dan ayahnya ditembaki. "Kami padahal tidak berbahaya bagi militer, kami adalah warga sipil dan mengenakan syal putih sebagai penanda," kata Yuriy.
Presiden Ukraina kunjungi Bucha
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengunjungi Bucha pada hari Senin (04/04).
"Kami ingin Anda menunjukkan kepada dunia apa yang terjadi di sini, apa yang dilakukan militer Rusia, apa yang dilakukan Federasi Rusia di Ukraina yang damai. Penting bagi Anda untuk melihat bahwa ini adalah warga sipil," katanya.
Lalu dalam pidato jarak jauh di sidang Dewan Keamanan PBB, Zelensky mengatakan bahwa kejadian mengerikan seperti yang terjadi di Bucha - dengan mayat-mayat bergeletakan - terjadi juga di tempat-tempat lain di Ukraina.
Dalam pidato melalui video dan penterjemah, Zelensky mengatakan di kota Bucha, pasukan Rusia menembak orang di jalan, di rumah mereka, dilempar ke sumur dan ditindas dengan tank-tank di jalan hanya 'demi kesenangan'.
Presiden Ukraina itu juga menunjukkan video sekitar satu menit yang menunjukkan jenazah warga Ukraina, sebagian terbakar dan badan-badan yang tidak utuh.
Laporan tambahan oleh Svetlana Libet
Berita Terkait
-
Pemerintah Diminta Untuk Pikir-pikir Terapkan Kebijakan B50
-
Proyek Tol Serang-Panimbang Ditargetkan Rampung 2027
-
Jejak Korupsi Riza Chalid Sampai ke Bankir, Kejagung Periksa 7 Saksi Maraton
-
Prabowo Mau Kirim 500 Ribu Tenaga Kerja ke Luar Negeri, Siapkan Anggaran Rp 8 Triliun
-
Setahun Prabowo Gibran, Meutya Hafid Ungkap 60 Juta Warga Belum Kebagian Akses Internet
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
Terkini
-
Jejak Korupsi Riza Chalid Sampai ke Bankir, Kejagung Periksa 7 Saksi Maraton
-
'Tidak Dikunci, tapi Juga Tidak Dipermudah,' Dilema MPR Sikapi Wacana Amandemen UUD 1945
-
Lisa Mariana Sumringah Tak Ditahan Polisi Usai Diperiksa Sebagai Tersangka: Aku Bisa Beraktivitas!
-
Menhut Klaim Karhutla Turun Signifikan di Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo, Ini Kuncinya
-
'Apa Hebatnya Soeharto?' Sentilan Keras Politisi PDIP Soal Pemberian Gelar Pahlawan
-
Efek Jera Tak Mempan, DKI Jakarta Pilih 'Malu-maluin' Pembakar Sampah di Medsos
-
Menas Erwin Diduga 'Sunat' Uang Suap, Dipakai untuk Beli Rumah Pembalap Faryd Sungkar
-
RDF Plant Rorotan, Solusi Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan
-
KPK Cecar Eks Dirjen Perkebunan Kementan Soal Pengadaan Asam Semut
-
Buka Lahan Ilegal di Kawasan Konservasi Hutan, Wanita Ini Terancam 11 Tahun Bui