Apa yang sebenarnya mengubah takdirnya? Sebuah cinta terlarang.
Ketika Raja George V meninggal di tahun 1936, David mengambil takhta sebagai Raja Edward VIII, tapi kemudian mundur setahun kemudian hanya karena ingin menikahi Wallis Simpson, seorang janda dari Amerika Serikat.
Keputusannya untuk lebih memilih cinta dari pada mahkota membuat monarki Inggris terjebak dalam krisis. Albert, ayah Elizabeth terpaksa harus mengambil kekuasaan dan menjadi Raja George VI.
Elizabeth, usia 10 tahun, yang biasa dipanggil Lilibet oleh keluarganya tiba-tiba disiapkan untuk menjadi penerus kerjaan.
Masa depan untuk menyelamatkan kerajaan ada di tangan Albert dan Elizabeth.
15 tahun kemudian, Lilibet berganti panggilan, menjadi 'Her Majesty', yang juga melewati masa-masa jatuh cinta, bertahan dari perang, dan kehilangan orang-orang di sekelilingnya.
Menyemangati warganya saat perang
Elizabeth pernah menggambarkan penobatan dirinya ke singgasana kerajaan "sangat mendadak", tapi ia sudah terlatih sepanjang hidupnya.
Di bawah pengawasan guru privat, sang putri mempelajari segala hal, mulai dari geopolitik, sejarah konstitusional hingga agama, hukum, dan bahasa. Dia membaca surat-surat resmi dengan ayahnya dan bertemu secara informal dengan kepala negara.
Dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih bernama 'We Four' oleh ayah mereka, Elizabeth dan adik perempuannya, Margaret, juga meluangkan waktu untuk bermain.
Elizabeth berusia 13 tahun di tahun 1939, ketika Perang Dunia II pecah dan paham Nazi menyelimuti Eropa.
Ibunya, mediang Elizabeth Bowes-Lyon, merasa yakin untuk menjaga keluarganya di Istana Buckingham saat Jerman menggempur London dengan serangan bom. Saat itu ibunya mengatakan, "anak-anak tak akan pergi tanpa saya. Saya tak akan pergi tanpa Raja, dan Raja tak akan pernah pergi".
Saat perang makin berkecamuk, kedua anak-anak itu dievakuasi ke Kastil Windsor dan di usia 14, Elizabeth tampil pertama kalinya di acara radio.
"Kita tahu dari pengalaman soal apa itu artinya jauh dari yang orang-orang yang kita paling cintai," kata Putri Elizabeth, yang memberikan semangat bagi anak-anak Inggris yang terpaksa terpisah dari keluarganya.
Di tahun 1945, di usia 18 tahun, Elizabeth ikut turun berperang. Ia dilatih untuk menjadi pengendara dan mekanis bersama 'Auxiliary Territorial Service'.
"Salah satu yang membuatnya senang adalah saat tangan dan kukunya kotor dan penuh dengan noda, menunjukkan dirinya sebagai buruh kepada teman-temannya," tulis Collier's Magazine beberapa tahun kemudian.
Berita Terkait
-
Harta Karun Tersembunyi Assad: Potret Ratu Elizabeth II Ditemukan di Istana yang Dikuasai Pemberontak
-
Donald Trump Pernah Bikin Ratu Elizabeth II Marah Besar Gara-gara Hal Ini
-
Sodara Tiri Bongkar Tabiat Meghan Markle Terhadap Keluarga, Minta Segera Insyaf Sebeum Terlambat
-
Pakar Kerajaan Ungkap Harapan Ratu Elizabeth II Terhadap Meghan Markle yang Kini Telah Pupus
-
Ternyata Ini Alasan Raja Charles Larang Meghan Markle Berada di Samping Ratu Elizabeth II pada Saat-saat Terakhirnya
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
Terkini
-
Usai Kunjungan Gibran, Kemendagri Janji Perbaiki Program Kesehatan dan Pendidikan di Papua!
-
Mengapa Tutut Soeharto Gugat Menteri Keuangan Purbaya ke PTUN?
-
DPR Dukung Aturan Satu Warga Satu Akun Medsos, Legislator PKS: Bisa Cegah Kriminal
-
Kepsek Dicopot Gegara Anak Walikota Prabumulih? Klarifikasi Malah Bikin Warga Meradang!
-
Kekayaan Tutut Soeharto yang Gugat Menteri Keuangan Purbaya
-
Ratusan Siswa di Banggai Kepulauan Keracunan Usai Santap MBG
-
DPR Enggan Ambil Pusing Pigai Ganti Istilah Aktivis Hilang: Terpenting Kembalikan ke Keluarganya
-
Mendagri Beberkan Perbedaan Kepemimpinan Birokratis dan Teknokratik kepada Calon Kepala OJK
-
Balas Dendam? Pengamat Ungkap Alasan Prabowo Pilih Mantan Pemecatnya Jadi Menko Polkam
-
Bus Transjakarta Tabrakan dengan Truk di Cideng, Manajemen Pastikan Penumpang Selamat