Suara.com - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo nampak terharu saat menaburkan bunga di depan Candi Puputan Margarana kompleks Taman Pujaan Bangsa Margarana, Tabanan, Bali, Jumat (7/10/2022). Kisah perjuangan para pahlawan yang meninggal di Perang Puputan Margarana menjadi penyebabnya.
Ganjar yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Bali menyempatkan ziarah ke Taman Pujaan Bangsa, lokasi gugurnya Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai bersama ribuan pasukannya saat perang Puputan. Di kompleks itu, berdiri sebuah candi Puputan Margarana dan ribuan batu nisan para pahlawan yang gugur dalam pertempuran 20 November 1946 itu.
Bersama puluhan veteran asal Bali dan cucu I Gusti Ngurah Rai, Nanik Suryani, Ganjar menggelar upacara tabur bunga di monumen itu. Setelah itu, ia mengunjungi batu nisan I Gusti Ngurah Rai dan melakukan penghormatan serta tabur bunga. Ganjar juga diajak mengunjungi museum yang menceritakan kisah perjuangan pahlawan Bali.
"Saya dapat banyak cerita heroik, bagaimana perangnya Ngurah Rai saat itu. Pak I Gusti Bagus Saputra ini, beliau menceritakan secara detail bagaimana sosok Ngurah Rai yang gagah berani. Ia berani menantang Belanda saat itu. Ia balas surat ancaman dari Belanda untuk menyerah dengan tantangan. Belanda tidak boleh ada di Bali," katanya.
Selain kisah heroik I Gusti Ngurah Rai, Ganjar juga menemukan kisah pejuang asal Kutoarjo Kabupaten Purworejo, Jateng bernama Wagimin. Ternyata, saat perang Puputan itu, Wagimin yang mantan polisi Belanda ikut membantu pasukan Ngurah Rai melawan penjajah. Ia loloskan pasukan Ngurah Rai masuk ke gudang persenjataan milik Belanda yang dijaganya dan menggunakan senjata itu untuk bertempur.
"Ia, ternyata ada kisah Pak Wagimin, asalnya dari Jenar Kutoarjo Jawa Tengah. Itu tetangga desa saya di Purworejo. Maka tadi saya agak terharu, kaget tentu ada ikatan emosional kan. Ternyata pak Wagimin yang luar biasa itu menjadi penghubung, dia ngambil senjata, membantu pasukan Ngurah Rai di perang Puputan," jelasnya.
Artinya lanjut Ganjar, dalam perjuangan bangsa Indonesia ini melibatkan semua elemen masyarakat. Ada Jawa, Batak, Bali dan dari daerah manapun. Mereka semua bahu membahu bertempur demi kemerdekaan.
"Ya laki-laki ya perempuan, ada tang agamanya Hindu, Islam, ada yang Kristen Katolik Budha semuanya jadi itu Indonesia. Jadi tidak membedakan, bahkan beberapa diantaranya tadi orang-orang Jepang yang kemudian membela Indonesia. Artinya nilai-nilai kemanusiaan itu juga bisa muncul meskipun mereka beda negara lho. padahal dulu menjajah tapi bisa berbalik karena mungkin mereka ada rasa kemanusiaan. Kemanusiaan yang adil dan beradab," tegasnya.
Ganjar mengajak generasi muda untuk meneladani perjuangan para pahlawan bangsa. Setidaknya, tahu bahwa perjuangan saat itu betul-betul nyawa diserahkan dan tanpa pamrih.
Baca Juga: Jelang Puncak Acara G20 di Bali, Mendagri Tinjau Langsung Pembangunan TPST Kesiman Kertalangu
"Seperti kisah Ngurah Rai dan para pahlawan di sini, mereka tak ada yang takut. Berjuang sampai kapanpun demi satu tujuan. Merdeka atau mati," terangnya.
Sementara itu, cucu I Gusti Ngurah Rai, Nanik Suryani,56, mengaku senang dan bangga kepada Ganjar yang menyempatkan waktu berziarah ke kakeknya. Menurutnya, para pemimpin bangsa memang tak melupakan sejarah.
"Saya senang dan bangga kepada pemimpin-pemimpin dari Indonesia khususnya Jawa Tengah, pak Ganjar Pranowo yang sempat berkunjung dan berziarah ke sini, tempat terjadinya Perang Puputan Margarana. Semoga kita semua bisa mentauladani apa yang dilakukan para pejuang," katanya
Berita Terkait
-
Anggota TNI Pukuli Satpam Shopee, Kapendam IX Udayana Bali: Kami Telusuri
-
Viral Potret Donghae Super Junior Antre PeduliLindungi Bareng Ojol di Bali, Publik: 2022 Aneh Banget
-
BIG KASUS! Dinilai Tak Transparan, SPI Rp 10 Juta Sampai Rp 150 Juta Per Mahasiswa
-
Unud Goncang, Jaksa Kejati Periksa Lima Pejabat Unud
-
Anne Ratna Mustika Pergi ke Bali, Bukan Untuk Liburan, Tapi Karena Ini
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Hoka Ori, Cushion Empuk Harga Jauh Lebih Miring
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Tragedi Kalibata Jadi Alarm: Polisi Ingatkan Penagihan Paksa Kendaraan di Jalan Tak Dibenarkan!
-
Bicara Soal Pencopotan Gus Yahya, Cholil Nafis: Bukan Soal Tambang, Tapi Indikasi Penetrasi Zionis
-
Tinjau Lokasi Pengungsian Langkat, Prabowo Pastikan Terus Pantau Pemulihan Bencana di Sumut
-
Trauma Usai Jadi Korban Amukan Matel! Kapolda Bantu Modal hingga Jamin Keamanan Pedagang Kalibata
-
Rapat Harian Gabungan Syuriyah-Tanfidziyah NU Putuskan Reposisi Pengurus, M Nuh Jadi Katib Aam
-
Pakar UIKA Dukung Anies Desak Status Bencana Nasional untuk Aceh dan Sumatera
-
BNI Raih Apresiasi Kementerian UMKM Dorong Pelaku Usaha Tembus Pasar Global
-
BNI Dorong Digitalisasi dan Transparansi Rantai Pasok FMCG
-
Komisi III Kritik Usulan Kapolri Ditunjuk Presiden Tanpa DPR: Absennya Pemaknaan Negara Hukum
-
Kritik Keras Perkap 10/2025, Mahfud MD Sebut Tidak Ada Dasar Hukum dan Konstitusionalnya